Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Peningkatan Pengetahuan Masyarakat Mengenai Pencegahan Penyakit Tuberculosis Pada Masa Pandemi Covid-19 Novendy Novendy
Journal of Sustainable Community Development (JSCD) Vol 3 No 3 (2021): Journal Of Sustainable Community Development (JSCD)
Publisher : Sekolah Tinggi Manajemen IPMI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32924/jscd.v3i3.60

Abstract

Masih tingginya angka kejadian penyakit tuberkulosis di wilayah kerja Puskesmas Kronjo. Salah satu faktor yang dapat menyebabkan tingginya angka kejadian penyakit tuberkulosis adalah rendahnya pengetahuan. Masih rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai penyakit tuberkulosis yang menyebabkan angka kejadian penyakit ini masih tinggi. Maka perlu dilakukan kegiatan bakti kesehatan dalam rangka meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai penyakit tuberkulosis. Metode yang digunakan dalam kegiatan bakti kesehatan ini adalah memberikan edukasi kepada masyarakat. Peningkatan pengetahuan dinilai dengan hasil pretes dan postes. Nilai batas pengetahuan baik yang diambil untuk pretes dan postes adalah diatas sama dengan 70. Kegiatan bakti kesehatan dilakukan pada tanggal 13 September 2021 di aula Puskesmas Kronjo. Sebanyak 32 orang peserta yang ikut dalam kegiatan ini. Hasil prestes didapatkan sebanyak 37.5% peserta dengan nilai pretes diatas sama dengan 70. Hasil postes didapatkan sebanyak 87.5% peserta dengan nilai postes diatas sama dengan 70. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan sebanyak 50% peserta yang nilai postesnya diatas sama dengan 70. Maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan bakti kesehatan yang telah dilakukan dapat meningkatkan jumlah peserta yang meningkat pengetahuan. Peningkatan ini diharapkan dapat juga meningkatkan kewaspadaan masyarakat terhadap penyakit tuberkulosis dan masyarakat yang ikut dalam kegiatan ini dapat menyebarkan informasi mengenai penyakit ini kepada masyarakat lain yang belum sempat hadir, sehingga diharapkan eradikasi kasu penyakit tuberkulosis di Indonesia dapat terjadi.
SKRINING FAKTOR RISIKO PENYAKIT HIPERTENSI Novendy Novendy; Sannya Christy; Vania Devina; Devin Alexander
Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia Vol 5, No 1 (2022): Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jbmi.v5i1.18212

