Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

PERGESERAN MATA PENCAHARIAN PADA GENERASI MUDA PETANI DI DESA SELOPANGGUNG Trimurti Ningtyas; Aminatul Kurnia
Asketik : Jurnal Agama dan Perubahan Sosial Vol 5, No 2 (2021)
Publisher : Lembaga penelitian dan Pengembangan Masyarakat (LPPM) IAIN Kediri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30762/ask.v5i2.3848

Abstract

Indonesia as an agrarian country because most of the Indonesian people make a living as farmers. In Selopanggung Village, located on the slopes of Mount Wilis, the younger generation has also experienced a decline in interest in farming. This study aims to describe how the shift in people's livelihoods from farmers to other livelihoods. This study uses a qualitative method with descriptive analysis. The theory used is social action from Max Weber as an analysis of actions that affect the shift in the livelihoods of the younger generation of farmers in Selopanggung Village. The results in this study describe how the actions of the younger generation choose not to become farmers, so that it can be identified what factors can influence these actions. The findings are that there are four actions that can be identified in shifting livelihoods, as well as four factors that can support these actions.
Mereduksi Stigma Negatif Pada Perempuan Muslim Pengemudi Ojek Online Di Kota Kediri Trimurti Ningtyas; Putri Rosita Maeni
An-Nisa': Jurnal Kajian Perempuan dan Keislaman Vol. 14 No. 2 (2021)
Publisher : LP2M UIN Kiai Haji Achmad Siddiq Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35719/annisa.v14i2.60

Abstract

Transportasi berbasis online menawarkan berbagai bentuk kemudahan dalam kebutuhan transportasi. Pekerjaan sebagai pengemudi taksi online umumnya dilakukan oleh pria, namun kini juga menjadi pilihan bagi wanita. Artikel ini akan fokus, bagaimana Muslimah yang mengemudikan taksi online mengurangi stigma negatif yang ada di masyarakat. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang dilakukan melalui observasi terhadap aktivitas pengemudi taksi online, wawancara dengan pengemudi taksi online dan dokumentasi. Dalam penelitian ini menggunakan teori gender dari Maxine Molineux. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebutuhan praksis gender di kalangan wanita muslimah pengendara taksi online lebih diarahkan pada aktivitas pemenuhan kebutuhan dan optimalisasi peran wanita dalam kehidupan sehari-hari tanpa harus meninggalkan perannya di dalam rumah. Dalam kebutuhan strategis gender dalam penelitian ini digambarkan dengan upaya perempuan pengemudi taksi online untuk memiliki kendali atas diri mereka sendiri dalam posisinya sebagai penjual jasa transportasi dan tidak perlu dikasihani. Bentuk kelangsungan hidup wanita muslimah yang mengemudikan taksi online ini telah mengurangi stigma masyarakat terhadap mereka atas peran yang dimainkan oleh wanita-wanita tersebut Online-based transportation offers various forms of convenience in transportation needs. Jobs as an online taxi driver generally performe by a man, but also now an option for women. This article will focus, how Muslim women who drive online taxis reduce the negative stigma that exists in society. This study used a qualitative approach which was carried out through observing the activities of online taxi drivers, interviewing online taxi drivers and documentation. In this study, using the gender theory of Maxine Molineux. The results show that the need for gender praxis among Muslim women who drive online taxis is more directed at activities to meet their needs and optimize women's roles in daily life without having to leave their role in the house. In the strategic needs of gender in this study are illustrated by the efforts of women online taxi drivers to have control over themselves in their positions as sellers of transportation services and not to be pitied. This form of survival of Muslim women who drive online taxis has reduced the stigma of society on them for the roles that these women play.
PERAN BAWASLU DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI MASYARAKAT PADA PENGAWASAN PEMILU 2019 Agus Edi Winarto; H. M. Dimyati Huda; Trimurti Ningtyas
REFORMASI Vol 12, No 2 (2022)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33366/rfr.v12i2.3742

