Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

SOME REPRODUCTIVE BIOLOGY OF SKIPJACK TUNA (Katsuwonus pelamis LINNAEUS, 1758) IN TOLI-TOLI WATERS, CENTRAL SULAWESI Umi Chodrijah; Thomas Hidayat; Karsono Wagiyo
Indonesian Fisheries Research Journal Vol 26, No 1 (2020): (June) 2020
Publisher : Research Center for Fisheries

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (279.455 KB) | DOI: 10.15578/ifrj.26.1.2020.1-10

Abstract

Skipjack tuna (Katsuwonus pelamis) was one of the export commodities, where the demand and exploitation tend to increase, so sustainable fisheries management is needed based on biological data. The objective of the research was to study the several aspects of biology including of length of weight relationship, sex ratio maturity stage, gonada somatic index (GSI), length at first capture, and length at first maturity. The research was conducted in February - December 2015 in Toli-toli, Central Sulawesi. The results showed that the skipjack tuna growth pattern was allometrically positive (b= 3,318 for male and b = 3.3049 for female), where growth weight was faster than the increased length. The length of the first time capture skipjack tuna of pole and line (43.49 cmFL) was bigger than length at first maturity (41,007 cmFL). It means the mostly skipjack tuna caught have already spawned. The spawning season occurred throughout the year with spawning peaks are in April and September, with fecundity ranging from 450,570 to 1,707,390 eggs.
PARAMETER PERTUMBUHAN HIU MACAN (Galeocerdo cuvier Peron & Lesuer, 1822) DI PERAIRAN SELATAN NUSA TENGGARA BARAT Umi Chodrijah; Agus Arifin Sentosa; Prihatiningsih Prihatiningsih
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 24, No 4 (2018): (Desember) 2018
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (262.731 KB) | DOI: 10.15578/jppi.24.4.2018.253-261

Abstract

Hiu macan (Galeocerdo cuvier Peron & Lesuer, 1822) merupakan predator puncak yang ditandai dengan sebaran yang luas dan ukurannya lebih besar.  Spesies hiu ini masuk dalam famili Carcharhinidae yang banyak tertangkap di perairan Samudera Hindia. Status konservasi jenis ini masuk dalam Daftar merah IUCN dan hampir terancam (NT) serta informasi tentang biologi khususnya parameter pertumbuhan spesies ini masih sangat terbatas.Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan informasi parameter pertumbuhan hiu macan di perairan Samudera Hindia bagian Selatan Nusa Tenggara Barat. Penelitian dilakukan di tempat pendaratan ikan  Tanjung Luar, Lombok Timur pada bulan Januari sampai dengan Desember 2016. Pengamatan meliputi panjang total tubuh dan jenis kelamin yang dilakukan dengan pengukuran dan pengamatan langsung secara visual di lapangan. Hasil penelitian terhadap 808 ekor ikan contoh menunjukkan bahwa kisaran panjang total untuk hiu macan (Galeocerdo cuvier)  terdistribusi pada ukuran antara 116 - 400 cmTL dengan panjang rata-rata 242,8 cm TL serta modus pada ukuran 240 cmTL. Perbandingan kelamin ikan hiu macan  jantan dan betina dalam keadaan tidak seimbang, dengan jumlah jantan lebih besar.  Estimasi panjang asimtotik (L∞) sebesar 420 cmTL dengan laju pertumbuhan (K) 0,260/tahun, laju kematian total (Z)  1,10/tahun, laju kematian alamiah (M) 0,35/tahun serta laju kematian akibat penangkapan (F) 0,75/tahun. Estimasi laju eksploitasi sudah mengarah kepada penangkapan yang berlebih (E = 0,68) oleh karena itu perlu dilakukan tindakan pengelolaan agar pemanfaatannya tetap lestari.Tiger sharks (Galeocerdo cuvier Peron & Lesuer, 1822) were widely held in the depths of the Indian Ocean. Its conservation status was on the IUCN Red List and was near threatened (NT). The purpose of this study was to obtain the parameters of growth in the South off West Nusa Tenggara waters. The study was conducted at Tanjung Luar landing site, East Lombok in January until December 2016. The observation included total length and sex with visual measurement and observation in the field. The results of the study showed the number of 808 individues that the total length range for tiger shark (Galeocerdo cuvier) caught in Indian Ocean waters landed on Tanjung Luar was distributed on a size between 116-400 cmTL with an average length of 242.8 cmTL and a mode at 240 cmTL. The sex ratio of male and female tiger sharks was in an unbalanced state, with larger females. Estimation of asymptotic length (L∞) of 420 cmTL with growth rate (K) 0.260 / year, total mortality rate (Z) 1.10 / year, natural mortality rate (M) 0.35 / year and mortality rate due to arrest (F) 0.75 / year. Estimation of the rate of exploitation has led to overfishing (E = 0.68) therefore it was necessary to take regulatory and management measures to ensure sustainable utilization.
DISTRIBUSI UKURAN TUNA HASIL TANGKAPAN PANCING LONGLINE DAN DAERAH PENANGKAPANNYA DI PERAIRAN LAUT BANDA Umi Chodrijah; Budi Nugraha
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 19, No 1 (2013): (Maret 2013)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (199.458 KB) | DOI: 10.15578/jppi.19.1.2013.9-16