Abstract

According to Tangerang District Health Office (2018) data, hypertension is the second most common disease in health centers. Puskesmas Legok, which is located in Tangerang Regency, also saw a 21% increase in hypertension cases from 2020 to 2021. Hypertension is a disease that can be avoided if the risk factors are identified early on. As a result, in order to prevent the onset of this disease, it is necessary to conduct a screening activity for hypertension risk factors. This health service activity employs risk factor screening via a questionnaire that includes questions about modifiable and non-modifiable risk factors. This activity drew a total of 30 participants who did not have hypertension. The screening results revealed that the risk factors with the highest proportion value were age (90%), overweight (60%), non-routine consumption of fruit (50%), and non-routine consumption of vegetables (80%). The outcomes of risk factor screening activities were able to filter out some of the risks that exist in a person that can cause hypertension. As a result, those who have these risk factors require extra care. Additional activities are required to educate the public about the importance of screening risk factors for hypertension as early as possible in order to prevent hypertension from developing in the future.ABSTRAK:Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang (2018), hipertensi menduduki peringkat kedua dari sepuluh penyakit terbanyak di puskesmas. Puskesmas Legok yang merupakan salah satu wilayah di Kabupaten Tangerang juga mengalami peningkatan kasus penyakit hipertensi dari tahun 2020 ke 2021 sebesar 21%. Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang dapat dicegah dengan mengetahui secara dini faktor risiko yang ada. Sehingga perlu dilakukan suatu kegiatan skrining faktor risiko penyakit hipertensi sebagai suatu upaya pencegahan timbulnya penyakit ini. Metode yang digunakan dalam kegiatan bakti kesehatan ini adalah melakukan skrining faktor risiko dengan menggunakan kuesioner yang terdiri pertanyan mengenai faktor risiko yang dapat maupun yang tidak dapat dimodifikasi. Sebanyak 30 peserta tidak memiliki penyakit hipertensi mengikuti kegiatan ini. Hasil skrining didapatkan faktor risiko yang nilai proporsinya  tinggi adalah usia (90%), berat badan lebih (60%), tidak rutin konsumsi buah (50%) dan tidak rutin konsumsi sayur (80%). Hasil kegiatan skrining faktor risiko yang telah didapatkan telah dapat menyaring beberapa risiko yang ada pada seseorang yang dapat menimbulkan terjadinya penyakit hipertensi. Maka dengan itu perlu perhatian khusus pada mereka yang memiliki faktor risiko tersebut. Kegiatan selanjutnya berupa edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya skrining faktor risiko penyakit hipertensi sedini mungkin perlu dilakukan, sehingga jangan sampai timbul penyakit hipertensi di kemudian hari
SKRINING FAKTOR RISIKO PENYAKIT HIPERTENSI Novendy Novendy; Sannya Christy; Vania Devina; Devin Alexander
Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia Vol. 5 No. 1 (2022): Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jbmi.v5i1.18212

Abstract

According to Tangerang District Health Office (2018) data, hypertension is the second most common disease in health centers. Puskesmas Legok, which is located in Tangerang Regency, also saw a 21% increase in hypertension cases from 2020 to 2021. Hypertension is a disease that can be avoided if the risk factors are identified early on. As a result, in order to prevent the onset of this disease, it is necessary to conduct a screening activity for hypertension risk factors. This health service activity employs risk factor screening via a questionnaire that includes questions about modifiable and non-modifiable risk factors. This activity drew a total of 30 participants who did not have hypertension. The screening results revealed that the risk factors with the highest proportion value were age (90%), overweight (60%), non-routine consumption of fruit (50%), and non-routine consumption of vegetables (80%). The outcomes of risk factor screening activities were able to filter out some of the risks that exist in a person that can cause hypertension. As a result, those who have these risk factors require extra care. Additional activities are required to educate the public about the importance of screening risk factors for hypertension as early as possible in order to prevent hypertension from developing in the future.ABSTRAK:Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang (2018), hipertensi menduduki peringkat kedua dari sepuluh penyakit terbanyak di puskesmas. Puskesmas Legok yang merupakan salah satu wilayah di Kabupaten Tangerang juga mengalami peningkatan kasus penyakit hipertensi dari tahun 2020 ke 2021 sebesar 21%. Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang dapat dicegah dengan mengetahui secara dini faktor risiko yang ada. Sehingga perlu dilakukan suatu kegiatan skrining faktor risiko penyakit hipertensi sebagai suatu upaya pencegahan timbulnya penyakit ini. Metode yang digunakan dalam kegiatan bakti kesehatan ini adalah melakukan skrining faktor risiko dengan menggunakan kuesioner yang terdiri pertanyan mengenai faktor risiko yang dapat maupun yang tidak dapat dimodifikasi. Sebanyak 30 peserta tidak memiliki penyakit hipertensi mengikuti kegiatan ini. Hasil skrining didapatkan faktor risiko yang nilai proporsinya  tinggi adalah usia (90%), berat badan lebih (60%), tidak rutin konsumsi buah (50%) dan tidak rutin konsumsi sayur (80%). Hasil kegiatan skrining faktor risiko yang telah didapatkan telah dapat menyaring beberapa risiko yang ada pada seseorang yang dapat menimbulkan terjadinya penyakit hipertensi. Maka dengan itu perlu perhatian khusus pada mereka yang memiliki faktor risiko tersebut. Kegiatan selanjutnya berupa edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya skrining faktor risiko penyakit hipertensi sedini mungkin perlu dilakukan, sehingga jangan sampai timbul penyakit hipertensi di kemudian hari
Gangguan Kesehatan Mental pada Mahasiswa Kedokteran: Sebuah Kajian Studi Potong Lintang Salah Satu Fakultas Kedokteran di Jakarta Barat Anastasia Ratnawati Biromo; Novendy Novendy; Gilbert Alfredo Delano Lonan; Vera Ariani; Muhammad Rizal Permana
MAHESA : Malahayati Health Student Journal Vol 3, No 7 (2023): Volume 3 Nomor 7 (2023)
Publisher : Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (254.78 KB) | DOI: 10.33024/mahesa.v3i7.10620

