Claim Missing Document
Check
Articles

HASIL TANGKAPAN PER UPAYA DAN PARAMETER POPULASI LOBSTER PASIR (Panulirus homarus) DI PERAIRAN GUNUNG KIDUL Catch per Unit Effort and Population Parameters of Scalloped Spiny Lobster (Panulirus homarus) in Gunung Kidul Waters Adrian Damora; Yusli Wardiatno; Luky Adrianto
Marine Fisheries : Journal of Marine Fisheries Technology and Management Vol. 9 No. 1 (2018): Marine Fisheries: Jurnal Teknologi dan Manajemen Perikanan Laut
Publisher : Bogor Agricultural University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (687.951 KB) | DOI: 10.29244/jmf.9.1.11-24

Abstract

Scalloped Spiny Lobster (P. homarus) of the genus Panulirus is the most caught species in the coastal waters of Gunung Kidul. The intensity of fishing activities and less environmentally friendly fishing practices caused decline in catch per unit effort (CPUE) of this species. The objective of this study is to analyze the exploitation rate of P. homarus in Gunung Kidul waters using CPUE trend and population parameters as indicators. From February 2013 to January 2014, there were 1067of P. homarus collected using a stratified random sampling method for the duration of the research.The carapace length data were analyzed using analytical model application of ELEFAN I program. Daily catchment product was obtained from middlemen for five consecutive years to identify the CPUE trend. The result showed that there was a decrease in CPUE of P. homarus in 2010 and 2011.The average carapace length of the first capture (Lc) (53 mm CL) was smaller than the size of first sexually mature lobster (Lm) (58,5 mm CL). The exploitation rate of P. homarus had also exceeded 0,5. These factors indicated that Scalloped Spiny Lobster (P. homarus) was over exploited. In this study, mortality rate of fish catches (F) was influenced by the high value of E0.5 which is highly correlated with fishing pressure.Von Bertalanffy growth function shows that both females and males of P. homarus have a slow growth rate (0,46/year and 0,49/year), which is still in the range of Palinuridae family’s growth rate (0,27-0,54/year). The maximum age is between 8-10 years old, which is younger than other lobster species in Palinuridae family. Harvest control and environmentally friendly fishing practices are necessary to reduce fishing pressure of this species. Keywords: CPUE, exploitation, Panulirus homarus, populationABSTRAKLobster pasir (Panulirus homarus) merupakan spesies lobster dari genus Panulirus yang paling banyak tertangkap di perairan Gunung Kidul. Intensitas penangkapan yang dilakukan sepanjang tahun serta ketidakpahaman sebagian besar nelayan terhadap penangkapan yang ramah lingkungan telah mengakibatkan penurunan hasil tangkapan per upaya tangkap (CPUE) dari spesis ini.Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis tekanan eksploitasi P. homarus di perairan Gunung Kidul ditinjau dari tren CPUE dan parameter populasinya. Penelitian dilakukan pada bulan Februari 2013–Januari 2014. Sebanyak 1067 ekor P. homarus dijadikan contoh dengan metode penarikan contoh acak berlapis setiap bulan selama periode penelitian. Data panjang karapas P. Homarus diolah dengan aplikasi model analitik menggunakan program ELEFAN 1. Data hasil tangkapan harian diperoleh melalui catatan pembelian nelayan pengumpul selama lima tahun berturut-turut untuk mengetahui tren CPUE. Hasil penelitian menunjukkan bahwa telah terjadi penurunan CPUE P. homarus pada tahun 2010 dan 2011. Ukuran rata-rata P. homarus pertama kali tertangkap (Lc) lebih kecil (53 mm CL) dari ukuran matang kelamin secara fungsionalnya (Lm) (58,5 mm CL). Nilai laju eksploitasi (E0.5) juga sudah melebihi 0,5. Dua hal ini menjadi indikator sudah mengalami tangkap lebih.Nilai laju kematian karena penangkapan (F) berkontribusi besar terhadap tingginya nilai E dalam penelitan ini, yang dikaitkan erat dengan tingginya tekanan penangkapan terhadap spesis ini. Fungsi pertumbuhan von Bertalanffy untuk lobster betina dan jantan menunjukkan bahwa lobster memiliki pertumbuhan yang lambat (0,46/tahun dan 0,49/tahun) namun masih dalam rentang laju pertumbuhan dari lobster-lobster famili Palinuridae pada umumnya (0,27-0,54/tahun). Umur maksimal yang dapat dicapai antara 8-10 tahun, lebih muda dibanding lobster-lobster famili Palinuridae pada umumnya. Pengendalian penangkapan dan penerapan penangkapan yang ramah lingkungan perlu dilakukan untuk menghindari tekanan penangkapan terhadap spesis ini.Kata kunci: CPUE, eksploitasi, Panulirus homarus, populasi
