Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Inovasi Sosial pada Penanganan Stunting: Penerapan Konsep Bapak Asuh Anak Stunting di Tambak Dahan, Subang, Provinsi Jawa Barat Wijayanti, Febtri; Yudha, Raphael; Carolina; Saparita, Rachmini
Sosio Konsepsia: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial Vol. 12 No. 2 (2023): Sosio Konsepsia: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial
Publisher : Pusat Pendidikan, Pelatihan, dan Pengembangan Profesi (Pusdiklat-bangprof), Kementerian Sosial RI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33007/ska.v12i2.3239

Abstract

Program Bapak Asuh Anak Stunting (BAAS) merupakan salah satu strategi pemerintah daerah untuk menggugah partisipasi birokrasi khususnya untuk bersama mengupayakan penanganan percepatan penurunan stunting di masyarakat. Karena penanganan stunting membutuhkan kerjasama sinergis berbagai pihak, maka tata kelola kolaboratif menjadi opsi yang layak dipertimbangkan. Tulisan ini membahas tata kelola kolaboratif yang inovatif dengan mengangkat kasus implementasi BAAS melalui dapur sehat (Dashat). Inovasi yang diangkat adalah inovasi sosial, dimana program BAAS melalui Dashat adalah salah satu wujud dari penyelesaian masalah pada masyarakat melalui inovasi sosial. Penelitian menggunakan metode kualitatif, sementara data dan informasi diurai secara deskriptif analitis. Kolaborasi merupakan rekomendasi strategis pada implementasi program BAAS Kabupaten Subang. Kasus di Kecamatan Tambakdahan membuktikan strategi yang tepat untuk mewujudkan tata kelola kolaboratif yang efektif adalah dengan mengakomodasi penerapan inovasi sosial sehingga tujuan publik yang strategis yaitu percepatan penurunan stunting dapat tercapai. Namun, inovasi sosial memerlukan prasyarat yang mendukung antara lain: 1) kepemimpinan, 2) kesamaan pemahaman mengenai urgensi program, 3) komunikasi efektif antar jenjang, 4) kolaborasi yang baik antar pihak, dan 5) modal sosial. Modal sosial sangat penting agar pencegahan dan penangangan stunting mendapatkan perhatian dan bantuan dari masyarakat. Penanganan dan pencegahan stunting memerlukan kerjasama berbagai pihak yang ada di desa, dari pemerintah desa dan terutama masyarakatnya. Tantangan dalam menjalankan inovasi sosial ini bagi pelaku inovasi antara lain: sikap pesimis dari lingkungan sekitar, dukungan dari pemimpin, dan sikap kepemimpinan.
PERKEMBANGAN KOMERSIALISASI PERTANIAN DI INDONESIA DAN PROYEKSINYA 2005-2050 Saparita, Rachmini
Jurnal AGRISEP JURNAL AGRISEP VOL 04 NO 02 2005 (SEPTEMBER)
Publisher : Badan Penerbitan Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (302.342 KB) | DOI: 10.31186/jagrisep.4.2.1-16

Abstract

This article identified the growth commercial agriculture through diversification of crops to predict the process of agricultural transformation in Indonesia. The result showed that the growth of commercial agriculture was varied. Some provinces, such as Jakarta, West Java, North and West Sumatera, Riau, Kalimantan, Midle and South Sulawesi, which had low index, commercialization worked well. The economic pattern of their farmer changed from subsistence to commercial. Agricultural development in those provinces entered to the growth and advanced stages of agricultural transformation. However, others provinces, which had high index, commercial agriculture worked poorly. For all provinces outside Java islands, the cause of those high indexes were predicted by several factors, such as lack of infrastructure, remote areas, and other limitations, so that business accesses to outside areas were not run well. For all provinces inside Java islands, the cause was predicted by the excessive of subsistence agriculture, so that commercial agriculture was delayed, while other areas were suited for various food crops type. From that situation it could be concluded that agricultural development was not spread equally for every province in Indonesia. Since agricultural development policies were such as the existing strategies, the growth of commercial agriculture were predicted would not affect the increase of farmer’s income, because the growth was not caused by transformation of agricultural economic pattern from subsistence to commercial, but was caused by agriculture household enlargement. Consequently, the government should apply land reform policy immediately.
Kelembagaan Mitigasi Ekonomi: Sebuah Pendekatan Baru Sistem Penghidupan di Daerah Rawan Bencana Wahyono, Eko; Prayoga, Reza Amarta; Hakim, Fatwa Nurul; Solekha, Nuzul; Fatimah, Siti; Purbandini, Lis; Wibowo, Djoko Puguh; Saparita, Rachmini
Society Vol 11 No 1 (2023): Society
Publisher : Laboratorium Rekayasa Sosial, Jurusan Sosiologi, FISIP Universitas Bangka Belitung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33019/society.v11i1.538