Abstract

Supervision of general election will run more effectively if Bawaslu involves public participation. This study aims to identify and analyze public participation in general election supervision and the roles and obstacles of Bawaslu Kabupaten Kediri in increasing public participation in general election supervision in the 2019 General Election in Kediri Regency. This is an empirical research using qualitative research. The researcher uses interviews as the primary data and documentation as the secondary data. The results show that: first, the people of Kediri Regency have participated in conducting general election supervision in the form of giving information on suspected general election violations to Bawaslu Kabupaten Kediri; second, Bawaslu Kabupaten Kediri has made efforts to increase public participation in general election supervision in the form of participatory supervision dissemination, initiating the formation of Kampung APU (Anti Money Politics) and Kampung AWAS (Participatory Supervision) in several villages in Kediri Regency; third, the obstacles faced by Bawaslu Kabupaten Kediri are the low political education, the perception that general election is an election organizer’s business, the perception that general election does not affect the life / welfare of the community, the existence of ewuh-pakewuh culture, and the fear of intimidation towards personal and family security and safety by giving report of general election violations to Bawaslu Kabupaten Kediri.AbstrakPengawasan pemilu akan berjalan lebih efektif jika Bawaslu melibatkan partisipasi masyarakat. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis seberapa jauh tingkat partisipasi yang dilakukan oleh masyarakat dalam pelaksanaan pengawasan pemilu, dan bagaimanakah peran-serta dan hambatan yang dihadapi Bawaslu Kabupaten Kediri dalam meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengawasan pemilu pada Pemilu Tahun 2019 di Kabupaten Kediri. Jenis penelitian ini empiris dengan desain kualitatif. Penelitian ini menggunakan data primer wawancara dan data sekunder dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: pertama, masyarakat Kabupaten Kediri telah berpartisipasi dalam melakukan pengawasan pemilu berupa pemberian informasi terhadap adanya dugaan pelanggaran pemilu kepada Bawaslu Kabupaten Kediri; kedua, Bawaslu Kabupaten Kediri telah melakukan upaya untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengawasan pemilu berupa sosialisasi pengawasan partisipatif, memprakarsai terbentuknya Kampung APU (Anti Politik Uang) dan Kampung AWAS (Pengawasan Partisipatif) di beberapa desa di Kabupaten Kediri; ketiga, kendala yang dihadapi Bawaslu Kabupaten Kediri adalah rendahnya pendidikan politik, adanya persepsi bahwa pemilu menjadi urusan penyelenggara pemilu, adanya persepsi bahwa pemilu tidak berpengaruh terhadap kehidupan / kesejahteraan masyarakat, adanya budaya ewuh pakewuh, dan adanya kekhawatiran intimidasi terhadap keamanan dan keselamatan diri dan keluarga jika melaporkan pelanggaran pemilu.
Kesenjangan Sosial antara Masyarakat Kelas Buruh dengan Masyarakat Elit Mochammad Mansur; M. Qomarul Huda; Taufik Alamin; Trimurti Ningtyas; Asy’ari Asy’ari
Gunung Djati Conference Series Vol. 29 (2023): Conference on Islamic Civilization (CIC)
Publisher : UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This study aims to discuss the shape of the gap between the working class society and the elite society. This study uses a qualitative method with a phenomenological approach, which studies visible symptoms that arise from humans that depart from human experience itself. The results and discussion of this study show that the social class that distinguishes between workers and people who have power over them becomes a space for class struggle expressed by Karl Marx where workers try to fight against exploitation by capitalists, in this case the gap Social development is very visible when education is supposed to be able to reconstruct the thinking of the workers to fight against the elite class of capital owners who have been exploiting themselves. This study concludes that the power of the owners of capital in controlling the tools at work causes the working class to have dependence on the elite class.
Intelektualitas Dalam Masa Transformasi Kelembagaan Pendidikan Tinggi di Institut Agama Islam Negeri Kediri Moch Muwaffiqillah; Trimurti Ningtyas
Sustainable Jurnal Kajian Mutu Pendidikan Vol 6 No 1 (2023): Sustainable
Publisher : Lembaga Penjaminan Mutu, IAIN Syaikh Abdurrahman Siddik Bangka Belitung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32923/kjmp.v6i1.3409

Abstract

Lembaga pendidikan tinggi merupakan fondasi perkembangan ilmu pengetahuan di dalam sebuah Negara. Adanya perguruan tinggi menjadi media untuk mengembangkan ilmu pengetahuan sesuai dengan perkembangan lingkungan dan masyarakat. Institut Agama Islam Negeri adalah salah satu perguruan tinggi yang concern dalam pengembangan pengetahuan baik agama maupun umum. Terdapat 842 kampus dibawah Kementerian agama menjadi tantangan besar untuk mengembangkan lembaga tersebut baik yang bersifat fisik maupun non fisik. Sehingga bentuk perkembangan kelembagaannya pun menjadi hal yang tidak bias dihindarkan. Penelitian ini berfokus pada dinamika transformasi kelembagaan di Institut Agama Islam Negeri Kediri. Peneliti mewawancara 10 dosen di IAIN Kediri yang memiliki kriteria tertentu sehingga dapat menghasilkan kategori temuan yaitu pandangan tentang intelektualitas pada masa transformasi kelembagaan. Hasilnya adalah ukuran intelektualitas sulit diukur karena peta konsep tentang pengembangan keilmuan belum terbentuk pada masa transformasi kelembagaan. Selanjutnya inteletualitas professional belum berkembang yang ditandai dengan tidak bertambahnya guru besar. Terakhir adalah kelembagaann masih diragukan karena belum banyak kontribusi intelektual pada khalayak. Pada model perubahan Schneider dan Beatty disebutkan bahwa budaya lembaga merupakan titik awal bagaimana perubahan itu bisa terjadi. Selain itu, struktur, skiil dan system yang ada pada IAIN Kediri belum memadahi dalam sebagai bagian dalam proses berubah. Sehingga intelektualitas yang terbentuk juga tidak mengalami perubahan yang signifikan dari adanya transformasi lembaga. Dimana yang berjalan atas perubahan adalah kondisi struktur lembaga, tetapi skill dan system tidak mengalami perubahan secara masih. Hal ini salah satunya dikarenakan adanya budaya lembaga yang sulit memberikan ruang perubahan pada skill dan system untuk pengembangan intelektualitas.