Anang Hari Kristanto
Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar dan Penyuluhan Perikanan, Pusat Riset Perikanan

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

PERKEMBANGAN GONAD DAN PERTUMBUHAN IKAN NILEM BETINA ALL FEMALE HASIL FERTILISASI JANTAN NEOMALE Jojo Subagja; Deni Radona; Anang Hari Kristanto
Jurnal Riset Akuakultur Vol 12, No 2 (2017): (Juni 2017)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (105.38 KB) | DOI: 10.15578/jra.12.2.2017.139-146

Abstract

Dalam memenuhi kebutuhan produksi diperlukan ketersediaan induk betina yang unggul. Pembentukan all female berasal dari pemijahan jantan fungsional (aplikasi hormon metil testosteron) hasil secara pool gamet dengan betina normal. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi perkembangan gonad dan pertumbuhan ikan nilem betina (all female) hasil fertilisasi jantan fungsional (neomale). Pemeliharaan ikan uji all female dilakukan dalam jaring polyetilene berukuran 2 m x 2 m x 2 m dengan kepadatan 60 ekor di Instalasi Penelitian Toksikologi dan Lingkungan Budidaya Cibalagung Bogor. Selama enam bulan pemeliharaan ikan diberi pakan komersil berupa pelet dengan kandungan protein 28% sebanyak 5% dari bobot total dengan frekuensi tiga kali sehari (pagi, siang, dan sore). Pengamatan pertumbuhan dan pengambilan sampel ikan untuk materi histologi dilakukan setiap bulan. Hasil penelitian menunjukkan ikan all female dapat tumbuh dan berkembang normal. Secara statistik pertumbuhan ikan all female berbeda nyata (P<0,05) dibandingkan dengan kontrol, dengan nilai panjang (14,2 ± 2,35 cm), bobot (28,9 ± 2,24 g), dan pertumbuhan bobot relatif (58,79%). Pada perkembangan kematangan gonad ikan all female masuk pada tingkat III dan IV dengan nilai IGS sebesar 20,2% serta tidak ditemukan gonad intersex.In order to supply sufficient seed for grow out industry, the availability of female broodstock takes the priority in hatchery operations. In order to reach that objective, all female seed batch for potential future broodstock could be produced by breeding functional males (induced with methyl testosterone hormone application) with a pool gametes of normal females. This study was aimed to evaluate the gonadal development and growth of all female Bonylip barb produced from fertilization of neomale and normal females. All the females were reared in polyethylene net cages (2 m x 2 m x 2 m in size) with a stocking density of 60 individuals/cage. The trial was conducted at the Cibalagung Toxicology and Environmental Research Station, Bogor. The fish were reared for six months and fed three times daily with commercial pellets (crude protein of 28%) as much as 5% of the total weight. Observations on the growth and fish sample collections for histology analysis were conducted every month. The results showed that all female fish were able to grow and develop normally. Statistically, the growth of all female was significantly different (P<0.05) compared to the control, with the length size of 14.2 ± 2.35 cm and weight of 28.9 ± 2.24 g and relative weight gain of 58.79%. In terms of gonadal development, all female fish reached stage III and IV with IGS value of 20.2% and no inter-sex gonad observed.
KERAGAMAN GENETIK TIGA GENERASI IKAN TAMBAKAN (Helostoma temminkii) DALAM PROGRAM DOMESTIKASI Otong Zenal Arifin; Wahyulia Cahyanti; Anang Hari Kristanto
Jurnal Riset Akuakultur Vol 12, No 4 (2017): (Desember 2017)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (228.147 KB) | DOI: 10.15578/jra.12.4.2017.295-305