VARIASI MORFOMETRIK IKAN TONGKOL ABU-ABU (Thunnus tonggol) DI PERAIRAN LAUT ACEH Nurda Alamsyah; Teuku H. Iqbal; Adrian Damora; Agung S. Batubara; Zainal A. Muchlisin
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan Perikanan Unsyiah Vol 5, No 1 (2020): Februari 2020
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK     Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variasi morfometrik pada populasi ikan tongkol abu-abu (thunnus tonggol) diperairan laut Aceh. Penelitian ini dilaksakan pada bulan September 2019. Pengambilan sampel ikan tongkol abu-abu dilakukan dilima lokasi, yaitu Langsa (TPI Kuala Langsa), Aceh Barat (TPI Lhok Bubon), Aceh Barat Daya (TPI Ujong Serangga), AcehTimur (PPN IDI Rayeuk) dan Banda Aceh (TPI Lampulo). Sebanyak 65 ekor ikan tongkol abu-abu diambil pada   masing-masing   lokasi. Pengukuran sampel morfometrik mengunakan metode truss morfometrik dan analisa data menggunakan ujimultivariate discriminant analysis. Hasil menunjukan adanya variasi morfometrik pada ikan tongkol abu-abu diperairan lautaceh. Fungsi pertama variasi karakter morfologi ikan  tongkol  abu-abu  yang  terdapat  di  lima  lokasi  perairan  laut  Aceh lebih dominan yaitu panjang sirip dorsal satu dan panjang sirip ventral dibandingkan dengan 3 fungsi yang lain. Morfometrikpada populasi ikan tongkol abu-abu di perairan laut Aceh mengelompok menjadi empat populasi, dimana ikan tongkol abu-abudari perairan Langsa sangat mirip dengan ikan dari perairan Aceh Timur, dan keduanya cenderung lebih mirip dengan ikan dariBanda Aceh. Sedangkan Aceh Barat Daya dan Aceh Barat terpisah membentuk kelompok tersendiri. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa secara geografis, lokasi penangkapan Aceh Barat Dayadan Aceh Barat membentuk suatu populasi tersendiri, dimana daerahnya berada pada bagian Barat Selatan Propinsi Aceh, sementara Langsa dan Aceh Timur memilikikarakteristik tersendiri pula yang mewakili  bagian  Timur Utara  Proponsi  Aceh, sedangkan  Banda  Aceh  berada ditengah-tengah Propinsi Aceh yang memiliki karakter morpometrik tersendiri.Kata kunci: Morfometrik, Tongkol abu-abu, Thunnus tonggol, Laut Aceh ABSTRACT     This study aims to determine the morphometric variations of longtail tuna (Thunnus tonggol) population in the Aceh sea waters. This research was conducted in September2019.  Sampling was conducted out in five locations,  namely; Langsa (TPI Kuala Langsa), Aceh Barat (TPI Lhok Bubon), Aceh Barat Daya (TPI Ujong Serangga), Aceh Timur (PPN IDI Rayeuk) and Banda Aceh (TPI Lampulo). A total of 65 samples were taken from its location. The morphometric sample was measured using a morphometric truss method, then data were analyzed with multivariate discriminant analysis. The results showed a morphometric variation in longtail tuna in Aceh sea waters. Based on morphometric variation the population of longtail tuna in the Aceh sea waters was grouped into four populations, where the longtail tuna from Langsa waters was very similar to fish from Aceh Timur waters, and both were somewhat similar to fish from Banda Aceh. While the population at Aceh Barat Daya and Aceh Barat were grouped separately. From this research, it can be concluded that geographically, Aceh Barat Daya and Aceh Barat formed its population, where these areas are close to the  South  West of  Aceh  Province,  while  Langsa and  Aceh  Timur represent the North East of Aceh Province had their characteristics of fish morphometric and Banda Aceh as in the center of those four population had the different characteristic of fish morphometric from those remaining populations.Keywords: Morphometrics, Longtail tuna, Thunnus Tonggol, Aceh Sea
RELATIONSHIP BETWEEN THE WAKATOBI NATIONAL PARK ZONATION SYSTEM AND DYNAMICS OF CORAL REEF ECOSYSTEM CONDITION Fikri Firmansyah; Adib Mustofa; Estradivar; Adrian Damora; Christian Novia N Handayani; Jill Harris; Gabby Ahmadia; Amkietiela; Klaas J. Teule; Sugiyanta; Veda Santiadji; Anton Wijonarno; Muhammad Yusuf
COJ (Coastal and Ocean Journal) Vol. 1 No. 2 (2017): COJ (Coastal and Ocean Journal)
Publisher : Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan IPB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1251.496 KB) | DOI: 10.29244/COJ.1.2.147-156

