SRIYANTO SRIYANTO
Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Published : 9 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

AGUANG DALAM ACARA BATAGAK PANGULU DI NAGARI KOTO GADANG KEC. IV KOTO KAB. AGAM FARIDATUL INAYAH; FIRMAN FIRMAN; SRIYANTO SRIYANTO
Laga-Laga : Jurnal Seni Pertunjukan Vol 6, No 1 (2020): Laga-Laga: Jurnal Seni Pertunjukan
Publisher : Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/lg.v6i1.1046

Abstract

Aguang merupakan salah satu alat musik tradisional di Minangkabau, yang terdapat pada acara batagak pangulu di Nagari Koto Gadang, Kecamatan IV Koto, Kabupaten Agam. Aguang dalam acara batagak pangulu terdiri dari 2 buah aguang, yakni aguang besar dan aguang kecil, yang digantung menggunakan kayu, dan dimainkan oleh sepasang pemain menggunakan 1 stik pada aguang besar dan 2 buah stik pada aguang kecil, serta dimainkan pada saat penyembelihan kerbau hingga akhir acara. Tujuan penelitian terhadap objek yang dikemukakan di atas untuk mendeskripsikan unsur-unsur musikal aguang dalam batagak dan mendeskripsikan pandangan masyarakat terhadap aguang dalam acara batagak pangulu di Kanagarian Koto Gadang Kecamatan IV Koto Kabupaten Agam. Hasil dari penelitian dari aguang yang dimainkan pada acara batagak pangulu ialah, memiliki 4 unsur-unsur musik yaitu memiliki 3 pola ritme, melodi yang dimainkan secara ostinato, keselarasan bunyi, dan warna bunyi idiophone. Pandangan masyarakat terhadap aguang terdapat 3 golongan yaitu pandangan masyarakat umum, pandangan generasi muda dan pandangan pelaku seni. Fungsi aguang terdiri dari 2 macam yakni fungsi primer dan fungsi sekunder yang terbagi tiga yaitu legitimasi batagak pangulu, fungsi komunikasi dan fungsi ekonomi.
FUNGSI KESENIAN KENTRUNGAN DI NAGARI SIALANGGAUNG KEC. KOTO BARU KAB. DHARMASRAYA Arum Kusuma Dewi; Sriyanto Sriyanto; Suharti Suharti
Laga-Laga : Jurnal Seni Pertunjukan Vol 4, No 2 (2018): Laga-Laga: Jurnal Seni Pertunjukan
Publisher : Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/lg.v4i2.490

Abstract

Kentrungan merupakan sebuah kesenian Jawa yang hidup dan berkembang di Jorong Padang Bintungan Blok D Sitiung 1. Kesenian ini telah ada di Jorong Padang Bintungan sejak masuknya Suku Jawa karena transmigrasi bedhol desa yang terjadi pada tahun 1976.  Kentrungan merupakan salah satu kesenian Jawa yang mendapatkan respon positif dan dapat diterima keberadaannya oleh masyarakat Minangkabau sebagai suku asli yang ada di Jorong Padang Bintungan Nagari Sialanggaung. Menggunakan teori bentuk, teori struktur, dan teori fungsi kesenian kentrungan di Jorong Padang Bintungan di analisa secara deksriptif berdasarkan temuan data di lapangan.
Siginyang Saluang Pauh dalam Menembus Perkampungan Seni di Kota Padang Desmawardi Desmawardi; Sriyanto Sriyanto; Azzura Yenli Nazrita; Mesy Andriana
Gondang: Jurnal Seni dan Budaya Vol 6, No 1 (2022): GONDANG: JURNAL SENI DAN BUDAYA, JUNI 2022
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gondang.v6i1.31636

