Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

ANALISA SOSIOEKONOMI PENERAPAN PENGUMPANAN TEBU DALAM PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI GULA MERAH TEBU DI LAWANG Sandra Melly; Nofialdi Nofialdi
Jurnal Teknologi Pertanian Andalas Vol 19, No 1 (2015)
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (194.881 KB) | DOI: 10.25077/jtpa.19.1.59-64.2015

Abstract

Pengembangan agroindustri untuk meningkatkan nilai tambah usahatani terus digalakkan. Sejalan dengan itu, peran inovasi teknologi makin strategis dalam upaya peningkatan produktivitas dan efisiensi sistem produksi. Pengembangan agroindustri tidak terlepas dari pemanfaatan teknologi mekanisasi, baik di dalam maupun luar usahatani. Begitu juga halnya dengan agroindustri gula merah tebu (GMT) yang merupakan agroindustri skala kecil yang menghadapi berbagai kendala dalam pengembangannya. Salah satunya adalah rendemen dan produkstivitas agroindustri GMT yang rendah di Lawang yang disebabkan diantaranya kurang optimalnya proses penggilingan. Berbagai alternatif teknologi dapat diterapkan untuk mengatasinya, salah satunya melalui cara pengumpanan tebu. Namun perlu dilakukan pemilihan teknologi yang tepat baik secara teknis, ekonomi dan sosial. Oleh karenanya tujuan penelitian ini adalah  menentukan dan menganalisis kelayakan sosioekonomi cara pengumpanan tebu yang diterapkan dalam pengembangan agroindustri gula merah tebu. Metode MPE digunakan untuk memilih pengumpanan tebu yang akan diterapkan, sedangkan analisa sosioekonomi dilakukan secara kualitatif dengan metode deskriptif. Dari penelitian ini diketahui bahwa (1) Perbaikan cara pengumpanan tebu dengan melakukan pengumpanan tebu 4 batang sekaligus dipilih sebagai alternatif dalam pengembangan agroindustri GMT di Lawang (berdasarkan metode penilaian MPE) dengan nilai 749, dengan mengacu pada kriteria laju pengumpanan, ketersediaan tenaga kerja ,ketersediaan bahan baku, kemampuan operator dan kemampuan modal, (2) Cara pengumpanan tebu 4 batang sekaligus ditinjau dari aspek ekonomi dan sosial layak untuk diterapkan dalam pengembangan agroindustri GMT di Lawang.Kata Kunci: Gula merah tebu, pengembangan agroindustri, pengumpanan tebu
ANALISA EKONOMI PENGOPERASIAN ALAT DAN MESIN PENGADUK ADONAN KERUPUK MERAH Sandra Melly; Mimi Harni
Jurnal Teknologi Pertanian Andalas Vol 20, No 2 (2016)
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (157.177 KB) | DOI: 10.25077/jtpa.20.2.33-38.2016

Abstract

Di Sumatera Barat, sentra industri kerupuk merah terdapat di daerah Piladang Kecamatan Akabiluru Kabupaten Lima Puluh Kota dan jumlah industri ini terus meningkat (14, 16 % pada tahun 2011) seiring dengan meningkatnya permintaan kerupuk merah. Namun,   permasalahan pada industri kerupuk merah ini adalah teknologi pengolahan yang masih sederhana (manual) dari hulu sampai ke hilir dalam proses produksi kerupuk merah  yang  membutuhkan waktu dan tenaga kerja yang banyak sehingga biaya operasionalnya pun menjadi besar. Kapasitas produsi kerupuk merah sangat ditentukan oleh proses pencampuran adonan  (proses awal) yang selama ini 3-4 orang tenaga pria sebagai tenaga pengaduknya yang mengaduk adonanan 500  kg selama 2,5 jam – 3 jam. Proses ini menjadi pekerjaan yang melelahkan, membutuhkan waktu yang lama dan menurunkan kuantitas dan kualitas produksi. Oleh karena itu, didesignlah  alat pencampur adonan kerupuk merah yang dapat meningkatkan kapasitas produksi dan efisien waktu serta lebih higienis.Hasil penelitian Melly dan Harni (2015) menunjukkan secara teknis alat dan mesin pencampur adonan kerupuk merah yang didesign layak digunakan karena dapat meningkatkan produksi serta efektif dan efisien dari segi waktu dan tenaga kerja dimana berkapasitas 906,34 kg/jam dengan kecepatan 27,2 rpm serta membutuhkan 1 orang operator dalam pengoperasiannya. Selanjutnya perlu dikaji dari segi eknomisnya.Penelitian ini dilakukan di workshop Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh  dan industri kerupuk merah Payakumbuh pada bulan Agustus sampai dengan Oktober 2015.  Metode yang digunakan adalah metode perhitungan biaya pengoperasian alat yang memperhitungkan biaya tetap dan biaya tidak tetap. Dari segi biaya pengoperasian alat pencampuran kerupuk merah lebih ekonomis dibandingkan dengan cara manual dimana biaya pengoperasian alatnya Rp.42,112/kg, sedangkan secara manual membutuhkan biaya Rp. 140,625/kg. Dengan demikian alat pencampuran adonan kerupuk merah ini secara teknis dan ekonomis layak digunakan untuk meningkatkan kapasitas produksi kerupuk merah pada industri kerupuk merah dan lebih efisien waktu, tenaga dan biaya.
Rancang Bangun Mesin Pengupas Talas Yudistira; Rildiwan; Musdar Effy Djinis; Zulnadi; Sandra Melly; Irwan A
Atech-i Vol. 1 No. 1 (2023): Tahun 2023
Publisher : Green Engineering Society

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55043/atech-i.v1i1.13

Abstract

Talas berpotensi besar dalam pemnfaatan diberbagai bidang baik pangan maupun obat–obatan, talas memiliki nilai ekonomis tinggi ketika dapat diolah dengan baik sesuai kebutuhan pasar. Dalam pengolahan talas, salah satu tahap penting yang harus dilakukan adalah tahap pengupasan untuk membersihkan bagian kulit yang tidak digunakan dan dapat mengurangi mutu produk,serta mempermudah pengolahan ketahap selanjutnya. Setalah dilakukan pengujian pengupasan secara manual pada 1 kg talas dibutuhkan waktu selama 7 menit. Maka dari itu perlu pembuatan mesin pengupas talas. Metoda pelaksanaan penelitian adalah identifikasi masalah, desain alat pengupas kulit talas, pembuatan komponen, uji fungsional dan uji kinerja, Hasil uji kinerja mesin pengupas kulit talas didapatkan kapasitas kerja alat adalah 98 Kg/Jam, dengan waktu pengupasan 3 menit. Jika pengupasan semakin lama maka rendemen akan semakin berkurang, hal ini dikarenakan terkikisnya bagian daging talas.