Abstract

The zonation can be evaluated by observing changes in ecosystem and social status in Wakatobi National Park (Taman Nasional Wakatobi – TNW). Coral reef ecosystem is one of the parameters indicating the effectiveness of zonation system. This study grouped TNW zones into No Take Zone (NTZ – area larang ambil; ZI, ZPB, ZPr) and use zone (UZ – area pemanfaatan; ZPL, ZPU) to determine impact of zonation implementation between 2009 – 2016 on coral reef ecosystem. Three parameters (benthic coverage, fish abundance and fish biomass) were determined by Point Intercept Transect (PIT) and underwater visual census (UVC) methods and all of these data were tested using two-way ANOVA. Hard coral coverage fluctuated between 19 – 32% however, NTZ and UZ had no significant hard coral cover differences (F=2,182, df=1, P=0,14). Abundance of carnivour fish (F=0,53, df=1, P=0,46) and herbivour fish (F=1,98, df=1, P=0,17) were similar between those two zones. Fish bombing and poisoning were two major threats until 2007. However, sand mining and waste management has overcome two previous major threats by 2017. Zonation system and its implementation can be one of mangement effectiveness indicators. Support Wakatobi National Park Authority, it is recommended to apply harvest control rules (HCR), regular patrol and monitoring and stakeholders capacity buiding. Keywords Benthic cover; fish abundance; fish biomass
ASPEK BIOLOGI, DINAMIKA POPULASI DAN KEPADATAN STOK UDANG JERBUNG (Penaeus merguiensis de Man, 1888) DI HABITAT ASUHAN ESTUARIA SEGARA ANAKAN, CILACAP Karsono Wagiyo; Adrian Damora; Andina Ramadhani Putri Pane
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 24, No 2 (2018): (Juni 2018)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (309.997 KB) | DOI: 10.15578/jppi.24.2.2018.127-136

Abstract

Estuaria Segara Anakan merupakan habitat asuhan utama udang jerbung (Penaeus merguiensis de Man, 1888). Informasi mengenai status stok sumberdaya udang jerbung di estuaria Segara Anakan sangat penting untuk penerapan pengelolaan yang berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data dan informasi tentang aspek biologi, dinamika populasi dan kepadatan stok udang jerbung. Sampling dilakukan dengan metode survei pada musim timur dan musim peralihan II pada tahun 2013. Hasil penelitian menunjukkan pola pertumbuhan udang jerbung bersifat allometrik negatif. Nisbah kelamin udang jerbung tidak seimbang, populasi udang betina lebih besar dibandingkan populasi udang jantan. Udang jerbung mempunyai rata-rata ukuran panjang pertama kali tertangkap (Lc)=17,15 mmCL, laju pertumbuhan (K)=1,47/tahun, panjang yang dapat dicapai (L”)=44,6 mmCL, laju kematian alami (M)=1,34/tahun, laju kematian karena penangkapan (F)=2,37/tahun dan laju pemanfaatan (E)=0,64. Laju tangkap udang jerbung pada musim timur 269 gr./jam dan pada musim peralihan II 186 gr/jam. Kepadatan stok udang jerbung pada musim timur adalah 22.634 gr/km2 dan pada musim peralihan II sebagai 13.253 gr/km2. Agar sumber daya udang di estuaria Segara Anakan terjaga kelestariannya, maka perlu dilakukan pengaturan ukuran mata jaring/peningkatan selektifitas alat, mengurangi intensitas penangkapan dan perbaikan kondisi lingkungan.Segara Anakan estuary is an primary nursery habitat  of banana prawn (Penaeus merguiensis de Man, 1888). Stock status information of banana prawn resources in Segara Anakan estuary is essential for the application of sustainable management. The objective of this research is to obtain data and information about biological aspect, population dynamics and stock density of banana prawn. Sampling was conducted by survey method on east monsoon and the second intermonsoon in 2013. The result of research shows that the growth pattern of banana prawn was allometric negative. Sex ratio of banana prawn  was unbalanced, female population greater than males  population. Banana prawn has a length at first capture (Lc)=17,15 mmCL, growth rate (K) = 1.47/year, natural mortality rate (M) = 1.34/year, fishing mortality rate (F) = 2.37/year and the rate of exploitation (E) = 0.64. Catch rate of banana prawn in the east monsoon season  was 269 gr./hours and in the second intermonsoon season was 186 gr/ hr. Stock density of banana prawn in east monsoon season was 22634 gr/km2 and in the second intermonsoon was 13253 gr/km2. For the sustainability banana prawn resources in the Segara Anakan estuary it  is necessary to regulate  mesh size of the net to increase the gear selectivity, reducing the fishing intensity and improving environmental conditions.  
BEBERAPAASPEKBIOLOGI IKANBELOSO(Sauridamicropectoralis) DI PERAIRANUTARAJAWATENGAH Adrian Damora; Tri Ernawati
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 3, No 6 (2011): (Desember 2011)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (148.168 KB) | DOI: 10.15578/bawal.3.6.2011.363-367