Abstract

ABSTRACT Medical education requires physical and mental resilience because of the long journey of the study itself. Enduring various pressures can lead to serious mental health disorders such as stress, anxiety, and depression. There is currently no data on the proportion of mental health disorders in Universitas Tarumanagara’s medical faculty. This study was conducted to obtain data on the proportion of mental health disorders among Universitas Tarumanagara’s medical students. The research design was a cross-sectional descriptive. The SQR-20, PHQ-9, PSS-10, and DASS-21 questionnaires were used to assess mental health disorders, stress, anxiety, and depression. The study found that 49.9% of respondents had mental health disorders (SQR-20 questionnaire), 12.8% of respondents reported moderate to severe depression (PHQ-9 questionnaire), and 69.4% of respondents were under moderate stress (PSS-10 questionnaire). According to the DASS-21 questionnaire results, 26.8% of respondents had moderate-to-severe stress, 58.9% had moderate-to-severe anxiety, and 37.6% had moderate-to-severe depression. It can be concluded that the high proportion of mental health disorders such as stress, anxiety, and depression among Universitas Tarumanagara’s medical faculty students requires special attention. This must be addressed immediately, and students must seek assistance to ensure that they won’t experience more severe conditions in the future. Keywords: Mental Health, Stress, Anxienty, Depression  ABSTRAK Menempuh pendidikan di fakultas kedokteran memerlukan kekuatan fisik dan mental yang kuat karena perjalanan studi yang panjang. Berbagai tekanan yang dihadapi dapat menimbulkan gangguan kesehatan mental yang serius seperti stress, kecemasan hingga depresi. Sampai saat ini masih belum diperoleh data mengenai kejadian gangguan kesehatan mental di fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara. Maka dengan itu dilakukan penelitian ini untuk mendapat data proporsi kejadian gangguan kesehatan mental pada mahasiswa di fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif potong lintang. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner SQR-20, PHQ-9, PSS-10 dan DASS-21 untuk menilai gangguan kesehatan mental, stress, kecemasan dan depresi. Penelitian ini mendapatkan sebanyak 49.9% reponden mengalami gangguan kesehatan mental (kuesioner SQR-20), sebanyak 12.8% responden mengalami depresi sedang-berat (kuesioner PHQ-9), dan sebanyak 69.4% responden mengalami stress sedang (kuesioner PSS-10). Hasil kuesioner DASS-21 didapatkan sebanyak 26.8% responden mengalami stress sedang-sangat berat, 58.9% mengalami kecemasan sedang-sangat berat dan 37.6% mengalami depresi sedang-sangat berat. Dapat disimpulkan bahwa tingginya angka kejadian gangguan kesehatan mental berupa stress, kecemasan dan depresi pada mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara perlu mendapat perhatian khusus dari institusi pendidikan terkait. Hal ini harus segera ditangani dan mahasiswa perlu mendapatkan pertolongan supaya tidak menimbulkan kondisi yang lebih berat dikemudian hari. Kata Kunci: Kesehatan Mental, Stress, Kecemasan, Depresi
FAKTOR RISIKO KEJADIAN HIPERTENSI PADA WANITA USIA PRODUKTIF Novendy Novendy; Susy Olivia Lontoh; Chong Jen Hsu; Enny Irawaty
Jurnal Muara Medika dan Psikologi Klinis Vol. 2 No. 1 (2022): Jurnal Muara Medika dan Psikologi Klinis
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmmpk.v2i1.20199