Abstract

Saluang Pauh adalah salah satu bentuk alat musik tiup Minangkabau di kota Padang. Secara tradisi Saluang Pauh akan tampil dikala ada kaba yang akan diiringi. Artinya penampilan Saluang Pauh berfungsi sebagai pengiring kaba atau saluang tidak akan tampil secara tunggal. Kaba merupakan salah satu seni tutur mengisahkan berbagai pola kehidupan masyarakat Minangkabau. Siginyang Saluang Pauh terinspitasi dari imbauan Saluang Pauh sebelum masuk kaba. Garitiak dari melodi yang dilahirkan peniup Saluang Pauh seolah-olah menghimbau masyarakat Minangkabau agar menoleh ke belakang sebelum melanjutkan perjalanan sejauhmana berjalan dan jangan lupakan kampung halaman sesuai dengan falsafah Minangkabau “satinggi tinggi tabang bangau, jatuah ka kubangan juo”. Penelitian ini bertujuan untuk menggali nilai seni yang terdapat dalam pertunjuan Saluang Pauh dan mengkabarkan kepada anak negri sendiri agar dapat mencintai seni budaya sendiri agar jangan hilang ditelan masa serta menciptakan sebuah komposisi musik baru yang diproses dari jalinan melodi Saluang Pauh. Proses penelitian dan penciptaan Komposisi musik dilakukan dengan tahapan pengumpulan data, validasi data dengan instrumen, penulisan struktur pertunjukan serta membuat notasi dasar beberapa irama Saluang Pauh dan notasi pengembangan. Penelitian Komposisi musik Siginyang Saluang Pauh menggunakan metode penelitian yang kualitatif dan kuantitatif dengan pendekatan Deskriptif Analitif, dengan tahapan (1) Observasi dan studi pustaka, (2) Riset ke lokasi di mana Saluang Pauh tumbuh dan berkembang. (3) Interpretasi dan eksperimentasi yang menghasilkan pola interpretasi penelitian ini dilakukan selama lebih kurang satu bulan.
Dendang Sungayang Baru di Nagari Sungayang Kecamatan Sungayang Kabupaten Tanah Datar Ruly Pahlevi; Sriyanto Sriyanto; Firdaus Firdaus; Yurnalis Yurnalis
Jurnal Musik Nusantara Vol 1, No 2 (2021): JUrnal Musik Etnik Nusantara
Publisher : Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (397.333 KB) | DOI: 10.26887/musik nusantara.v1i2.2137

Abstract

Dendang Sungayang Baru merupakan salah satu repertoar dendang yang hidup dan berkembang di kalangan Masyarakat Sungayang, yang sering dipertunjukan dalam acara bagurau (saluang dendang) baik itu di Sungayang ataupun diluar Sungayang. Dendang Sungayang Baruyang memiliki bentuk yang cukup menarik untuk dikaji dalam melihat aspek pertunjukan genre musik tradisonal saluang dendang Minangkabau. Tujuan penelitian ini untuk menemukan aspek-aspek yang khas dalam konsep musikalnya Dendang Sungayang Baru. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, penyajian Dendang Sungayang ini pada bagian sampiran dimulai dengan nada ke-5, dan bagian isi dimulai dengan nada ke-2. Penelitian Dendang Sungayang Baru ini menggunakan metode kualitatif, dengan pencarian data kespesifikan bentuk dan juga pandangan Masyarakat terhadap Dendang Sungayang Baru bersumber dari informasi para pelaku profesional Dendang Sungayang Baru. Semua data yang diperoleh, baik bersifat musikal dan teknis, dan data yang bersifat sosial-antropologis, diolah dalam bentuk deskriptif-analisis,  Hal ini dapat menjadi ciri khas tersendiri pada garap Dendang Sungayang Baru, yang berbeda dengan dendang Minangkabau pada umumnya.
Momongan dalam Upacara Perkawinan dan Kematian di Nagari Talang Kabupaten Solok Nisrina Fadhila; Sriyanto Sriyanto; Yurnalis Yurnalis
Jurnal Musik Nusantara Vol 1, No 1 (2021): Jurnal Musik Etnik Nusantara
Publisher : Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (611.528 KB) | DOI: 10.26887/musik nusantara.v1i1.2015