Abstract

Pemanfaatan sumber daya ikan tuna di perairan Laut Banda sudah berlangsung lama. Penelitian tentang komposisi jenis hasil tangkapan dan distribusi ukuran tuna hasil tangkapan longline di perairan Laut Banda yang didaratkan di Pelabuhan Benoa dilakukan pada bulan Februari, Juni, Oktober dan November 2011. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil tangkapan longline yang dominan dari perairan Laut Banda adalah madidihang dan tuna mata besar. Ukuran madidihang yang tertangkap berada pada kisaran 95–165 FLcm dengan modus pada ukuran 105 FLcm dan tuna mata besar pada kisaran 75–185 FLcm dengan modus 115 dan 125 FLcm. Daerah penangkapan kapal longline di perairan Laut Banda berada pada koordinat 5–60 LS dan 124-1280 BT.Utilization of tuna resources in the Banda Sea waters had been conducting on since long time ago. Research on species composition and size distribution caught by tuna longline in the Banda Sea waters that landed in the port of Benoa  was conducted in February, June, October and November 2011. The results showed that the caught of dominant fish from longline in the Banda Sea waters were yellowfin and bigeye tuna. Size of yellowfin caught was 95–165 FLcm with a mode size of 105 FLcm and bigeye tuna was 75–185 FLcm with mode 115 and 125 FLcm. The fishing ground of longline vessels in the Banda Sea waters were 5–60 S and 124–1280 E.
DISTRIBUSI UKURAN PANJANG DAN PARAMETER POPULASI LOBSTER LUMPUR (Panulirus polyphagus Herbst, 1793) DI PERAIRAN SEBATIK, KALIMANTAN UTARA (WPPNRI-716) Umi Chodrijah; Asep Priatna; Duto Nugroho
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 24, No 1 (2018): (Maret 2018)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (113.127 KB) | DOI: 10.15578/jppi.1.1.2018.11-23

