Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

KERAGAAN BENIH IKAN PATIN SIAM (Pangasianodon hypophthalmus) YANG DITEBAR SECARA LANGSUNG DI KOLAM PADA UMUR BERBEDA Didik Ariyanto; Evi Tahapari; Sularto Sularto
Jurnal Riset Akuakultur Vol 7, No 2 (2012): (Agustus 2012)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (110.189 KB) | DOI: 10.15578/jra.7.2.2012.159-170

Abstract

Budidaya ikan patin siam mengalami perkembangan yang cukup pesat sejakkeberhasilan pemijahan buatan pada tahun 1981. Pada pelaksanaannya, pembenihan ikan patin siam dilakukan secara indoor hatchery. Dalam sistem tersebut, dibutuhkan nauplii Artemia sebagai pakan awal larva ikan patin siam yang dilanjutkan dengan pemberian Moina dan Daphnia beku serta cacing darah (Tubifex) sebelum pemberian pakan buatan. Hal ini mengakibatkan adanya ketergantungan usaha pembenihan ikan patin siam terhadap pasokan beberapa jenis pakan alami tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi keragaan ikan patin siam yang ditebar di kolam pendederan pada umur yang berbeda. Sasaran yang akan dicapai adalah menghilangkan ketergantungan pembenihan ikan patin siam terhadap pasokan beberapa jenis pakan larva ikan patin siam dan disubstitusi dengan pakan alami yang ada di kolam. Pada percobaan ini, larva patin siam ditebar pada umur 5, 10, dan 15 hari setelah menetas. Larva ditebar di kolam pendederan seluas 200 m2 dengan kepadatan 100 ekor/m2. Pemeliharaan dilakukan selama 2 bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa benih ikan patin siam yang ditebar di kolam pada umur 5 hari setelah menetas mempunyai laju pertumbuhan spesifik sebesar 11,12% lebih baik daripada benih ikan patin siam yang ditebar pada umur 10 dan 15 hari setelah menetas, yaitu sebesar 8,41% dan 8,65%. Namun demikian, bobot individu (9,81-12,32 g), biomassa panen (118,77-141,91 kg) serta sintasan (54,53%-71,49%) pada akhir percobaan tidak berbeda nyata.
KERAGAAN PEMIJAHAN BUATAN ANTARA IKAN PATIN SIAM (Pangasianodon hypophthalmus) BETINA DAN IKAN PATIN JAMBAL (Pangasius djambal) JANTAN DAN IKAN PATIN NASUTUS (Pangasius nasutus) JANTAN Bambang Iswanto; Evi Tahapari
Jurnal Riset Akuakultur Vol 9, No 2 (2014): (Agustus 2014)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (763.05 KB) | DOI: 10.15578/jra.9.2.2014.191-201

Abstract

Upaya pengembangan budidaya ikan patin jambal (Pangasius djambal) dan ikan patin nasutus (P. nasutus) sebagai komoditas ekspor ikan patin daging putih sulit direalisasikan, karena kematangan induk-induk betinanya sulit dicapai pada musim kemarau dan keterbatasan fekunditasnya, sehingga produksi massal benihnya terbatas. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produktivitas ikan patin daging putih adalah melalui program hibridisasi antara ikan patin siam (Pangasianodon hypophthalmus) betina dengan ikan patin jambal jantan (menghasilkan ikan patin hibrida siam x jambal) dan atau dengan ikan patin nasutus jantan (menghasilkan ikan patin hibrida siam x nasutus). Potensi budidaya kedua ikan patin hibrida tersebut berkaitan dengan produksi massal benihnya merupakan hal yang penting untuk diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi derajat fertilisasi, derajat penetasan, dan derajat deformitas larva kedua ikan patin hibrida tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa derajat fertilisasi ikan patin hibrida siam x nasutus sama (P>0,05) dengan ikan patin siam, ikan patin hibrida siam x jambal dan ikan patin nasutus, sedangkan ikan patin jambal memiliki derajat fertilisasi yang lebih rendah tetapi tidak berbeda (P>0,05) dengan ikan patin nasutus dan ikan patin hibrida siam x jambal. Derajat penetasan ikan patin hibrida siam x nasutus adalah sama (P>0,05) dengan ikan patin siam dan ikan patin hibrida siam x jambal, dan lebih tinggi (P<0,05) daripada ikan patin nasutus dan ikan patin jambal. Derajat deformitas larva ikan patin hibrida siam x nasutus dan ikan patin hibrida siam x jambal rendah dan juga sama dengan ikan patin siam (P>0,05); sedangkan pada ikan patin jambal dan ikan patin nasutus lebih tinggi (P<0,05). Hasil-hasil tersebut menunjukkan bahwa produktivitas (produksi massal benih) kedua ikan patin hibrida tersebut tinggi dan sama dengan ikan patin siam, sehingga potensial untuk dikembangkan sebagai ikan budidaya.
PENDEDERAN IKAN PATIN DI KOLAM OUTDOOR UNTUK MENGHASILKAN BENIH SIAP TEBAR DI WADUK MALAHAYU, BREBES, JAWA TENGAH Septyan Andriyanto; Evi Tahapari; Irsyaphiani Insan
Media Akuakultur Vol 7, No 1 (2012): (Juni 2012)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (104.508 KB) | DOI: 10.15578/ma.7.1.2012.20-25

Abstract

Kementerian Kelautan dan Perikanan memiliki program berupa industrialisasi perikanan dengan salah satu komoditas unggulannya yaitu ikan patin. Dalam rangka mendukung pengembangan program tersebut, maka dilakukan kegiatan “Pemasyarakatan IPTEK (IPTEKMAS) Pendederan Ikan Patin di Waduk Malahayu, Brebes, Jawa Tengah”, yang bertujuan sebagai transfer teknologi pendederan untuk menghasilkan benih ikan patin dengan ukuran yang siap dibesarkan atau siap ditebar sebagai benih restocking di Waduk Malahayu. Tahapan kegiatan IPTEKMAS ini di antaranya pemilihan lokasi, koordinasi dan sosialisasi, pelatihan dan pendampingan teknologi pendederan ikan patin, serta temu lapang dan restocking benih ikan patin di Waduk Malahayu. Kegiatan yang dilakukan dalam pendederan ikan patin meliputi: persiapan kolam pendederan, penebaran benih, pemberian pakan, pengelolaan kualitas air, manajemen kesehatan ikan, dan teknik pemanenan benih. Melalui kegiatan ini dihasilkan benih ikan patin berukuran 4-5 inci atau 10 g, dengan tingkat sintasan benih rata-rata sebesar 98,76%. Manfaat yang diperoleh selain nelayan mampu mendederkan sendiri benih ikan patin sampai ukuran restocking, juga mendukung program restocking di Waduk Malahayu yang berdampak pada peningkatan pendapatan nelayan setempat tanpa merusak lingkungan perairan.