Ali Suman
Balai Penelitian Perikanan Laut, Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

THE POPULATION DYNAMIC OF BANANA PRAWN (Penaeus merguiensis de Man) IN TANAH LAUT WATERS, SOUTH KALIMANTAN Ali Suman; Ap’idatul Hasanah; Tri Ernawati; Andina Ramadhani Putri Pane
Indonesian Fisheries Research Journal Vol 23, No 1 (2017): (June, 2017)
Publisher : Research Center for Fisheries

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (297.333 KB) | DOI: 10.15578/ifrj.23.1.2017.17-22

Abstract

Scientific advices on population dynamic of banana prawn (P. merguiensis de Man) are required as an input to support an apropriate fisheries management. This study aims to identify the population parameters of the banana prawn in Tanah Laut waters. The study was conducted in Tanah Laut based on monthly enumeration data (January to November 2016). Results has been shown that the length size of carapace at first maturity of banana prawn was 43.39 mm. Sex ratio of males and females was 1 : 0.8. The chi square test indicated that comparison of male and female of the banana prawn was significantly different. It means that there was not balance in number between males and females. The spawning season of banana prawn in Tanah Laut waters happened throughout year and reached the peak on November (south-east monsoon). The growth parameter of banana prawn was 1.05/year with maximum carapace length (Loo) of 55.0 mm. Instantaneous total mortality (Z) and natural mortality (M) were 6.05/year and 1.58/year, respectively. While fishing mortality (F) and exploitation rate (E) respectively were 4.47/year and 0.74/year respectively. The exploitation rate of banana prawn in Tanah Laut waters was high. Therefore, fishing effort of the banana prawn in that waters should be reduced to about 48 % for next coming year.
KARAKTERISTIK POPULASI UDANG JERBUNG (Penaeus merguiensis de Man, 1888) DI PERAIRAN CILACAP DAN SEKITARNYA Ali Suman; Budi Iskandar Prisantoso
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 23, No 1 (2017): (Maret, 2017)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (352.46 KB) | DOI: 10.15578/jppi.23.1.2017.11-18

Abstract

Tingginya permintaan pasar terhadap udang jerbung mengakibatkan aktivitas penangkapannya berlangsung secara terus-menerus sepanjang tahun sehingga mengancam kelestariannya. Penelitian karakteristik populasi merupakan salah satu dasar utama dalam merumuskan pengelolaan menuju pemanfaatannya secara lestari. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik populasi udang jerbung di perairan Cilacap dan sekitarnya. Penelitian dilakukan dari bulan Januari sampai dengan Nopember 2013 dengan metode survey. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata ukuran panjang pertama kali matang kelamin (Lm) udang jerbung di perairan Cilacap dan sekitarnya adalah pada panjang karapas 38,3 mm dan musim pemijahan berlangsung sepanjang tahun dengan puncaknya pada bulan Januari. Laju pertumbuhan udang jerbung jantan adalah 1,00 per tahun dan panjang karapas maksimum (L ) adalah 40,7 mm serta untuk udang betina didapatkan nilai K adalah 1,10 per tahun dan nilai Loo adalah 54,2 mm. Laju kematian total (Z) udang jerbung jantan adalah 2,46 per tahun, laju kematian karena penangkapan (F) dan laju kematian alami (M) masing-masing 1,37 per tahun dan 1,09 per tahun. Untuk udang betina didapatkan nilai Z adalah 1,69 per tahun, nilai F dan nilai M masing-masing 0,61 dan 1,08 per tahun. Laju pengusahaan (E) udang jerbung jantan adalah 0,56 per tahun dan nilai E udang betina adalah 0,36 per tahun. Pola penambahan baru udang jerbung di perairan Cilacap berlansung sepanjang tahun dengan puncaknya pada bulan Maret dan April. Tingkat pemanfaatan udang jerbung jantan sudah berada dalam tahapan overfishing dan perlu dilakukan pengurangan jumlah upaya.High market demand of banana prawn have consequence in fishingactivities which is carried out continuously throughout the year, so that could be threaten of resources sustainability. Scientific advices on the population characteristic are required as an input to support fisheries management. The purpose of the study was to identify population characteristic of the banana prawn with survey method. Study on the population characteristic of banana prawn (P. merguiensis de Man) was conducted in Cilacap and the surrounding waters based on data collected during, January 2013 to November 2013. Result showed that the size at first maturity (Lm) of banana prawn was 38.3 mm in carapace length. The spawning season of banana prawn in Cilacap and the surrounding waters occures throughout the year with the peak in January. The growth parameters of male (K) was 1.0/year with maximum carapace length (L ) of 40.7 mm and K for female was 1.10/year with maximum carapace length of 54,2 mm. Instantaneous total mortality rate (Z) and natural mortality rate (M) of male were 2.46/year and 1.09/year, respectively. While fishing mortality (F) and exploitation rate (E) respectively were 1.37/year and 0.56/year. The total mortality (Z) and natural mortality (M) of female  respectively were 1.69/year and 1.08/year. Fishing mortality (F) and exploitation rate (E) were 0.61/ year and 0.36/year. The recruitment pattern of banana prawn in Cilacap and surrounding waters occures throughout the year with two peaks in March and April. The exploitation rate of male of banana prawn fisheries in Cilacap waters was high. It was, therefore, recommended that fishing effort of the banana prawn in that waters should be reduced in the next year.
PENANGKAPAN, PARAMETER POPULASI SERTA TINGKAT PEMANFAATAN LOBSTER PASIR (Panulirus homarus) DAN LOBSTER BATU (Panulirus penicillatus) DI PERAIRAN GUNUNG KIDUL DAN SEKITARNYA Ali Suman; Ap'idatul Hasanah; Andina Ramadhani Putri Pane; Anthony Sisco Panggabean
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 25, No 3 (2019): (September) 2019
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jppi.25.3.2019.147-160