Abstract

Sumberdaya udang barong lumpur (Panulirus polyphagus Herbst, 1793) atau dalam bahasa lokal dikenal sebagai lobster Pakistan telah dimanfaatkan sebagai salah satu komoditas yang bernilai ekonomis di perairan pulau Sebatik, Kalimantan Utara. Data statistik perikanan menunjukkan produksi udang barong di perairan Timur Kalimantan tahun 2005 – 2015 meningkat pesat dengan kelipatan 10 kalinya. Terkait dengan fenomena tersebut, penelitian tentang aspek biologi populasi telah dilakukan pada bulan Maret sampai dengan November 2016. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan parameter populasi sebagai landasan untuk mengetahui status stok pada tingkat pemanfaatan terkini. Hasil penelitian menunjukkan udang betina tertangkap pada ukuran rata-rata 86,9+ 8,58 mmCL sedangkan udang jantan pada ukuran 81,5 + 9,63 mmCL. Pola pertumbuhan udang jantan dan betina bersifat allometrik negatif (b<3). Estimasi panjang asimtotis (CL) sebesar 124,1 mm dengan laju pertumbuhan (K) 0,598/tahun. Rata-rata ukuran pertama tertangkap (CLc) adalah 84,5 mmCL. Nilai tersebut lebih rendah dari pertama kali matang gonad (CLm) sebesar 90,74 mmCL. Laju kematian total (Z) sebesar 2,26/tahun, laju kematian alamiah (M) 0,87/tahun serta laju kematian akibat penangkapan (F) 1,39/tahun. Estimasi laju eksploitasi cenderung mengarah kepada penangkapan berlebih (E = 0,61), oleh karena itu perlu dilakukan tindakan pengelolaan melalui pendekatan pengendalian upaya penangkapan dan pembatasan ukuran minimum yang boleh ditangkap. Mud spiny lobster (Panulirus polyphagus Herbst, 1793) or locally known as Pakistan lobster has been exploited as an important economic species in the waters of Sebatik Island, North Kalimantan. The best available capture fisheries statisticon 2005-2015 indicates the production of marine lobster were significantly increased by 10. Based on this phenomenon, observations on biological aspects were carried out during period of March to November 2016. The aim of this study were to estimate of stock status under existing fisheries condition. The result showed that the average size of females was 86.9+ 8.58 cmCL and males was 81.5 + 9.63 mmCL. The growth pattern indicates allometric negative (b<3). Population parameter performed by length based analysis indicates that asymptotic length (CL) was 124.1 mmCL with growth rate (K) of 0.598/yr.The average size of first capture (Lc) was estimated at 84.5 mmCL. This value was less than average size of first mature (CLm) of 90.7 cmCL.The predicted annual total mortality rates (Z) was 2.26/yr, the natural mortality (M) was 0.87/yr, and fishing mortalities (F) was 1.39/yr. The exploitation rates (E) of 0.61 tend to be beyond the sustainable exploitation level. To reduce the fishing mortality, the initiative of specific local management plan on restructuring active fleet and establishing minimum legal size should be implemented. 
LAJU TANGKAP, KARAKTERISTIK BIOLOGI DAN STATUS PEMANFAATAN UDANG JERBUNG (Penaeus merguiensis DE MANN, 1988) DAN UDANG DOGOL (Metapenaeus affinis H. MILNE EDWARDS, 1837) DI PERAIRAN CILACAP Tirtadanu Tirtadanu; Umi Chodrijah
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 26, No 1 (2020): (Maret) 2020
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jppi.26.1.2020.47-58

Abstract

Sumber daya udang jerbung (Penaeus merguiensis) dan udang dogol (Metapenaeus affinis) banyak diminati masyarakat untuk dikonsumsi dan sebagai pemenuhan ekonomi masyarakat. Hal ini menyebabkan penangkapan udang yang intensif di perairan Cilacap, sehingga memerlukan pengelolaan yang lebih mendalam untuk menjaga keberlanjutannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji laju tangkap, karakteristik biologi dan status pemanfaatan udang jerbung dan udang dogol di perairan Cilacap. Penelitian lapangan dilakukan dengan pendataan hasil tangkapan dan pengukuran biometrik udang pada Februari-November 2019. Sampel udang diperoleh dari hasil tangkapan jaring tiga lapis (trammel net). Analisis karakteristik biologi dilakukan dengan model analitik dan status pemanfaatan berdasarkan laju eksploitasi dan rasio potensi pemijahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (i) rata-rata laju tangkap M. affinis lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata laju tangkap P. merguiensis; (ii)alat tangkap jaring tiga lapis lebih selektif dalam menangkap M. affinis berukuran besar dibandingkan P. merguiensis; (iii) puncak proporsi udang betina matang gonad ditemukan pada April untuk P. merguiensis dan Mei untuk M. affinis; dan (iv) status pemanfaatan M. affinis masih tergolong lestari, sedangkan status pemanfaatan P. merguiensis telah lebih tangkap. Dari penelitian ini disarankan agar strategi pengelolaan sebaiknya lebih difokuskan pada jenis P. merguiensis dengan tidak melakukan penambahan produksinya disertai penutupan saat puncak musim pemijahannya pada April hingga diperoleh rasio potensi pemijahan P. merguiensis lebih besar dari 20%.Shrimp resources, banana shrimp (Penaeus merguiensis) and endeavour shrimp (Metapenaeus affinis) are favorable for the people and as the economical need of fishers community. This condition caused the intensive shrimp fishing in Cilacap Waters, so that it needs an appropriate management for its sustainability. The aims of this research was to determine of catch rate, biological characteristics and exploitation status of banana prawn and endeavour shrimp in Cilacap Waters. The research was conducted by catch monitoring and biometric measurements from February to November 2019. The sample was obtained from monthly catch of trammel net operated in Cilacap waters.The data were analyzed using an analytical model and determining the exploitation rate and the spawning potential ratio. The results show that: (i) the catch rate of M. affinis was higher than that of P. merguiensis;); (ii) trammel net was more selective for capturing large M. affinis than large P. merguiensis;(iii) the highest proportion of gonad maturity for female shrimp was found in April for P. merguiensis and in May for M. affinis; and (iv) the exploitation status of M. affinis was still sustainable, however the expoitation status of P. merguiensis was in overfishing condition. The results suggest that the management should be focused on P. merguiensis by not increasing its production following by the fishing closure during the peak of spawning season in April until reaching the spawning potential ratio of P. merguiensis more than 20%.
PARAMETER POPULASI DAN POLA REKRUITMEN IKAN TONGKOL LISONG (Auxis rochei Risso, 1810) DI PERAIRAN BARAT SUMATERA Tegoeh Noegroho; Umi Chodrijah
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 7, No 3 (2015): (Desember 2015)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (527.042 KB) | DOI: 10.15578/bawal.7.3.2015.129-136