Abstract

Suatu penelitian untuk melihat keragaman genetik tiga generasi ikan tambakan dalam program domestikasi telah dilakukan di Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar dan Penyuluhan Perikanan, Bogor. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi keragaman genetik generasi tetua/awal (G0), generasi pertama (G1), dan generasi kedua (G2) dalam program domestikasi ikan tambakan. Pengujian keragaman genetik dilakukan dengan metode PCR-RAPD menggunakan tiga primer, yakni OPA-2, OPA-8, dan OPC-2. Hasil yang diperoleh menunjukkan adanya perbedaan jumlah (7-15) dan ukuran fragmen (200-2.800 bp) yang dihasilkan, dengan frekuensi kemunculan alel berkisar antara 0,00-1,00 dari 31 lokus. Enam fragmen dari OPC-2 (1.400 bp, 1.300 bp, 1.100 bp, 800 bp, 600 bp, 500 bp), lima fragmen dari OPA-2 (1.350 bp, 1.000 bp, 900 bp, 800 bp, 520 bp), dan dua fragmen dari OPA-8 (1.000 bp, 550 bp) merupakan fragmen marka spesifik ikan tambakan pada penelitian ini. Keragaman genetik ikan tambakan antar generasi tergolong rendah, dengan nilai persentase polimorfisme berkisar antara 6,45%-35,48% dan nilai heterozigositas berkisar antara 0,03-0,16. Terjadi penurunan polimorfisme dan heterozigositas dari generasi tetua/awal (G0) ke generasi pertama (G1) dan kembali naik pada generasi kedua (G2). Dalam program domestikasi, nilai efektif induk (Ne) sebaiknya lebih dari 100, dengan nilai laju inbreeding (F) tidak lebih dari 0,005.A study to examine the genetic diversity of three generations of kissing gourami under a domestication program has been conducted at the Research Institute for Freshwater Aquaculture and Fisheries Extension, Bogor. The purpose of this study was to evaluate the genetic diversity of the elder generation (G0), first generation (G1), and second generation (G2) of kissing gourami under the domestication program. The genetic diversity examination was conducted through a PCR-RAPD method using three primers, namely OPA-2, OPA-8, and OPC-2. The obtained results indicated a difference in the number (7-15) and size of the fragments (200-2.800 bp) with the frequency of allele occurrence ranged from 0.00 to 1.00 from 31 loci. Six fragments from OPC-2 (1,400 bp; 1,300 bp; 1,100 bp; 800 bp; 600 bp; 500 bp), five fragments from OPA-2 (1,350 bp; 1,000 bp; 900 bp; 800 bp; 520 bp), and two fragments from OPA-8 (1,000 bp; 550 bp) were considered as species-specific markers of kissing gourami. The genetic diversity among the generations of the kissing gourami was low, with the percentage of polymorphism ranged from 6.45% to 35.48% and the value of heterozygosity ranged from 0.03 to 0.16. There was a decrease in polymorphism and heterozygosity values from the elder generation (G0) to the first generation (G1) and increased again but on the second generation (G2). In addition, the effective breeding value (Ne) in a domestication program should be more than 100, and the average of inbreeding value (F) is less than 0.005.
RESPONS DAN POLA PERTUMBUHAN BENIH ikan baung (Hemibagrus nemurus) DARI TIGA GENERASI DIPELIHARA PADA WADAH BUDIDAYA YANG BERBEDA Irin Iriana Kusmini; Anang Hari Kristanto; Jojo Subagja; Vitas Atmadi Prakoso; Fera Permata Putri
Jurnal Riset Akuakultur Vol 13, No 3 (2018): (September 2018)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (330.964 KB) | DOI: 10.15578/jra.13.3.2018.201-211

Abstract

Ikan baung (Hemibagrus nemurus) merupakan salah satu komoditas ikan air tawar ekonomis tinggi di Indonesia. Untuk meningkatkan produktivitas budidaya, maka dilakukan pembentukan generasi baru populasi terbaik agar diperoleh generasi yang lebih produktif dan cepat tumbuh. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi respons dan pola pertumbuhan benih ikan baung generasi-1 (G-1), generasi-2 (G-2), dan generasi-3 (G-3) pada wadah budidaya yang berbeda. Penelitian dilakukan di kolam semi-permanen, kolam beton dan jaring apung di Instalasi Riset Plasma Nutfah Perikanan Air Tawar, Cijeruk dengan tiga ulangan. Benih yang digunakan berukuran panjang rata-rata 1,54 ± 0,22 cm; dan bobot 0,06 ± 0,01 g; dipelihara dengan padat tebar 50 ekor/m2. Selama 15 hari pertama pemeliharaan benih diberi pakan Tubifex dan pakan komersial dengan kadar protein 41% sebanyak 5% per hari dengan frekuensi pemberian pakan dua kali sehari, untuk pemeliharaan selanjutnya pakan yang diberikan berupa pakan komersil saja. Pemeliharaan dilakukan selama 45 hari, dan pengukuran pertumbuhan dilakukan 15 hari sekali. Parameter yang diamati meliputi laju pertumbuhan spesifik, sintasan, dan pola pertumbuhan. Sebagai data pendukung dilakukan pengukuran kualitas air dan kelimpahan plankton. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan bobot dan panjang benih ikan baung G-2 lebih unggul dibanding dengan G-1 dan G-3, sedangkan wadah budidaya yang terbaik adalah pada pemeliharaan di kolam semi-permanen dengan bobot ikan 6,79 ± 4,085 g dan panjang 8,46 ± 1,967 cm. Pertumbuhan ikan baung yang dipelihara di kolam semi-permanen menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05) terhadap wadah pemeliharan lainnya. Pola pertumbuhan ikan baung dari tiga wadah budidaya bersifat allometrik negatif (b<3).Asian redtail catfish (Hemibagrus nemurus) is one of the high economic value of freshwater fish commodities in Indonesia. In order to increase aquaculture productivity, production of new generation from the best population was conducted to obtain a more productive and fast-growing generation. The purpose of this study was to evaluate the response and growth pattern of G-1, G-2, and G-3 fingerlings of Asian redtail catfish on different rearing media. The study was conducted in semi-permanent ponds, concrete ponds, and floating nets in Research Installation of Freshwater Fisheries Germplasm, Cijeruk with three replications. The stocking density of each treatment was 50/m2, with the fingerlings average length of 1.54 ± 0.22 cm and weight of 0.06 ± 0.01. During the first 15 days, fish were fed with Tubifex and commercial feed (41% crude protein; fed 5% per day) with twice per day of feeding frequency. Fish were reared for 45 days, and growth measurement was conducted by sampling every 15 days. Parameters observed including specific growth rates, survival, and growth patterns. As supporting data, water quality, and plankton abundance were measured. The results showed that weight and length gain on the second generation (G-2) of Asian redtail catfish was superior compared to G-1 and G-3, whilst the best rearing media was found in semi-permanent ponds with the weight of 6.79 ± 4.085 g and the length of 8.46 ± 1.967 cm. The growth pattern of Asian redtail catfish from three rearing media was negative allometric (b<3).