Abstract

Penelitian ini membahas tentang momongan yang terdapat di Nagari Talang Kab Solok. Momongan merupakan alat musik pukul yang terbuat dari perunggu yang bentuknya mirip dengan alat musik gong yang berukuran kecil, Di Nagari Talang Momongan ini digunakan sebagai alat musik untuk mengiringi  arak-arakan dalam upacara perkawinan dan ritual kematian, disamping itu momongan juga berfungsi sebagai media hiburan, dan sebagai media komunikasi bagi masyarakat Nagari Talang. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan musik momongan dalam arak-arakan pada upacara perkawinan dan ritual kematian berkaitan dengan bentuk dan fungsi musik momongan tersebut. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data berupa observasi, dokumentasi, serta wawancara di lapangan. Untuk menjelaskan Bentuk dan Fungsi momongan tersebut penulis menggunakan teori bentuk sedangkan untuk menjelaskan fungsi dari momongan tersebut penulis menggunakan teori fungsi. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal sesuai konteks penelitian maka penulis melakukan teknik analisis data berupa reduksi data dan penyajian data. Hasil penelitian menunjukan bahwa musik momongan sampai hari ini masih tetap dipertahankan oleh masyarakat pendukungnya terutama untuk  mengiringi arak-arakan penganten dalam upacara perkawinan dan sebagai musik ritual dalam peristiwa kematian.  Kata Kunci: Musik; momongan; Arak-arakan; Perkawinan; Kematian.   ABSTRACT This study discusses the momongan found in Nagari Talang, Solok Regency. Momongan is a percussion instrument made of bronze which looks similar to a small gong. In Nagari Talang Momongan is used as a musical instrument to accompany processions in wedding ceremonies and death rituals, besides that, Momongan also serves as a medium of entertainment, and as a medium of communication for the people of Nagari Talang. This study aims to describe baby music in processions at wedding ceremonies and death rituals related to the form and function of the baby music. This study uses qualitative methods with data collection techniques in the form of observation, documentation, and interviews in the field. To explain the shape and function of the baby, the writer uses the theory of form, while to explain the function of the baby, the writer uses the theory of function. To get maximum results according to the context of the study, the authors carried out data analysis techniques in the form of data reduction and data presentation. The results of the study show that the music of momongan is still maintained by the supporting community, especially to accompany the procession of the bride and groom in the wedding ceremony and as ritual music in the event of death. Keywords: Music; Momongan; Procession; Marriage; Death.  PENDAHULUAN  Momongan merupakan salah satu kese­nian tradisi yang ada di Nagari Talang, Keca­ma­tan Gunung Talang, Kabupaten Solok. Musik momongan digunakan oleh masyaakat Nagari Talang pada arak-arakan dalam upa­cara perkawinan dan ritual kema­tian. Momo­ngan merupakan alat musik trade­sio­nal Minang­kabau yang terbuat dari logam atau kuningan, secara organologi termasuk ke dalam alat musik idiophone jenis gong yang mempunyai tombol (Cook,1988) Ansambel momongan yang terdapat di Nagari Talang terdiri dari empat buah intrumen momongan, dimana keempat momongan tersebut mempu­nyai nama dan ukuran yang berbeda-beda yaitu momongan manggomang (terdiri dari dua buah momongan), momongan mang­galogoh, dan momongan manoik. Penamaan dari momongan tersebut, berasal dari bunyi yang dihasilkan oleh masing-masing momongan itu sendiri. Sekaligus untuk memudahkan para pemain dalam membe­daakan antara momo­ngan manggomang, momongan mang­galogoh dan momongan manoik. (Delsuriani dan Pide, Wawancara, 30 Januari 2021).  Musik momongan dimainkan oleh empat orang pemain, yang mana masing-masing pemain memegang satu momongan. Teknik permainan musik momongan dimain­kan dengan cara dipegang dan digua (dipukul) dengan menggunakan satu stick (panokok) yang terbuat dari bahan kayu lunak. Pemain musik momongan pada umumnya terdiri dari wanita paruh baya yang berumur sekitar 35 sampai 60 TahunBagi masyarakat Nagari Talang musik momongan  digunakan pada upacara perkawi­nan yang berfungsi untuk mengarak anak daro jo marapulai dari rumah bako atau keluarga orang tua laki-laki dari pengantin,
Pertunjukan Kelintang Tungkal Pada Upacara Malam Tari Inai Oleh Sanggar Serase di Kuala Tungkal Muhammad Farhan; Asril Asril; Sriyanto Sriyanto
Jurnal Musik Nusantara Vol 1, No 1 (2021): Jurnal Musik Etnik Nusantara
Publisher : Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (480.241 KB) | DOI: 10.26887/musik nusantara.v1i1.2006