Abstract

Perikanan neritik tuna di perairan Barat Sumatera berkembang pesat beberapa dekade terakhir ini. Sementara belum banyak diperoleh hasil penelitian tentang populasi ikan tongkol lisong (Auxis rochei). Penelitian tentang parameter populasi dan pola rekruitmen ikan tongkol lisong dilakukan pada bulan Februari-Desember 2013 di beberapa lokasi pendaratan ikan di Barat Sumatera. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh laju pertumbuhan, panjang asimptotik, laju kematian, laju eksploitasi, dan pola rekruitmen ikan tongkol lisong (Auxis rochei). Estimasi parameter populasi menggunakan model analitik berdasarkan program “Electronic Length Frequency Analysis (ELEFAN 1)”. Data frekuensi panjang dikumpulkan berkesinambungan di beberapa tempat pendaratan utama. Hasil penelitian menunjukkan panjang cagak ikan tongkol lisong yang tertangkap berada pada kisaran 11-42 cmFL. Parameter pertumbuhan Von Bertalanffy diperoleh nilai laju pertumbuhan (K) sebesar 0,54/tahun, panjang asimptotik (L ) sebesar 43,5 cm FL, dan umur ikan pada saat panjang ke-0 (-t0) sebesar -0,076/tahun. Laju mortalitas total (Z) sebesar 1,96/tahun. Laju kematian karena penangkapan (F) sebesar ,07/tahun, dan laju kematian alami (M) 0,89/tahun. Laju eksploitasi (E) tongkol lisong di Barat Sumatera adalah 0,49/tahun atau berada pada tingkat eksploitasi moderat. Pola rekrutmen tongkol lisong terjadi dua kali dalam setahunnya, yaitu mencapai puncak pada bulan Maret dan Juni.Neritic tuna fishery in theWest Sumatra waters was developed very intensively in the captured.Meanwhile, study population of bullet tuna (Auxis rochei) in those are still limited. Research in population parameters and recruitmen pattern of bullet tuna has been conducted in February-December 2013 based on several landing place inWest Sumatra. The aim of this study is to obtain asymptotic length, mortality rate, exploitation rate, and recruitment pattern of bullet tuna (Auxis rochei). Estimation of population parameters using an analytical model based on the program “Electronic Length Frequency Analysis (ELEFAN 1)”. Length frequency data collected continuously in themain landing places The results showed the fork length of bullet tuna was caught in the range 11-42 cm FL. Von Bertalanffy growth parameters obtained the growth rate value (K) of 0,54/year, asymptotic length (L ) of 43,5 cm FL, and fish age when the length to the-0 (-t0) of -0,076/year. Total mortality was 1,96/year. Fishing mortality rate (F) was 1,07/year and natural mortality rate (M) 0,89/year. The exploitation rate (E) of bullet tiuna in West Sumatra was 0,49 / year or are at a moderate level of exploitation. Recruitment patterns of bullet tuna happen twice in a year, which reached a peak in March and June.
ASPEK BIOLOGI REPRODUKSI IKAN CUCUT KACANGAN (Hemitriakis indroyonoi ) DI SAMUDERA HINDIA Ria Faizah; Umi Chodrijah; Dharmadi Dharmadi
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 4, No 3 (2012): (Desember 2012)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (345.957 KB) | DOI: 10.15578/bawal.4.3.2012.141-147

