Hamdani M. Syam
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Syiah Kuala

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

RESPON MEDIA KOMPAS.COM MENGENAI KONTEN VIDEO BLOGGING (VLOG) KAESANG PANGAREP DI YOUTUBE Siti Maghfirah; Hamdani M. Syam
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik Vol 3, No 4 (2018): November 2018
Publisher : Jurnal Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (495.323 KB)

Abstract

 ABSTRAK, Kaesang Pangarep merupakan seorang vlogger yang sudah terkenal di Indonesia dan juga putra bungsu Presiden Joko Widodo, Vlog yang dibuat Kaesang sudah mencapai 38 juta penayangan dengan 541.991 subscriber. Namun, salah satu vlog-nya yang berjudul “Bapak Minta Proyek” menuai kontroversi karena salah seorang pelapor berinisial MH melaporkan Kaesang karena videonya mengandung ujaran kebencian. Maka dari itu, penelitian ini berjudul “Respon Media Kompas.Com Mengenai Konten Video Blogging (Vlog) Kaesang Pangarep Di Youtube”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon media kompas.com mengenai konten video blogging Kaesang Pangarep di youtube. Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori Agenda Setting. Pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Penelitian metode deskriptif kualitatif ini menggunakan analisis framing Zhondang Pan dan Gerald M. Kosicki. Alasan mengambil analisis framing Zhondang Pan dan Gerald M. Kosicki yaitu untuk menonjolkan pesan dari berita yang dipublikasi dan menempatkan informasi lebih daripada yang lain sehingga khalayak lebih tertuju pada pesan. Dari hasil analisis menunjukkan bahwa media Kompas.com merespon kasus vlog Kaesang hanyalah penilaian dari pelapor yang menyatakan bahwa video Kaesang mengandung ujaran kebencian dan penodaan agama. Berdasarkan keterangan ahli, vlog Kaesang tidak mengandung ujaran kebencian dan penodaan agama karena vlog yang dibuat Kaesang hanyalah bentuk kebebasan berekspresi atas kejadian yang sedang bergejolak di Indonesia, seperti kasus ujaran kebencian yang bermuatan suku, agama, ras, dan adat.Kata Kunci : Pemberitaan, Vlogger, Analisis FramingTHE RESPOND OF KOMPAS.COM MEDIA ABOUT VIDEO BLOGGING (VLOG) CONTENT OF KAESANG PANGAREP IN YOUTUBEABSTRACT Kaesang Pangarep is one of famous vloggers in Indonesia and a son of Indonesian president, Joko Widodo. The vlog that has been created by him posted around 38 million shows and is followed by 541.991 subscribers. Yet, one of his posting entitled “Bapak Minta Proyek” reaped controversy because unknown person (initial: MH) has reported him to police due to hate speech. In that, this research is entitled by “The Respond of Kompas.com Media about Video Blogging (Vlog) content of Kaesang Pangarep in Youtube”. This research was conducted to figure out the respond of kompas.com media about Kaesang’s vlog content in Youtube. The theory used in this research is setting agenda theory. The methodology applied in this research was qualitative descriptive, and it was analyzed by using Zhondang Pan and Gerald M. Kosicki framing. The reason why the researcher was chosen is to blow it out the message from the posting and places the information much more detailed so it attracted society’s attention. The result of this research, the researcher found that kompas.com media responded to Kaesang’s case, yet, they just paid their attention to the reporter of the case who said the posting contained hate speech and religion desecration. Based on experts, Kaesang’s vlog was not contained any of accusations that were reported to the police because it just a place where he can express his feelings that happened in Indonesia, for example hate speech loaded races, religions, tribe and culture.Keyword: News, Vlogger, Framing Analysis
REPRESENTASI STEREOTIP MASYARAKAT INDONESIA PADA VIDEO HOW TO ACT INDONESIAN Rizki Agustian; Hamdani M. Syam
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik Vol 3, No 1 (2018): Februari 2018
Publisher : Jurnal Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (23.795 KB)