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap dan mendekripsikan struktur tradisi Malam Tari Inai di Kuala Tungkal, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Provinsi Jambi. Prosesi-prosesi menjelang perkawinan dan prosesi Malam Tari Inai dalam pelaksanaan acara perkawinan yang menghadirkan ansambel tradisi musik Kelintang Tungkal. Bentuk pertunjukan Kelintang Tungkal meliputi struktur, pemain, kostum, lagu, waktu dan tempat pertunjukan. Unsur musikal Kelintang Tungkal seperti tangga nada, motif, frase, syair, pola pukulan gendang dan gong. Analisis lagu Serame dan Begubang yang ada dalam prosesi Malam Tari Inai di Kuala Tungkal. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif dan analisis. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, studi pustaka dan dokumentasi. Dalam analisis bentuk dan elemen-elemen musik dalam tulisan ini dijelaskan secara deskriptif. Hasil penelitian menyatakan bentuk struktur dalam prosesi Malam Tari Inai dan unsur-unsur musikal kesenian Kelintang Tungkal yang dilakukan oleh Sanggar Serase. Kata kunci: Pertunjukan Kelintang Tungkal; Malam Tari Inai; Sanggar Serase; Serame; Begubang. ABSTRACTThis study aims to reveal and describe the structure of thetradition Inai Dance Night in Kuala Tungkal, West Tanjung Jabung Regency, Jambi Province. Processions before the wedding and theprocession Henna Dance Night in the implementation of the wedding ceremony which presents the traditionalmusical Kelintang Tungkal ensemble. The form of theperformance Kelintang Tungkal includes structure, performers, costumes, songs, time and place of performance.musical elements Kelintang Tungkal such as scales, motifs, phrases, poems, drum patterns and gongs.songanalysis Serame and Begubang contained in the procession hours Tari Inai Kuala Tungkal. The method used is a qualitative method with a descriptive and analytical approach. Data collection techniques were carried out by observation, interviews, literature studies and documentation. In the analysis of the forms and elements of music in this paper is described descriptively. The results of the study stated that the structure of theprocession Henna Dance Night and the musical elements of theart Kelintang Tungkal performed by Sanggar Serase. Keywords: Performance Kelintang Tungkal; Henna Dance Night; Serase Studio; Serame; Begubang. 
DIMENSI ESTETIKA PERTUNJUKAN SALUANG DENDANG DI MINANGKABAU DALAM BAGURAU Sriyanto Sriyanto
Ekspresi Seni : Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni Vol 14, No 2 (2012): Ekspresi Seni
Publisher : LPPMPP Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (957.361 KB) | DOI: 10.26887/ekse.v14i2.229

Abstract

Dimensi estetika dalam pertunjukan Saluang-Dendang di Minangkabau amat kompleks. Setiap unsur saling terkait ketika “proses” pertunjukan sedang berlansung. Keterlibatan pemain dan penonton “bersama-sama”sangat menentukan berjalannya pertunjukan. Secara konvensional kualitas estetika bergantung pada tiga unsur penggarapan yaitu: pemahaman, sikap (etika), dan kemampuan (skill).  Ketiganya harus sinergisitas, karena merupakan modal utama pemain Saluang Dendang dan penonton dalam “Bagurau”. Dimensi itulah yang dapat meningkatkan kualitas pertunjukan Saluang Dendang dalam Bagurau.
Penyajian Dikie Rabano dalam Acara Perkawinan di Kanagarian Bukik Batabuah Kecamatan Canduang Kabupaten Agam Rahma Yunita Mah Yully Putri; Ediwar Ediwar; Sriyanto Sriyanto
Jurnal Musik Nusantara Vol 2, No 1 (2022): Jurnal Musik Etnik Nusantara
Publisher : Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/jmen.v2i1.3082