Abstract

Cucut kacangan (Hemitriakis indroyonoi) merupakan spesies endemik di Indonesia yang tertangkap di perairan selatan Bali dan Lombok. Penelitian tentang ukuran dan biologi reproduksi cucut kacangan dilakukan di dua lokasi pendaratan ikan, yaitu Kedonganan, Bali dan di Tanjung Luar, Lombok Timur pada bulan Maret 2010-Januari 2011. Pengamatan meliputi panjang tubuh, nisbah kelamin serta panjang klasper yang dilakukan dengan pengukuran dan pengamatan langsung secara visual di lapangan. Hasil penelitian menunjukkan kisaran panjang total untuk cucut kacangan terdistribusi pada ukuran antara 54-111 cm TL dengan panjang rata-rata 83,07 cm TL. Cucut kacangan memiliki dua kelompok umur dengan  modus,  yaitu 75 cm dan 100 cm kisaran panjang masing-masing adalah 60-85 cm dan 90-110 cm. Hubungan panjang berat cucut kacangan mengikuti persamaan W=0,001x FL3,209 ( r = 0,965; n=39) untuk jenis betina dan  W=0,012x FL2,664 ( r = 0,90; n=47) untuk jenis jantan. Terdapat dua kondisi klasper yaitu kondisi belum mengandung zat kapur dengan ukuran panjang antara 54-87 cm (n= 33 ekor) dan kondisi penuh dengan zat kapur dengan ukuran antara 82-105 cm (n=27 ekor).Perbandingan kelamin cucut kacangan  antara betina dan jantan adalah 1:1,11 (52,6: 47,4%). Indonesian houndshark  (Hemitriakis indroyonoi) is an endemic species of Indonesia caught in the southern Bali and Lombok waters (Indian Ocean). The research that aimed to obtain information on the size distribution and reproductive biology of Indonesian houndshark was conducted  in landing site of Kedonganan, Bali and Tanjung Luar, Lombok Timur from March 2010 to January 2011. Body length, sex ratio and clasper length were visually observed and directly measured in the field. Results showed that length distribution of Indonesian houndshark ranged between  54-111 cm with an average total length (TL) 83.1 cm. The Indonesian houndshark  at least have two cohort  with the modus  of 75 cm TL and 100 cm TL, length class between 60-85 cm TL  and  90-110 cm TL . There are two clasper conditions i.e. non calcification with TL of  54-87 cm TL (n = 33) and full calcification with TL  of 82-105 cm (n = 27). Length weight relationship for female and male are   W = 0.001 x FL 3, 209 (R2 = 0.965, N = 39) and W = 0.012 x FL2, 664 (R2 = 0.90, N = 47), respectively. Sex ratio between female and  male was 1:1,11 (47.4:52.6%).
BEBERAPA PARAMETER POPULASI UDANG PUTIH (Penaeus merguiensis de Mann) DI PERAIRAN TARAKAN, KALIMANTAN UTARA Umi Chodrijah; Ali Suman
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 9, No 2 (2017): (Agustus 2017)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (531.127 KB) | DOI: 10.15578/bawal.9.2.2017.85-92