Abstract

Indeks kelimpahan stok ikan beloso (Saurida micropectoralis) di Laut Jawa cenderungmengalami penurunan dari tahun ke tahun dan untuk mencegahnya perlu bahan masukan yang bersumber dari hasil penelitian yang dijadikan sebagai dasar pengelolaannya. Penelitian dilakukan untukmengkaji beberapa aspek biologimeliputi hubungan panjangberat, nisbah kelamin, tingkat kematangan gonad, panjang pertama kali tertangkap dan panjang pertama kali matang gonad, serta kebiasaan makan ikan beloso. Penelitian dilakukan pada bulanApril–Agustus 2009 di perairan utara Jawa Tengah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nisbah kelamin ikan jantan dan betina berada dalam keadaan tidak seimbang. Pertumbuhan ikan beloso bersifat allometrik positif, dimana pertambahan berat lebih cepat dibandingkan pertumbuhan panjangnya dan tingkat kematangan gonad (TKG) ikan beloso didominasi oleh stadium I. Panjang pertama kali ikan beloso tertangkap lebih kecil dari panjang pertama kali matang gonadnya (Lc < Lm) sehingga akan mengancam kelestariaannya. Ikan beloso bersifat karnivora, dimana makanan utamanya adalah potongan ikan dasar, cumi, dan teri. Index of stock abundance of Lizardfish (Saurida micropectoralis) in Java Sea tend to decreased from year to year. The decline was expected because of the potential of Lizardfish decreasing but the effort continue to rise. The objective of this study is to assess the biological aspects including length-weight relationship, sex ratio, gonadal maturity stage, length of first capture (Lc) and length of first mature (Lm), and feeding habit of Lizardfish in north waters of Central Java. This study was conducted from April to August 2009 in north waters of Central Java. Results showed that the sex ratio between males and females was 1:0,97. Based on Chi-square test it is showed that sex ratio is not balanced. The growth of Lizardfish indicated positive allometric where the weight growth more faster than its length growth. The gonadalmaturity stage of Lizard fish is dominated by the first stage. The length of first capture of Lizardfish was under the length of first mature (Lc < Lm) so that will threaten its sustainability. Lizardfish was indicated carnivorous species where its main food are part of demersal fishes, squids and anchovies.
STRUKTUR UKURANIKAN DAN PARAMETERPOPULASIMADIDIHANG(Thunnus albacares) DI PERAIRAN LAUT BANDA Adrian Damora; Baihaqi Baihaqi
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 5, No 1 (2013): (April 2013)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (416.248 KB) | DOI: 10.15578/bawal.5.1.2013.59-65

