Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Eufemism in Environmental Discourse of the Movement Capital Country in Indonesian Mass Media: Critical Ecolinguistics Rachmad Fadillah Maha; Dwi Widayati; T. Thyrhaya Zein
Budapest International Research and Critics Institute (BIRCI-Journal): Humanities and Social Sciences Vol 5, No 1 (2022): Budapest International Research and Critics Institute February
Publisher : Budapest International Research and Critics University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33258/birci.v5i1.4057

Abstract

In its presentation, the mass media use various language tools to package environmental discourse, one of which is euphemism. This study highlights the phenomenon of the use of euphemisms contained in the environmental discourse of moving the country's capital city in the mass media in Indonesia. This research is a qualitative descriptive study. The data was taken from online news portals, namely Kompas.com, Okezone.com, and Detik.com using the listening method with an advanced technique in the form of note taking. The data is limited only around the context of the transfer of the country's capital. Data analysis is done interactively and continues continuously until complete. The euphemism expression unit used by the mass media in Indonesia in the discourse of the transfer of the country's capital is divided into four, namely words, phrases, clauses, and sentences. Units of expression in the form of words, namely in the form of the basic words noun and adjective nits of expression in the form of derivative words are divided into three, namely noun, adjective, and drab. Euphemism units of expression take the form of phrases, namely noun phrases and adjective phrases. Units of expression in the form of clauses and sentences found only one variation. The euphemism categorization found in ten data, namely one for one subtitutions, flippancy, generale for specific, remodeling, colloquial, understatement, circomlucation, acronym, metaphor, and clipping. Euphemism.
Dampak Ekologis Penggunaan Kalimat Indikatif Pada Pemberitaan Pemakaian Air Tanah: Kajian Ekolinguistik Kritis Sry Wahyuni; Dwi Widayati; Rachmad Fadillah Maha
Risâlah Jurnal Pendidikan dan Studi Islam Vol. 10 No. 2 (2024)
Publisher : Fakultas Agama Islam Universitas Wiralodra Indramayu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31943/jurnal_risalah.v10i2.962

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan dampak konstruktif kalimat indikatif bagi pembaca. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan wacana kritis dengan metode deskriptif. Dengan pendekatan wacana kritis, teks-teks lingkungan dikaji dan diungkap bentuk dan dampak konstruktif di balik teks tersebut. Teks pada wacana lingkungan yang ditulis oleh wartawan pasti didasari hasil observasi dan wawancara. Lewat teks tersebut tergambar konteks wacana tersebut dibuat. Analisis wacana kritis adalah upaya atau proses penguraian untuk memberi penjelasan dari sebuah teks (realitas sosial) yang mau atau sedang dikaji oleh seseorang atau kelompok dominan yang kecenderungannya mempunyai tujuan tertentu untuk memperoleh apa yang diinginkan. Berdasarkan hasil penelitian tentang dampak ekologis penggunaan kalimat Indikatif pada pemberitaan pemakaian air tanah, ditemukan dampak konstruktif penggunaan kalimat indikatif sebanyak tiga data, terdapat juga contoh kalimat indikatif yang berbentuk pelestarian dan pemertahanan lingkungan dan terakhir terdapat kalimat indikatif yang mengandung kalimat konstruktifnya. Dampak konstruktif biasanya isi, makna atau pesannya bisa mempengaruhi pola pikir dan sikap pembaca untuk ikut melestarikan lingkungan. Berdasarkan isinya, wacana dikelompokkan dalam beberapa bentuk, yaitu wacana sosial, wacana ekonomi, wacana hukum, dan wacana lingkungan. Teks positif dapat mengubah etika lingkungan yang negatif menjadi positif. Dampak positif yang sifatnya konstruktif berupa penggunaan bahasa yang terlalu mudah dipahami, tidak berlebihan, dan rinci sehingga mempengaruhi sikap dan pola pikir bagi masyarakat atau pembacanya.
Majas pada Poster Pelestarian Habitat Makhluk Hidup: Kajian Ekolinguistik Kritis Marwansyah Silitonga; Dwi Widayati; Rachmad Fadillah Maha
Risâlah Jurnal Pendidikan dan Studi Islam Vol. 10 No. 3 (2024)
Publisher : Fakultas Agama Islam Universitas Wiralodra Indramayu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31943/jurnal_risalah.v10i3.1051

Abstract

Tujuan penelitian ini untuk mengkaji gaya bahasa yang terdapat pada poster pelestarian habitat makhluk hidup. Penelitian ini termasuk ke dalam kajian ekolinguistik kritis. Penelitian ini didesain menggunakan kerangka penelitian deskriptif kualitatif. Data dikumpulkan dengan metode simak, dengan teknik lanjutan berupa teknik catat. Data dikumpulkan dari beberapa web dan internet yang berisi tentang poster-poster dan iklan lingkungan hidup serta memilah dan memilih poster yang berkaitan dengan pelestarian habitat makhluk hidup. Berdasarkan hasil penelitian terdapat tujuh poster yang dianalisis gaya bahasanya.
Disfemisme pada Wacana Lingkungan Lampung Kota “Dajjal” dalam Kajian Ekolinguistik Kritis Wan Nur’Aini Lubis; Dwi Widayati; Rachmad Fadillah Maha
Risâlah Jurnal Pendidikan dan Studi Islam Vol. 10 No. 3 (2024)
Publisher : Fakultas Agama Islam Universitas Wiralodra Indramayu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31943/jurnal_risalah.v10i3.1079

Abstract

Permasalahan sosial adalah kondisi yang tidak diinginkan ada dalam masyarakat. Hal itu karena dapat mengganggu ketenteraman masyarakat. Permasalahan sosial sering kali berkaitan dengan ketaksetaraan, ketakadilan, ketakstabilan, atau ketakseimbangan dalam masyarakat. Masalah sosial merupakan masalah yang timbul akibat dari interaksi sosial antara individu, antara individu dengan kelompok, antara kelompok dengan kelompok. Interaksi sosial berkisar pada ukuran nilai, adat istiadat, ideologi dan tradisi yang ditandai dengan suatu proses sosial yang disosiatif. Bahkan masalah sosial timbul dari proses perkembangan masyarakat. Apalagi kalau proses perkembangan itu berlangsung dengan cepat sehingga menimbulkan keguncangan di dalam masyarakat. Sehingga masyarakat kekagetan budaya (cultural shock) dan kesenjangan budaya (cultural cultural lag).