Abstract

Tingginya permintaan pasar terhadap lobster mengakibatkan aktivitas penangkapannya di perairan Gunung Kidul dan sekitarnya berlangsung terus-menerus sepanjang tahun sehingga mengancam kelestariannya. Penelitian tentang status stok merupakan salah satu dasar utama dalam merumuskan pengelolaan menuju pemanfaatannya secara berkelanjutan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dinamika penangkapan, parameter populasi serta tingkat pemanfaatan lobster pasir (Panulirus homarus) dan lobster batu (Panulirus penicillatus) di perairan Gunung Kidul. Pengumpulan data bulanan dilakukan dengan bantuan enumerator dari bulan Januari sampai dengan Oktober 2016 menggunakan metode survey. Parameter populasi dianalisis dengan program FISAT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa alat tangkap yang digunakan untuk menangkap lobster adalah jaring lobster dan jaring krendet. Musim penangkapan berlangsung sepanjang tahun dengan puncaknya antara bulan Oktober sampai dengan Desember. Struktur ukuran lobster pasir berkisar antara 35-100 mm (panjang karapas) dan untuk lobster batu berkisar antara 30-110 mm (panjang karapas). Ukuran rata-rata pertama kali tertangkap (Lc) kedua jenis lobster tersebut umumnya lebih kecil dari ukuran rata-rata pertama kali matang kelamin (Lm). Laju pertumbuhan (K) lobster tergolong rendah dan laju kematian karena penangkapan (F) lebih besar dari laju kematian almiah (M). Laju eksploitasi (E) lobster pasir adalah 0,66 per tahun dan untuk lobster batu adalah 0,52 per tahun, dengan demikian status stok lobster sudah berada pada penangkapan berlebih (overfishing). Agar sumber daya lobster terjamin kelestariannya, maka harus dilakukan pengurangan upaya dari jumlah upaya yang ada saat ini.The high market demand for the spiny lobster cause an intensive fishing for its resources efforts in Gunung Kidul and adjacent waters and tend to threatening their sustainability. Studies for spiny lobster stock status are the main foundations for formulating a management for sustainable utilization. The purpose of this study was to determine the fishing dynamic, population parameters and exploitation rate of scalopped spiny lobster (Panulirus homarus) and pronghorn spiny lobster (Panulirus penicillatus) in Gunung Kidul and adjacent waters. Monthly data were collected by enumerators. Study was conducted in Gunung Kidul and adjacent waters from January to October 2016 using a survey method. The results showed that the main fishing gears for spiny lobster were lobster net (bottom gillnet monofilament) and krendet net (hoop net). Fishing season of this lobster occur throughout the yearly with the peak season at October to December. The carapace length range for scalopped and pronghorn spiny lobsters were in the range of 35-100 mm and 30-110 mm, respectively. The length at first capture (Lc) of those spiny lobster were smallert han the length at first maturity (Lm). The growth rate (K) of spiny lobster was low and the fishing mortality rate (F) was higher than natural mortality rate (M). The exploitation rate (E) of scalopped and pronghorn spiny lobster was 0.66 per year and 0.52 per year, respectively. It showed that the exploitation rate of spiny lobster were overfishing. In order to ensure the sustainability of the spiny lobster, there is needed to apply the precautionary approach such as reducing fishing effort by 32 % for scalopped spiny lobster and 4 % for pronghorn spiny lobster from the current situation.
STATUS STOK SUMBER DAYA IKAN TAHUN 2016 DI WILAYAH PENGELOLAAN PERIKANAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA (WPP NRI) DAN ALTERNATIF PENGELOLAANNYA Ali Suman; Fayakun Satria; Budi Nugraha; Asep Priatna; Khairul Amri; Mahiswara Mahiswara
Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia Vol 10, No 2 (2018): (November) 2018
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (381.044 KB) | DOI: 10.15578/jkpi.10.2.2018.107-128

