Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Tradisi Mantra Kelompok Etnik Using Di Banyuwangi Heru SP Saputra
Humaniora Vol 13, No 3 (2001)
Publisher : Faculty of Cultural Sciences, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1654.377 KB) | DOI: 10.22146/jh.732

Abstract

Secara empiris, pemetaan kebudayaan dan tradisi di wilayah Jawa Timur dapat dipilah menjadi enam variasi regional kebudayaan, yaitu: (1) kebudayaan Arek, (2) kebudayaan Tengger, (3) kebudayaan Madura, (4) kebudayaan Mataraman, (5) kebudayaan Pendalungan, dan (6) kebudayaan Using.1 Tiap-tiap variasi regional kebudayaan tersebut memiliki ciri khas sesuai dengan dinamika dan dialektika historis dan geografis wilayah budayanya. Namun, peta budaya seringkali melampaui batas wilayah peta geografis sehingga batas geografis peta budaya cenderung tidak dapat ditetapkan secara tegas. Salah satu variasi regional kebudayaan Jawa Timur yang kini menarik perhatian adalah kebudayaan Using. Daya tarik itu setidak-tidaknya dipicu oleh rasa keingintahuan tentang eksistensi budaya Using, terutama setelah terjadinya heboh kasus pembantaian orang-orang yang diduga sebagai dukun santet di Banyuwangi, Oktober 1998. Kasus tersebut seakan-akan melegitimasi bahwa wilayah yang terletak di daerah “tapal kuda” itu menjadi salah satu basis utama perdukunan di Jawa Timur. Tulisan berikut mengkaji tradisi mantra Using. Dalam kajian ini juga dideskripsikan karakteristik budaya Using, keunikan jenis magi, kekuatan mistik, unsur religiositas, moralitas, dan pranata sosial tradisional.
Pengembangan Pusat Informasi dan Wisata Budaya Berbasis Ritual Adat Seblang di Desa Olehsari, Kecamatan Glagah, Banyuwangi Maslikatin, Titik; Saputra, Heru SP
Jurnal Abdidas Vol. 4 No. 6 (2023): December, Pages 457 - 580
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/abdidas.v4i6.864

Abstract

Ritual adat Seblang di Desa Olehsari, Kecamatan Glagah merupakan khazanah budaya Kabupaten Banyuwangi. Ritual tersebut juga dikenal dengan sebutan Seblang Olehsari.  Selama ini Seblang Olehsari telah masuk menjadi salah satu event dalam agenda tahunan Banyuwangi Festival. Namun, karena cukup banyaknya event dalam Banyuwangi Festival (pada tahun 2022 ini terdapat 99 event dalam setahun), maka perhatian dan pengelolaan pemerintah kabupaten terhadap ritual Seblang Olehsari sebagai destinasi wisata kurang optimal. Tujuan kegiatan ini untuk melakukan branding dan marketing wisata budaya berbasis ritual adat Seblang di Desa Olehsari Banyuwangi kepada wisatawan dan masyarakat umum. Oleh karena itu, perlu adanya alternatif terobosan untuk melakukan branding di media sosial agar lebih banyak wisatawan yang mengetahui informasi tentang pelaksanaan dan daya tarik ritual Seblang. Topik untuk melakukan branding wisata budaya terhadap ritual Seblang Olehsari ini cukup urgen karena telah dua tahun ritual Seblang tidak dilaksanakan akibat pandemi. Untuk membangkitkan ingatan para wisatawan, dan juga untuk menambah daya Tarik tentang ritual Seblang, maka perlu adanya sosialisasi dan promosi, di antaranya melalui kegiatan pengabdian dengan mengekspose di media sosial dan saluran komunikasi publik lainnya. Hasil kegiatan telah dilakukan pelatihan untuk membuka dan mengisi web desa. Tim memfasilitasi untuk mengjidupkan kembali web desa yang sudah mati, mengadakan pelatihan dengan mendatangkan ahli untuk meningkatkan  potensi SDM Pokdarwis agar dapat mengelola dan mengisi web desa. Pokdarwis sudah dapat membuat berita yang diunggah di web desa yang bernama desaolehsari.com.
Jejepangan Having Fun: Tren dan Event Komunitas Cosplay di Jember Hariyadi, Edy; Saputra, Heru SP; Suharijadi, Didik; Setyari, Agustina Dewi; Muhammad, Abu Bakar Ramadhan
Mezurashii: Journal of Japanese Studies Vol. 7 No. 1 (2025): APRIL
Publisher : Japanese Department Faculty of Cultural Science Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30996/mezurashii.v7i1.12583

Abstract

The development of interest in Japanese popular culture, especially cosplay and anime, among young people in Jember has shown a significant increase over time. This study aims to describe the development of cosplay culture in Jember and the factors that influence it. The research methods used are direct observation of cosplay events, interviews with cosplayers and event organizers, and analysis of cosplay community social media. Using Joseph Nye's soft power theory and Jean Baudrillard's hyperreality, this study found that the cosplay trend in Jember has become a medium for cultural expression and identity for young people, especially through various cosplay events and competitions held in shopping centers, tourist destinations, educational institutions, hotels, and cafes with events including Coswalk Competition, Cosplay Perform, JSong Competition, cover dance and sales of anime, manga, and game merchandise. The results of the study indicate the existence of hyperreality, namely cosplayers bringing to life the fictional characters they play, thus providing space for escapism and creativity. This study also found the role of cosplay as a form of Japanese cultural soft power that is accepted by the local community in Jember. Keywords: cosplay, Jember, Japanese popular culture, soft power, hiperreality