Abstract

ABSTRAK            Kesenian Dikie Rabano merupakan salah satu dari sekian kesenian tradisi yang ada di Kanagarian Bukik Batabuah, Kecamatan Canduang, Kabupaten Agam. Pada penelitian terdapat tujuan untuk mengetahui kembali hal-hal yang pada kesenian Dikie Rabano seperti fungsi dan bentuk penyajian dalam upacara perkawinan. Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data dan informasi dengan menggunakan metode kualitatif yang dimana pada metode tersebut disertai dengan beberapa teknik seperti mengumpulkan data, wawancara, studi pustaka, serta dokumentasi sebagai bukti dalam melakukan penelitian. Pada kesenian Dikie Rabano terdapat fungsi bagi masyarakat di Kanagarian Bukik Batabuah, Kecamatan Canduang, Kabupaten Agam yakni sebagai sarana dalam upacara dan ritual, sebagai sarana hiburan, dan sebagai sarana tontonan. Kesenian Dikie Rabano juga memiliki bentuk penyajian yakni terdapat beberapa unsur-unsur antara lain lokasi penelitian kesenian Dikie Rabano, kostum pemain Dikie Rabano, pemain Dikie Rabano, instrumen/alat, repertoar/lagu, dan orang-orang yang terlibat dalam penyajian kesenian Dikie Rabano. Kata Kunci: Dikie Rabano; Pesta Perkawinan; Bentuk Penyajian; Fungsi. ABSTRACT            Dikie Rabano art is one of the many traditional arts in Kanagarian Bukik Batabuah, Canduang District, Agam Regency. In this study, there is a purpose to find out again things that are in the Dikie Rabano art, such as the function and form of presentation in a wedding ceremony. This research was conducted by collecting data and information using qualitative methods which are accompanied by several techniques such as collecting data, interviews, literature studies, and documentation as evidence in conducting research. In the art of Dikie Rabano, there is a function for the people of Kanagarian Bukik Batabuah, Canduang District, Agam Regency, namely as a means of ceremonies and rituals, as a means of entertainment, and as a means of spectacle. Dikie Rabano art also has a form of presentation, namely there are several elements, including the location of the Dikie Rabano art research, costumes of Dikie Rabano players, Dikie Rabano players, instruments/tools, repertoire/songs, and peoples involved in the presentation of Dikie Rabano art. Keywords: Dikie Rabano; Marriage; Form of presentation; function.   
Unveiling the Aesthetic Charms of 'Khabar Mati': A Deep Dive into Text Folk Performance on the Southern Coastal Shores Emridawati Emridawati; Awerman Awerman; Irdawati Irdawati; Alfalah Alfalah; Sriyanto Sriyanto
Aksara Vol 35, No 2 (2023): Aksara, Edisi Desember 2023
Publisher : Balai Bahasa Provinsi Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29255/aksara.v35i2.4161.319--330

Abstract

This research delves into the aesthetic elements of 'Khabar Mati,' a renowned folk theater performance in the Southern Coastal region. The study employs qualitative analysis with a descriptive method to decipher this traditional theatrical expression's intricate artistic and cultural dimensions. The research meticulously examines the narrative and performance aspects of 'Khabar Mati,' providing a comprehensive analysis of the text and its enactment on the stage. Through this in-depth investigation, the study aims to provide valuable insights into the rich aesthetics embedded within 'Khabar Mati.' The findings promise to shed light on the profound artistic heritage of the Southern Coastal communities, offering a deeper understanding of the cultural and aesthetic significance of this captivating folk theater tradition. By scrutinizing the textual and performative aspects, this research provides a holistic exploration of 'Khabar Mati,' contributing to a more comprehensive appreciation of its artistic and cultural merits.