Abstract

Status stok merupakan salah satu dasar utama dalam merumuskan pengelolaan sumber daya ikan yang berkelanjutan di WPP NRI. Tulisan ini bertujuan untuk mengevaluasi status stok sumber daya ikan di WPP NRI dan alternatf pengelolaannya. Penelitian dilaksanakan pada tahun 2015-2016 dengan menggunakan metode holistik dan analitik. Hasil analisis menunjukkan potensi sumber daya ikan di perairan Indonesia (WPP NRI) adalah sebesar 12,54 juta ton per tahun dengan potensi tertinggi sebagai ikan pelagis kecil sebesar 4,88 juta ton/tahun (39 %) dan yang terendah adalah lobster sebesar 11.159 ton (1 %). Berdasarkan WPP NRI, potensi sumber daya ikan tertinggi sebesar 2,64 juta ton (21 %) terdapat di WPP NRI 718 (Laut Aru dan Laut Arafura) dan yang terendah sebesar 425.444 ton di perairan WPP NRI 571 (Selat Malaka dan Laut Andaman). Tingkat pemanfaatan ikan di WPP NRI secara keseluruhan didominasi status fully-exploited (indikator warna kuning) sekitar 44 %, diikuti status overfishing (indikator warna merah) sekitar 38% serta status moderat sekitar 18 %. Agar sumber daya ikan di perairan WPP NRI berada dalam tahapan yang berkelanjutan, maka harus dilakukan penataan upaya penangkapan dengan mengurangi jumlah upaya penangkapan sesuai acuan upaya optimal (f.opt) pada WPP yang mengalami kondisi overfishing dan meningkatkan upaya di WPP yang tingkat pemanfaatannya masih moderat dan fully-exploited. Stock status of fish resources were a basis advices to define an apropriate fisheries management towards sustainable fish resource. The purpose of this study was to evaluate the stock status of fish resources and its management alternative in FMAs. The study was conducted from 2015 to 2016 using a holistic and analytic method. Estimation of all fish potency in Indonesia marine waters was 12.54 million tons/year which the highest potency was small pelagic fish group about 4.88 million tons/year (39 %) and the lowest potency was spiny lobster group about 11,159 tons/year (1 %). Based on the FMAs, the highest potency was about 2.64 million tons/year (21 %) in FMA 718 (Aru sea and Arafura sea) and the lowest potency was about 425,444 tons/year (3 %) found in FMA 571 (Malacca strait and Andaman sea). Most of fish resources was in the condition of fully-exploited (44 % yellow color) followed by overfishing (34 % red color) and moderate (21 % green color). Fish groups which included in the highest overfishing by FMAs were squid group. Management alternatives in those prespective are suggested to decrease the fishing effort at the level of f.opt (fishing optimum) by fish groups on the FMAs experiencing overfishing accordingly and to increase an effort at the level of f opt for fish groups on the FMAs in the fully exploited and moderate condition 
PENGELOLAAN UDANG MANTIS (Harpiosquilla raphidea) DI PERAIRAN TANJUNG JABUNG BARAT DAN SEKITARNYA, JAMBI Ali Suman; Pratiwi Lestari; Adrian Damora
Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia Vol 13, No 1 (2021): (Mei) 2021
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jkpi.13.1.2021.43-58