Abstract

Data Riset Kesehatan Dasar 2018, hipertensi merupakan masalah kesehatan dengan prevalensi tinggi yaitu sebesar 34,11% di Indonesia. Data Puskesmas Kecamatan Kronjo, hipertensi menempati urutan ketiga dari sepuluh penyakit terbanyak dan urutan pertama untuk kasus penyakit tidak menular selama kurun waktu Mei sampai Agustus 2016. Wanita usia produktif (20-44 tahun) yang terkena hipertensi di Kecamatan Kronjo berjumlah 315 kasus (81,81%) dari total 385 kasus dalam kurun waktu tersebut. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi terjadi penyakit hipertensi. Namun faktor risiko yang mungkin berpengaruh akan kejadian hipertensi pada kelompok wanita usia produktif masih belum diketahui dengan jelas. Maka dengan itu dilakukan penelitian sebagai studi awal mengenai faktor risiko wanita usia produktif akan kejadian hipertensi di Puskesmas Kronjo. Penelitian ini menggunakan studi potong lintang. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang sudah tersusun secara terstruktur. Metode sampling yang dilakukan adalah judgemental nonrandom sampling. Hasil penelitian didapatkan faktor risiko yang secara signifikan berpengaruh terhadap kejadian hipertensi adalah riwayat hipertensi pada keluarga (p value = 0.024), konsumsi tinggi garam (p value = 0.029), sering mengonsumsi makanan cepat saji (p value = 0.008), jarang mengonsumsi buah (p value = 0.001), dan status gizi dari seseorang (p value = 0.034). Dengan adanya faktor risiko tersebut, maka menjadi hal yang harus diperhatikan terutama pada wanita usia produktif agar tidak terjadi hipertensi dikemudian hari.
Penanganan Kasus Gizi Buruk pada Anak Perempuan dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Cikupa Wendy Tan; Novendy Novendy
Syntax Literate Jurnal Ilmiah Indonesia
Publisher : Syntax Corporation

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36418/syntax-literate.v10i4.58192

Abstract

Gizi buruk pada anak merupakan masalah utama yang memengaruhi kesehatan dan perkembangan anak secara keseluruhan, terutama di wilayah dengan akses kesehatan yang terbatas. Pendekatan kedokteran keluarga bertujuan untuk mengevaluasi pendekatan holistik dan komprehensif dalam menangani kasus gizi buruk pada seorang anak perempuan berusia satu tahun di wilayah kerja Puskesmas Cikupa, Kabupaten Tangerang. Penelitian dilakukan pada periode 27 Juli hingga 21 Agustus 2024. Metode yang digunakan meliputi wawancara, pemeriksaan fisik, analisis lingkungan rumah, dan diet recall harian. Intervensi meliputi pemberian susu F-100, edukasi orang tua mengenai gizi buruk dan kebersihan lingkungan. Pemantauan dilakukan secara berkala melalui kunjungan rumah mingguan. Hasil intervensi menunjukkan sedikit peningkatan di awal namun kembali menurun pada minggu ke 5 karena infeksi berulang. Frekuensi makan pasien dari 3-5 kali menjadi 7-8 kali per hari. Intervensi menghasilkan peningkatan kesadaran keluarga terhadap gizi buruk, pentingnya pola makan dan kebersihan lingkungan, meskipun tantangan seperti keterbatasan ekonomi dan lingkungan tetap ada. Pendekatan holistik terbukti efektif dalam meningkatkan kesadaran keluarga dan membantu pemulihan status gizi anak. Kata Kunci: Gizi buruk, Kedokteran Keluarga, Mandala of Health