Abstract

Laut Banda merupakan salah satu wilayah yang menjadi alur migrasi  dari beberapa jenis ikan tuna, di antaranya ikan madidihang (Thunnus albacares). Hal ini menyebabkan Laut Banda menjadi salah satu daerah penangkapan ikan madidihang yang potensial. Namun, seiring terus meningkatnya tekanan penangkapan, sering kali ikan madidihang muda tertangkap. Hal ini tentunya akan mengancam kelestarian sumber daya ikan ini. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkapkan struktur ukuran dan parameter populasi ikan madidihang di perairan Laut Banda. Penelitian dilakukan pada 5.609 ekor ikan contoh sejak bulan Februari sampai dengan Desember 2011. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan aplikasi model analitik menggunakan program ELEFAN I. Hasil penelitian menunjukkan panjang cagak ikan madidihang berada pada kisaran 55-215 cm, dengan panjang pertama kali tertangkap (Lc) sebesar 131,85 cmFL. Parameter pertumbuhan von Bertalanffy untuk laju pertumbuhan (K), lebar karapas asimptotik (L∞) dan umur ikan madidihang pada saat panjang ke-0 (t0), masing-masing sebesar 0,51/tahun, 223 cmFL dan -0,1841 tahun. Persamaan kurva pertumbuhan sebagai Lt = 223[1-e-0.51(t+0.1841)]. Parameter mortalitas menunjukkan laju kematian total (Z) 2,4/tahun, laju kematian alamiah (M) 0,68/tahun dan laju kematian karena penangkapan (F) 1,79/tahun. Banda Sea is the one of migration area of some tuna species, including yellowfin tuna (T. albacares). This led the Banda Sea to be the yellowfin tuna fishing ground potential. However, with the increasing fishing pressure, often times young yellowfin tuna caught. This case will threaten the sustainability of the resources. The purpose of the study was to identify the size distribution and population parameters of yellowfin tuna in Banda Sea. This study was conducted of 5.609 samples during February until December 2011. The data were analyzed using the analytical model application with ELEFAN I program. The results showed that fork length of yellowfin tuna in 55-215 cm range with the length of first capture (Lc) was 131,85 cm FL. The von Bertalanffy's growth parameters, K, L∞, and t0 were 0,51 yr-1, 223 cm FL and -0,1841 yr. The growth curve were Lt = 223[1-e-0.51(t+0.1841)], respectively. Instantenous mortality parameters, total mortality rate (Z) and natural mortality rate (M) and fishing mortality rate (F) were 2,4 yr-1, 0,68 yr-1 and 1,79 yr-1, respectively.
BEBERAPA ASPEK BIOLOGI RAJUNGAN (Portunus pelagicus) DI PERAIRAN LABUHAN MARINGGAI, LAMPUNG TIMUR Adrian Damora; Erfind Nurdin
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 8, No 1 (2016): (April 2016)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (531.353 KB) | DOI: 10.15578/bawal.8.1.2016.13-20

Abstract

Pengusahaan rajungan (Portunus pelagicus) di Labuhan Maringgai, Lampung Timur telah dilakukan secara intensif sehingga perlu upaya pengelolaan yang didasari dari kajian tentang aspek biologinya. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa aspek biologi rajungan, meliputi hubungan panjang-bobot, faktor kondisi, nisbah kelamin, kematangan kelamin, serta penentuan ukuran minimum yang boleh ditangkap dari sumber daya rajungan. Penelitian dilakukan pada bulan Januari–Desember 2012. Metode yang digunakan adalah metode survei pada lokasi-lokasi konsentrasi nelayan/pengumpul dan daerah–daerah yang memiliki aktivitas perikanan rajungan yang paling dominan. Sebanyak 3508 ekor contoh rajungan yang diambil secara acak untuk dianalisis beberapa aspek biologinya. Hasil penelitian menunjukkan pola pertumbuhan rajungan jantan bersifat isometrik dan rajungan betina bersifat allometrik positif. Nilai faktor kondisi terbesar pada rajungan jantan terdapat pada bulan Januari, sedangkan pada rajungan betina terdapat pada bulan April. Nilai faktor kondisi terkecil pada rajungan jantan maupun betina terdapat pada bulan Juli. Nisbah kelamin rajungan berada dalam kondisi tidak seimbang. Nilai Lc rajungan betina matang kelamin sebesar 109,72 mmCW dan Lm sebesar 113,50 mmCW. Ukuran minimum rajungan yang boleh ditangkap (minimum legal size) untuk dapat menunjang kelestariannya sebesar 110 mmCW.Exploitation of blue swimming crab (Portunus pelagicus) in Labuhan Maringgai, East Lampung has been intensified so that need the management measures based on the biological aspects study. The objective of this study is to assess the biological aspects including length-weight relationship, condition factor, sex ratio, sex maturity, and minimum legal size of blue swimming crab. This study was conducted from Januari to December 2012. Survey method is used for the study in some of blue swimming crab landing sites. Approximately 3508 samples of blue swimming crab were collected with random sampling. Results showed that the growth of blue swimming indicated isometric and positive allometric, by males and females respectively. The higher condition factor value of blue swimming crab was found in January and April, by males and females respectively. But the lower condition factor value of both was found in July. The sex ratio between males and females of blue swimming crab is not balanced. Lc for mature female  crab is 109,72 mmCW and Lm 113,50 mmCW.  The minimum legal size for the sustainable blue swimming crab fishery was 110 mmCW.
PARAMETER POPULASI IKAN KADAH (VALAMUGIL SPEIGLERI) SEBAGAI INDIKATOR PEMANFAATAN SUMBER DAYA PERAIRAN ESTUARIA DI PEMALANG Adrian Damora; Karsono Wagiyo
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 4, No 2 (2012): (Agustus 2012)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (139.728 KB) | DOI: 10.15578/bawal.4.2.2012.91-96