Abstract

Pemanfaatan sumber daya udang mantis (Harpiosquilla raphidea) di perairan Tanjung Jabung Barat dan sekitarnya sudah berlangsung cukup lama dan dilakukan sangat intensif. Dalam kaitan kelestariannya, dibutuhkan opsi pengelolaan agar sumber daya ini dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji status stok dan kemungkinan opsi pengelolaan udang mantis di perairan Tanjung Jabung Barat dan sekitarnya. Penelitian dilakukan pada periode survei tahaun 2015-2019 dengan metode survey dan diperkaya dengan sintesis hasil-hasil penelitian di perairan Tanjung Jabung Barat. Hasil analisis menunjukkan bahwa alat tangkap udang mantis yang utama adalah jaring insang hanyut dan mini trawl dengan struktur udang berkisar antara 14-30 mm dengan perbadingan kelamin seimbang antara jantan dan betina, sementara pola pertumbuhannya bersifat allometrik negatif. Ukuran udang mantis yang tertangkap pada umumnya belum memijah. Laju pertumbuhan (K) udang mantis sebagai 1,53nm/tahun dengan panjang total maksimum (Loo) 34,1 cm. Laju kematian total (Z) dan laju kematian alamiah (M) masing-masing 11,27/tahun dan 2,16/tahun. Laju kematian karena penangkapan (F) sebagai 9,11/tahun dan laju pengusahaan (E) sekitar 0,81/tahun, sementara analisis usaha menunjukkan pendapatan bersih alat tangkap udang mantis adalah Rp 125.193.000/tahun untuk alat tangkap jaring insang hanyut dan Rp 260.316.000/tahun untuk alat tangkap mini trawl Status stok udang mantis sudah berada pada penangkapan berlebih (overfishing). Untuk menjamin kelestariannya, maka perlu dirumuskan opsi-opsi pengelolaan meliputi penutupan daerah/musim penangkapan pada bulan Mei, penetapan ukuran udang mantis terkecil yang boleh ditangkap yaitu pada ukuran panjang total 22,0 cm dan melakukan pengurangan upaya penangkapan sekitar 62 % dari kondisi tahun 2019. Keseluruhan opsi kebijakan ini harus ditunjang dengan peningkatan pemantauan, pengawasan dan penegakan hukum.The exploitation level of mantis shrimp (Harpiosquilla raphidea) resources in West Tanjung Jabung and surrounding waters is very intensive and has been going on for a long time. Management options are needed to preserve and sustain the mantis shrimp resources. The aim of this study was to identify the stock status and management of mantis shrimp in West Tanjung Jabung and surrounding waters. The research was conducted from 2015 to 2019 using survey methods and supplemented by the synthesis of investigation results from West Tanjung Jabung waters. Results showed that the mainly fishing gear of mantis shrimp in West Tanjung Jabung and surrounding waters was gillnet monofilament and mini trawl,meanwhile the shrimp’s size structure ranged between 14,0-30 cm, the sex ratio was balanced between male and female and the growth pattern was negative allometric. Most of the mantis shrimp were caught in immature condition. The growth rate (K) was 1.53/year with maximum carapace length (L∞) of 34.1 cm (in total length0. Total mortality (Z) and natural mortality (M) werewere 11.27/year and 2.16/year respectively. The fishing mortality (F) was at 9.11/year and exploitation level (E) was around 0.81/year, while the financial analyses shows net income was Rp125,.193,.000.-IDR/year for gillnet monofilament gear and.260,316,000.IDR/year for mini trawl gear. Hence the mantis shrimp stock in West Tanjung Jabung and surrounding waters is in overfishing condition. Managements options proposed in order to keep sustainability of the resources are applied closed season in May, legal size catch limitation at 22,0 cm (in total length) and reducing of catch effort to 62%  in 2019. All of these policy options must be supported by conducting continues monitoring, supervision and law enforcement activities.