Abstract

Tingkat eksploitasi udang putih (Penaeus merguiensis) sangat intensif. Hal ini terindikasi dengan hasil tangkapan udang di WPP-NRI 716 selama 9 tahun terakhir meningkat. Tujuan penelitian ini untuk mengkaji beberapa parameter populasi dan aspek biologi udang putih di perairan Tarakan. Data panjang karapas dan tingkat kematangan gonad udang putih dikumpulkan dari tempat pendaratan udang di Selumit Pantai, Tarakan, Kalimantan Utara pada Januari sampai dengan November 2016. Pendugaan parameter populasi dengan aplikasi model analisis menggunakan program ELEFAN 1. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata ukuran udang putih pertama kali tertangkap (Lc) pada panjang karapas 32,51 mm dan rata-rata ukuran pertama kali matang gonad 33,58 mm. Puncak musim pemijahan terjadi pada Maret dan Agustus. Laju pertumbuhan (K) sebesar 1,33 per tahun (betina) dan 1,55 per tahun (jantan). Laju kematian total (Z) sebesar 7,5 per tahun (betina) dan 8,85 per tahun (jantan), laju kematian alamiah (M) sebesar 1,82 per tahun (betina) dan 2,16 per tahun (jantan) serta laju kematian akibat penangkapan (F) sebesar 5,68 per tahun (betina) dan 6,69 per tahun (jantan). Laju pengusahaan (E) udang putih di perairan Tarakan adalah sebesar 0,76 per tahun. Hal ini menunjukkan tingkat pemanfaatan udang putih telah mengalami lebih tangkap (overfishing). Kondisi ini menggambarkan perlunya dilakukan pengurangan upaya sekitar 52 %.  The banana prawn (Penaeus merguiensis) have been exploited intensively. For instance, within nine years the number of shrimp production in FMA 716 increased dramatically. This research aims to identify the some population parameters of banana prawn in the Tarakan waters. This research was carried out from January to November 2016. Data were analyzed using the analytical model application with ELEFAN I. The result showed that the length at first capture (Lc) of banana prawn was 32,51 mmCL and the length at first maturity (Lm) was 33,58 mm CL. The peak season of spawning period was indicated on March and August. The growth rate (K) was 1,33 /year (female) and 1.55/year (male). Total mortality rate (Z) was 7.5/year (female) and 8,85/year (male), natural mortality rate (M) rate was 1.82/year (female) and 2.16/year (male) and fishing mortality rate ( F) were 5.68/ year (female) and 6.69/year (male). The exploitation rate (E) of banana prawn in the Tarakan waters was 0.76 per year. Therefore, level of existing fishing effort of the banana prawn should reduced about 52 % in the next year.
PARAMETER POPULASI HIU KEJEN (Carcharhinus falciformis) DI PERAIRAN SELATAN NUSA TENGGARA BARAT Umi Chodrijah; Irwan Jatmiko; Agus Arifin Sentosa
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 9, No 3 (2017): (Desember) 2017
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (702.192 KB) | DOI: 10.15578/bawal.9.3.2017.175-183

Abstract

Hiu kejen atau silky shark (Carcharhinus falciformis) merupakan salah satu spesies hiu dari famili Carcharhinidae yang banyak tertangkap di Samudera Hindia Selatan Jawa. Berdasarkan keputusan sidang CoP-17 di Johannesburg species ini masuk dalam daftar merah Apendik II CITES, sejak saat itu pengelolaan hiu kejen menjadi perhatian khusus pada perikanan tangkap. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi parameter populasi ikan hiu kejen di perairan Samudera Hindia bagian Selatan Nusa Tenggara. Penelitian dilakukan di Tempat Pendaratan Ikan Tanjungluar, Lombok Timur tahun 2016. Pengukuran contoh hiu meliputi panjang total tubuh, nisbah kelamin serta panjang klasper. Hasil penelitian terhadap 3002 ekor ikan contoh menunjukkan bahwa kisaran panjang total hiu kejen (Carcharhinus falciformis) antara 65-300 cm (betina) dan 74-315 cm (jantan). Rerata ukuran panjang total adalah 187,66 cm (betina) dan 195 cm (jantan). Parameter pertumbuhan menurut Von Bertalanffy, meliputi laju pertumbuhan (K), panjang asimptotik (L) dan umur ikan pada saat panjang ke-0 (t0), masing-masing sebesar 0,42/tahun; 331,28 cmTL dan -0,20/ tahun. Persamaan kurva pertumbuhan von Bertalanffy untuk hiu kejen yaitu Lt = 331,28[1–e–0.,42(t+0.20)]. Parameter mortalitas hiu kejen meliputi laju kematian total (Z), laju kematian alamiah (M) dan laju kematian karena penangkapan (F) masing-masing sebesar 2,79/tahun; 0,49/tahun dan 2,30/tahun. Laju eksploitasi (E) hiu kejen sebesar 0,82 menandakan eksploitasi terhadap spesies ini cenderung sudah tinggi.Silky shark (Carcharhinus falciformis) is one of the family Carcharhinidae that commonly caught in the Indian Ocean South of Java. The purpose of this study was to obtain information on the populations parameters of silky shark caught in the waters of Indian Ocean Southern part of Nusa Tenggara. The study was conducted at fish landing sites in Tanjungluar, East Lombok from January to December 2016. The method used in this research was survey method. Observations included total body length, sex ratio and clasper length measured with direct measurements and visual observations in the field. From a total 3002 fish samples showed that the total length range for silky shark (Carcharhinus falciformis) caught in the waters of the Indian Ocean landed in Tanjungluar were between 65-300 cm TL (female) and 74-315 cmTL (male), with the average length of 187, 66 cmTL (female) and 195 cm TL (male). The estimated Von Bertalanffy growth parameters of length infinity (L), growth rate (K) and theoretical age of fish at zero length (t0) were 331.28 cmTL, 0.42 / year and -0.20 years, respectively. The Von Bertalanffy growth equation for silky shark was Lt = 331.28 [1-e-0.42(t+0.20)]. The calculated Parameters for silky shark mortality including total mortality rate (Z), the natural mortality rate (M) and the fishing mortality rate (F) were 2.79 / year, 0:49 / year and 2.30 / year, respectively. The exploitation rate (E) of silky shark of 0.82 indicates the exploitation of this species has already high.
DINAMIKA POPULASI DAN STATUS PEMANFAATAN UDANG TIGER (Penaeus monodon Fabricius 1798) DI PERAIRAN TARAKAN, KALIMANTAN UTARA Umi Chodrijah; Ria Faizah; Tirta Danu
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 12, No 1 (2020): (April) 2020
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/bawal.12.1.2020.11-17