Abstract

Kemungkinan intrusi air laut, perubahan musim, penurunan hasil pertambakan, abrasi air laut yang cukup parah dan rhob besar di Kabupaten Pemalang diperkirakan akan mengancam kelestarian ekosistem mangrove, termasuk ikan-ikan estuari diantaranya adalah ikan Kadah (Valamugil speigleri). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkapkan status populasi ikan Kadah di perairan estuaria Pemalang. Penelitian dilakukan pada bulan Juni–Nopember 2010. Sebanyak 753 ekor contoh ikan Kadah yang diambil secara acak dari berbagai alat tangkap di TPI Ketapang, Kabupaten Pemalang. Data yang diperoleh diolah dengan aplikasi model analitik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan ikan Kadah bersifat allometrik negatif, dimana pertambahan panjang lebih cepat dibandingkan pertambahan beratnya. Rata-rata panjang ikan Kadah tertangkap adalah 14,48 cm. Laju pertumbuhan (K) ikan Kadah 0,98/tahun dan panjang total maksimum (L∞) sebagai 21,53 cm. laju kematian total (Z) ikan Kadah 5,56/tahun dan laju kematian alamiah (M) 2,00/tahun, sementara laju kematian karena penangkapan (F) 3,56/tahun, serta laju pengusahaan (E) sekitar 0,64/tahun. Laju pengusahaan ikan Kadah sudah berada dalam keadaan jenuh (fully exploited) yang menandakan intensitas pemanfaatan sumber daya perikanan estuaria yang tinggi. Sustainability of Pemalang mangrove ecosystems and their estuarine fish such as, Speigler’s mullet (V. speigleri) could be threaten by salt water intrusion, seasonal change, sea water abrasion and highest water tide. Therefore, a study aimed to identify the population status of Speigler’s mullet in Pemalang estuarine was conducted from June to Nopember 2010. Approximately 753 samples of Speigler’s mullet were collected from varieties of fishing gears at Ketapang fish landing area (site), Pemalang. The data were analyzed using the analytical model application. The results showed that Speigler’s mullet has a negative allometric growth indicating growth of fish length faster than its weight. The average length of Speigler’s mullet captured was 14,48 cm. Other biological parameters of Speigler’s mullet such as growth rate (K), maximum total length (L∞), total mortality rate (Z), natural mortality rate (M), fishing mortality rate (F) and exploitation rate (E) were 0,98/year, 21,53 cm, 5,56/year, 2,00/year, 3,56/year and 0,64/year, respectively. The exploitation rate of Speigler’s mullet in Pemalang waters was high. It suggests that estuaries resources utilization was already high.
PENGELOLAAN UDANG MANTIS (Harpiosquilla raphidea) DI PERAIRAN TANJUNG JABUNG BARAT DAN SEKITARNYA, JAMBI Ali Suman; Pratiwi Lestari; Adrian Damora
Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia Vol 13, No 1 (2021): (Mei) 2021
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jkpi.13.1.2021.43-58