Abstract

ABSTRAKHow to Act Indonesian merupakan video vlog yang diproduksi dan disebarkan di youtube oleh Sacha Stevenson. Video ini menceritakan tentang tips bagaimana bertindak seperti orang Indonesia. Sacha membuat video parodi seperti apa kehidupan sehari-hari dari masyarakat Indonesia yang mungkin cenderung ‘menusuk’ karena kebanyakan yang disorot adalah kebiasaan buruk dari masyarakat Indonesia. Video ini dibuat berdasarkan pengalaman pribadi Sacha yang telah lama menetap di Indonesia yang kemudian membentuk persepi tentang orang Indonesia dan bagaimana orang Indonesia bertindak. Penelitian ini menganalisis tentang stereotip masyarakat Indonesia yang tergambar pada video How to Act Indonesian. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk stereotip yang terkandung pada video How to Act Indonesian dan menjelaskan makna tersirat dalam video ini menggunakan analisis semiotika Roland Barthes, untuk menemukan makna denotasi, konotasi dan mitos dari video How to Act Indonesian. Melalui signifikasi dua tahap, dan menggunakan korpus yang terdiri dari enam segmen yang diambil dari episode 25 video How to Act Indonesian. Hasil dari analisis pesan stereotip yang tergambar dalam video ini  diantaranya, stereotip orang Indonesia suka mengalihfungsikan benda bekas untuk digunakan dengan cara yang berbeda dan penyalahgunaan barang pribadi, stereotip orang Indonesia memuliakan tamu dan  kebiasaan makan orang Indoneisa yang tak bisa lepas dari nasi, stereotip siswa SMA Indonesia suka meremehkan orang yang ingin belajar dan berkembang, stereotip orang Indonesia terlalu ramah kepada orang asing hingga dinilai terlalu sok akrab, stereotip orang Indonesia lebih memprioritaskan tren daripada prioritas  pekerjaannya dan orang Indonesia heterogen, saling menghormati perbedaan dan menjunjung tinggi persamaan hak. Berbagai segmen yang dimunculkan oleh Sacha di dalam video dianalisis peneliti lewat signifikasi dua tahap dimana memperlihatkan potongan-potongan adegan yang merepresentasikan stereotip positif dan negatif melalui lakon, atribut, ide cerita. Kata Kunci: How to Act Indonesian, Representasi, Stereotip REPRESENTATION STEREOTYPE OF INDONESIAN PEOPLE IN VIDEO HOW TO ACT INDONESIAN ABSTRACTHow to Act Indonesian is a video blog produced and distributed on youtube by Sacha Stevenson. This video tells about tips on how to act like an Indonesian. Sacha made parody video of what everyday life of Indonesians that might be 'offensive' because most of the content of this video is about a bad habit of Indonesian. This video was made based on Sacha long established personal experience, which later formed the perception of the Indonesia people and how Indonesian act. The purpose of this study was to determine the form of stereotypes contained in the video How to Act Indonesian and explain the meaning implied in the video. This study uses Roland Barthes semiotics analysis, to find meaning of denotation, connotation and myth on the video How to Act Indonesian. Using two order of signification, and corpus consisting of six segments taken from episode 25 How to Act Indonesian video. The results of the analysis showed there is stereotypical messages depicted on this video including, that showed they like to convert used by someone objects for use in different ways and misuse of others personal belongings, stereotypes Indonesians glorify their guests and eating habits of Indonesians that said if you haven’t had rice, you haven’t eaten, Indonesian high school students like to underestimate people who want to learn and judge them with negative opinion, Indonesian are too friendly to strangers to be considered too close just like they has been close as your friend even you never meet them before, Indonesian stereotypes prioritize trends rather than their work and Indonesia have Heterogeneous people, respecting differences and upholding everyone equal rights.. Various segments that Sacha showed in the video are analyzed by the researchers through two order signification which shows on pieces of scenes that represent positive and negative stereotypes through play role, attributes, and story ideas.  Keywords: How to Act Indonesian, Representation, Stereotype  
ANALISIS FRAMING KASUS REYNHARD SINAGA DI MEDIA ONLINE KOMPAS DAN THE GUARDIAN Hamdani M. Syam; Nadia Muharman
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik Vol 6, No 2 (2021): Mei 2021
Publisher : Jurnal Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

 ABSTRAKPenelitian ini berjudul “Analisis Framing Pemberitaan Kasus Pemerkosaan oleh Reynhard Sinaga di Media Online Kompas dan The Guardian”.  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pembingkaian berita kasus Reynhard Sinaga di media online Kompas dan The Guardian pada tanggal 6 dan 7 Januari 2020. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan analisis framing Robert N. Entman yang mengemukakan perangkat framing yang terdiri dari empat elemen yaitu define problems, diagnose cause, make moral judgement, dan treatment recommendation. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan mengumpulkan berita mengenai kasus pemerkosaan oleh Reynhard Sinaga yang dimuat pada portal berita Kompas.com dan Theguardian.com. Fokus dalam penelitian ini adalah pemberitaan pada media online Kompas.com dan Theguardian.com terkait kasus Reynhard Sinaga pada tanggal 6 dan 7 Januari 2020. Penelitian ini menggunakan teori Framing, dimana teori ini menjelaskan framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menseleksi isu dan menulis berita. Hasil penelitian menggunakan framing model Robert N. Entman menggambarkan bahwa pembingkaian berita yang disajikan oleh media online Kompas.com dan Theguardian.com mengedepankan objektivitas dalam memberitakan kasus pemerkosaan Reynhard Sinaga namun belum berada di jalur yang sesuai dengan kode etik jurnalistik yang berlaku di negara masing-masing namun. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menilai stigma masyarakat terhadap cara media Indonesia yang menampilkan berita terkait kasus Reynhard belum sebagus media Inggris tidak terbuktikan.Kata Kunci: Framing, Kasus Pemerkosaan Reynhard Sinaga, Media Online, Kompas.com, Theguardian.com REYNHARD CASE FRAMING ANALYSIS IN THE COMPASS AND THE GUARDIAN ONLINE MEDIAABSTRAC The research entitled "Analysis of Rape Case Framing by Reynhard Sinaga in Online Media Kompas and The Guardian". This study aims to see the framing of the news of the Reynhard Sinaga case in online media Kompas and The Guardian on January 6 and 7 2020. This study uses a descriptive qualitative method with Robert N. Entman's framing analysis, which suggests a framing device consisting of four elements, namely defining the problem. , diagnose causes, make moral judgments, and recommend treatment. The data technique used in this study was to collect news about the rape case by Reynhard Sinaga which was published on the news portals Kompas.com and Theguardian.com. The focus in this research is the news on online media Kompas.com and Theguardian.com related to the Reynhard Sinaga case on January 6 and 7 2020. This research uses the Framing theory, where this theory explains framing is an approach to see how the perspective or point of view is used. by journalists when selecting issues and writing news. The results of the study using the Robert N. Entman framing model illustrated that the news framing presented by the online media Kompas.com and Theguardian.com prioritizes objectivity in reporting the case of Reynhard Sinaga's rape but has not been on track in accordance with the journalistic code of ethics applicable in their respective countries. but respectively. Based on the results of the study, the researcher assessed that the public's stigma against the way the Indonesian media presented news related to the Reynhard case was not as good as the British media was not proven.Keywords: Framing, Reynhard Sinaga Rape Case, Online Media, Kompas.com, Theguardian.com