Abstract

Research on livelihood systems tends to focus on livelihood assets, the transformation of structures, processes, and livelihood outcomes. During disasters, livelihood systems are disrupted, and various socio-economic issues may arise if not properly addressed. This research provides a perspective on social-economic mitigation institutions in the context of community livelihood systems in disaster-prone areas. The research advocates the need for economic mitigation institutions in vulnerable communities in disaster-prone regions. The framework of these economic mitigation institutions emphasizes economic commodification schemes. This research examines the institutional dynamics communities implement in economic mitigation as part of their livelihood systems in disaster-prone regions. This research adopts a qualitative constructivist approach to construct a new conceptual framework for disaster mitigation. Data is collected through in-depth interviews and focused group discussions (FGDs). The findings show that various insights provide potential solutions for disaster-prone livelihood systems based on theoretical analysis and empirical findings from disaster-prone areas in Indonesia. Economic mitigation institutions are crucial for vulnerable communities and essential for sustainable development. Moreover, communities residing in disaster-prone areas naturally develop survival strategies by utilizing available resources.
Inovasi Sosial pada Penanganan Stunting: Penerapan Konsep Bapak Asuh Anak Stunting di Tambak Dahan, Subang, Provinsi Jawa Barat Wijayanti, Febtri; Yudha, Raphael; Carolina; Saparita, Rachmini
Sosio Konsepsia: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial Vol. 12 No. 2 (2023): Sosio Konsepsia: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial
Publisher : Pusat Pendidikan, Pelatihan, dan Pengembangan Profesi Kesejahteraan Sosial (Pusdiklatbangprof Kesos), Kementerian Sosial RI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33007/ska.v12i2.3239

Abstract

Program Bapak Asuh Anak Stunting (BAAS) merupakan salah satu strategi pemerintah daerah untuk menggugah partisipasi birokrasi khususnya untuk bersama mengupayakan penanganan percepatan penurunan stunting di masyarakat. Karena penanganan stunting membutuhkan kerjasama sinergis berbagai pihak, maka tata kelola kolaboratif menjadi opsi yang layak dipertimbangkan. Tulisan ini membahas tata kelola kolaboratif yang inovatif dengan mengangkat kasus implementasi BAAS melalui dapur sehat (Dashat). Inovasi yang diangkat adalah inovasi sosial, dimana program BAAS melalui Dashat adalah salah satu wujud dari penyelesaian masalah pada masyarakat melalui inovasi sosial. Penelitian menggunakan metode kualitatif, sementara data dan informasi diurai secara deskriptif analitis. Kolaborasi merupakan rekomendasi strategis pada implementasi program BAAS Kabupaten Subang. Kasus di Kecamatan Tambakdahan membuktikan strategi yang tepat untuk mewujudkan tata kelola kolaboratif yang efektif adalah dengan mengakomodasi penerapan inovasi sosial sehingga tujuan publik yang strategis yaitu percepatan penurunan stunting dapat tercapai. Namun, inovasi sosial memerlukan prasyarat yang mendukung antara lain: 1) kepemimpinan, 2) kesamaan pemahaman mengenai urgensi program, 3) komunikasi efektif antar jenjang, 4) kolaborasi yang baik antar pihak, dan 5) modal sosial. Modal sosial sangat penting agar pencegahan dan penangangan stunting mendapatkan perhatian dan bantuan dari masyarakat. Penanganan dan pencegahan stunting memerlukan kerjasama berbagai pihak yang ada di desa, dari pemerintah desa dan terutama masyarakatnya. Tantangan dalam menjalankan inovasi sosial ini bagi pelaku inovasi antara lain: sikap pesimis dari lingkungan sekitar, dukungan dari pemimpin, dan sikap kepemimpinan.
Sustainable Community Development for Developing of Coastal Areas in Alor Regency, East Nusa Tenggara, Indonesia Saparita, Rachmini; Nanang Surachman, Diki; M. Astro, Hendarwin; Sukirno, Sukirno; Karsani Apriliyadi, Eki
Jurnal Pemberdayaan Masyarakat: Media Pemikiran dan Dakwah Pembangunan Vol. 4 No. 2 (2020): Jurnal Pemberdayaan Masyarakat
Publisher : UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/jpm.2020.04-05

Abstract

Community empowerment activities are carried out in Alor Regency - East Nusa Tenggara through the application of fish-based food processing technology in 2018 & 2019, aimed at improving the community’s economy in the coastal area of Alor Island and building the concept of sustainable empowerment. The intervention stage is approached by the Community Capacity Building method. Community empowerment carried out through the transfer of knowledge and technology with continuous assistance has implications for improving coastal communities’ skills and the use of technology to increase added value to get better income. In order for community empowerment to be sustainable, LIPI and the local government of Alor Regency have developed a community empowerment concept that local governments can implement to develop their areas and communities in a better and more competitive direction. By collaborating between R & D institutions, local governments, and business actors (triple helix) and the market, it is hoped that the economy of the people in the coastal area of Alor Island will run well and can be a lever in the development of areas based on the use of technology in the community.