IGP. Sarasutha
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah Jl. Raya Laroso No. 62, Biromaru Sulawesi Tengah

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

USAHATANI PADI BERBASIS AGRIBISNIS DI SENTRA PRODUKSI KABUPATEN BANGGAI, SULAWESI TENGAH Sarasutha, IGP.; Hutahaean, Lintje; H. Anasiru, Rahmat; S.Lalu, Margaretha
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 7, No 1 (2004): Januari 2004
Publisher : Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Banggai District is one of rice producing centers in Central Sulawesi pointed toward the agribusiness baserice producing center in the Batui Integrated Economic Development Zone (Kapet). Share of agriculture sector inGRDP of Banggai district was 52.03 percent or higher than that in South Sulawesi GRDP (43.37%). However,agricultural resources in Banggai district have not been exploited optimally. Rice agribusiness system is expected toutilize resources integrally from input provision to marketing. The study is aimed at : (1) to get data and informationof rice farming agribusiness-oriented rice farming, (2) to understand roles of each sub system in agribusiness system,and (3) to assess effectiveness of rice policy on rice farmers’ income in Banggai district. PRA and survey methodswere implemented to collect primary data from farmers and traders, while secondary data were collected from relatedgovernment institutes. Data were analyzed using descriptive method and input-output analysis of farming system. Thestudy showed that (1) rice farming had both comparative and competitive advantages and was possible to become apotential commodity in Batui Kapet, (2) each subsystem of agribusiness system played important role, and (3) ricepolicy was effective as shown by strong price correlation between those of farm gate and traders or the farmers hadstrong bargaining position. To support agribusiness-base rice farming, it needs to enhance total agriculturalmachineries, such as tractors, threshers, and rice milling units (RMUs), managed by private sector through soft credit.Key words : rice, rice farming, agribusiness Kabupaten Banggai adalah salah satu wilayah penghasil padi di Sulawesi Tengah yang diarahkan menjadipusat produksi padi berbasis agribisnis dalam suatu Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (Kapet) Batui.Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB kabupaten Banggai (52,03 %) lebih besar dibanding provinsi SulawesiTengah (43,37 %). Namun, potensi sumberdaya pertanian di Kabupaten Banggai belum dimanfaatkan secara optimal.Sistem agribisnis padi diharapkan dapat mengubah pemanfaatan sumberdaya secara parsial menjadi terpadu mulai daripenyiapan sarana produksi sampai dengan pemasaran hasil. Tujuan pengkajian ini adalah untuk: (1) mendapatkandata dan informasi usahatani padi berbasis agribisnis, (2) mengetahui peran setiap subsistem dalam sistem agribisnis,(3) mengetahui efektivitas kebijakan perberasan terhadap pendapatan petani di Kabupaten Banggai. PRA dan Survaidilakukan selama empat tahun untuk mengumpulkan data primer dari petani dan pedagang responden, sedangkan datasekunder diperoleh dari instansi terkait. Analisis data menggunakan cara deskriptif dan analisis input-outputusahatani. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa: (1) usahatani padi memiliki keunggulan komparatif dan kompetitifsehingga dapat menjadi komoditas unggulan di KAPET Batui, (2) peran setiap subsistem dalam sistem agribisniscukup baik, dan (3) kebijakan perberasan cukup efektif untuk meningkatkan pendapatan petani karena korelasi hargadi tingkat petani dengan harga di tingkat pengecer/konsumen dan posisi tawar petani cukup kuat. Implikasi kebijakanyang diperlukan di masa datang pada lokasi ini untuk mendukung usahatani padi berbasis agribisnis adalahmeningkatkan jumlah peralatan dan mesin pertanian untuk usahatani padi seperti traktor, alat perontok (thresher), danpenggilingan gabah atau rice milling unit (RMU) yang dikelola oleh swasta yang mendapat pinjaman atau kreditlunak.Kata kunci: padi, usahatani padi, agribisnis
ANALISIS FINANSIAL BUDIDAYA TOMAT DI DATARAN RENDAH SULAWESI TENGAH , Maskar; Negara, Abdi; Boy, Ruslan; Sarasutha, IGP.