Abstract

Udang tiger (Penaeus monodon Fabricius 1798) di Tarakan merupakan salah satu komoditas ekspor dan sudah dimanfaatkan cukup lama serta memiliki permintaan dan nilai ekonomis yang tinggi. Penelitian dinamika populasi dan status pemanfaatan udang tiger di perairan Tarakan dan sekitarnya dilakukan untuk mengevaluasi status stok sumberdaya udang agar pengelolaannya dapat berkelanjutan. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-November 2016 dengan metode survey. Status pemanfaatan diduga berdasarkan laju eksploitasi dan estimasi rasio pemijahan berbasis data panjang (LB-SPR). Hasil pengamatan menunjukkan udang tiger memiliki panjang karapas asimptotik (CL∞) sebesar 65,45 mm, laju pertumbuhan (K) sebesar 1,55 /tahun dan nilai t0 sebesar -0,20/tahun sehingga diperoleh persamaan pertumbuhan Von Bertalanffy CLt = 65,45(1 – e-1,55(t+-0,20)). Laju mortalitas total (Z) sebesar 6,56/ tahun, mortalitas alami (M) sebesar 1,95/tahun, mortalitas penangkapan (F) sebesar 4,62/tahun dan tingkat pemanfaatan (E) sebesar 0,70 /tahun. Tingkat pemanfaatan udang tiger di perairan Tarakan lebih besar dari tingkat pemanfaatan optimal sehingga disarankan untuk menurunkan upaya sebesar 40% dari upaya saat ini.Tiger prawn (Penaeus monodon Fabricius 1798) was one of the export commodity and had been exploited for longtime ago so it was necessary to study about its population parameters and exploitation status for its sustainable management. This research aimed to study about the population parameters and exploitation status of tiger prawn. The research were carried out from January to November 2016 using survey method and the enumeration programme. The growth parameters were based on the Modal Progression Analysis. Exploitation status was estimated based on length based spawning potential ratio (LB-SPR). The results showed that the asymptotic length (CL∞) was 65.45 mm, the growth rate (K) was 1.55 /year and = t0 was -0,20/year so Von Bertalanffy Growth Model was CLt = 65.45(1 - e -1.55(t+-0.20)). Total mortality (Z) was 6.56/years, natural mortality was 1.95/years and fishing mortality was 4.62/years and the highest recruitment of tiger prawns occured in May. The exploitation rate (E) was 0,70/years. The exploitation rate now is higher then the optimal level so it is recommended to reduce 40% of the current efforts.