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 8, No 3 (2005): November 2005
Publisher : Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The main problem at tomato farm level is low yield compared to potential production. Objective of theresearch was to find out the appropriate packaged technology of tomatoes farming on low elevation. The research wasconducted at Labuan Toposo village, Sub district of Tawaeli, district of Donggala, from December 2003 to April2004. Randomized Complete Block Design was used with five replications. There are three packaged technology wereused : (A) introduce packaged-1 technology, (B) introduce packaged-2 technology, and (C) farmers packagedtechnology as usual. Results of the research showed that the introduce packaged-2 technology was highest in yield andthen followed by introduce packaged-1 technology, while the farmer packaged technology as the lowest. The cost ofthe production for introduce packaged-2 technology is Rp. 16.022.000,-/ha, with the highest of labour cost (Rp.8.000.000,- or 49,9% from total cost), followed by ather cost such as bambooes for stick, fertilizer, pestiside, landrent and the seed is the lowest cost. On the production level of 55,13 t/ha and range of yield price from Rp. 500 – Rp.1.250/kg will get the net income of tomato farm with packaged-2 technology as Rp. 37.069.250, with packaged-1technology were Rp. 20.292.150 and at farmers level is only Rp. 8.089.750. Furthermore, R/C ratio for packaged-2technology were 3,31; packaged-1 technology were 2,30, and farmers level of 1,54. Efficiency level of packkaged-2technology was high than others.Key words : Lycopersicon esculentum, financial analysis, cultivation systems, Central SulawesiPotensi lahan di Sulawesi Tengah masih cukup luas untuk pengembangan tanaman tomat. Permasalahanusahatani tomat di tingkat petani adalah produksi masih sangat rendah dibandingkan dengan potensi produksi yangada. Kajian ini bertujuan untuk mendapatkan paket teknologi budidaya yang sesuai dan secara ekonomis paling layakdigunakan pada usahatani tomat di dataran rendah. Kajian ini dilaksanakan di Desa Labuan Toposo, KecamatanTawaeli, Kabupaten Donggala, pada bulan Desember 2003 sampai April 2004. Kajian ini menggunakan rancanganacak kelompok dengan lima ulangan. Ada tiga paket teknologi budidaya yang dikaji, yaitu : (A) paket introduksi-1,(B) paket introduksi-2, dan (C) paket teknologi menurut kebiasaan petani (sebagai pembanding). Hasil kajianmenunjukkan bahwa dari tiga paket teknologi budidaya yang dikaji, paket introduksi-2 menghasilkan produksi buahyang paling besar, kemudian diikuti oleh paket introduksi-1, dan yang paling rendah adalah paket petani. Biayaproduksi usahatani tomat dengan menggunakan paket introduksi-2 adalah Rp. 16.022.000,- per hektare, dengan biayaterbesar pada tenaga kerja Rp.8.000.000,- (49,9 %), kemudian diikuti berturut-turut oleh biaya tiang penyangga,pupuk, pestisida, sewa lahan dan biaya paling sedikit adalah biaya bibit. Pada tingkat produksi 55,13 t/ha dan hargaantara Rp.500 – Rp. 1.250,-/kg, pendapatan bersih usahatani tomat dengan menggunakan paket introduksi-2 adalahRp.37.069.250,-, paket introduksi-1 Rp. 20.292.150,- dan paket petani Rp. 8.089.750,-. Pada tingkat produksi danharga tomat tersebut di atas, hasil perhitungan R/C ratio untuk paket introduksi-2 adalah 3,31, paket introduksi-1adalah 2,30 dan paket petani 1,54. Meskipun ketiga paket teknologi budidaya tersebut masih memberikan keuntungan,namun tingkat efisiensi tertinggi dicapai pada paket introduksi-2.Kata kunci : Lycopersicon esculentum, analisis finansial, sistem budidaya, Sulawesi Tengah