Abstract

Pemanfaatan sumber daya udang mantis (Harpiosquilla raphidea) di perairan Tanjung Jabung Barat dan sekitarnya sudah berlangsung cukup lama dan dilakukan sangat intensif. Dalam kaitan kelestariannya, dibutuhkan opsi pengelolaan agar sumber daya ini dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji status stok dan kemungkinan opsi pengelolaan udang mantis di perairan Tanjung Jabung Barat dan sekitarnya. Penelitian dilakukan pada periode survei tahaun 2015-2019 dengan metode survey dan diperkaya dengan sintesis hasil-hasil penelitian di perairan Tanjung Jabung Barat. Hasil analisis menunjukkan bahwa alat tangkap udang mantis yang utama adalah jaring insang hanyut dan mini trawl dengan struktur udang berkisar antara 14-30 mm dengan perbadingan kelamin seimbang antara jantan dan betina, sementara pola pertumbuhannya bersifat allometrik negatif. Ukuran udang mantis yang tertangkap pada umumnya belum memijah. Laju pertumbuhan (K) udang mantis sebagai 1,53nm/tahun dengan panjang total maksimum (Loo) 34,1 cm. Laju kematian total (Z) dan laju kematian alamiah (M) masing-masing 11,27/tahun dan 2,16/tahun. Laju kematian karena penangkapan (F) sebagai 9,11/tahun dan laju pengusahaan (E) sekitar 0,81/tahun, sementara analisis usaha menunjukkan pendapatan bersih alat tangkap udang mantis adalah Rp 125.193.000/tahun untuk alat tangkap jaring insang hanyut dan Rp 260.316.000/tahun untuk alat tangkap mini trawl Status stok udang mantis sudah berada pada penangkapan berlebih (overfishing). Untuk menjamin kelestariannya, maka perlu dirumuskan opsi-opsi pengelolaan meliputi penutupan daerah/musim penangkapan pada bulan Mei, penetapan ukuran udang mantis terkecil yang boleh ditangkap yaitu pada ukuran panjang total 22,0 cm dan melakukan pengurangan upaya penangkapan sekitar 62 % dari kondisi tahun 2019. Keseluruhan opsi kebijakan ini harus ditunjang dengan peningkatan pemantauan, pengawasan dan penegakan hukum.The exploitation level of mantis shrimp (Harpiosquilla raphidea) resources in West Tanjung Jabung and surrounding waters is very intensive and has been going on for a long time. Management options are needed to preserve and sustain the mantis shrimp resources. The aim of this study was to identify the stock status and management of mantis shrimp in West Tanjung Jabung and surrounding waters. The research was conducted from 2015 to 2019 using survey methods and supplemented by the synthesis of investigation results from West Tanjung Jabung waters. Results showed that the mainly fishing gear of mantis shrimp in West Tanjung Jabung and surrounding waters was gillnet monofilament and mini trawl,meanwhile the shrimp’s size structure ranged between 14,0-30 cm, the sex ratio was balanced between male and female and the growth pattern was negative allometric. Most of the mantis shrimp were caught in immature condition. The growth rate (K) was 1.53/year with maximum carapace length (L∞) of 34.1 cm (in total length0. Total mortality (Z) and natural mortality (M) werewere 11.27/year and 2.16/year respectively. The fishing mortality (F) was at 9.11/year and exploitation level (E) was around 0.81/year, while the financial analyses shows net income was Rp125,.193,.000.-IDR/year for gillnet monofilament gear and.260,316,000.IDR/year for mini trawl gear. Hence the mantis shrimp stock in West Tanjung Jabung and surrounding waters is in overfishing condition. Managements options proposed in order to keep sustainability of the resources are applied closed season in May, legal size catch limitation at 22,0 cm (in total length) and reducing of catch effort to 62%  in 2019. All of these policy options must be supported by conducting continues monitoring, supervision and law enforcement activities.
Bioinformation of Blue Swimming Crab (Portunus pelagicus) during Covid-19 Pandemic in Bintan District, Riau Islands Province: Bioinformasi Rajungan (Portunus pelagicus) dalam Masa Pandemi Covid-19 di Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau Wahyu Muzammil; Tri Apriadi; Winny Retna Melani; Adrian Damora
Tropical Fisheries Management Journal Vol 5 No 2 (2021): Jurnal Pengelolaan Perikanan Tropis
Publisher : Departement of Aquatic Resources Management, Faculty of Fisheries and Marine Sciences, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jppt.v5i2.34442

Abstract

Provinsi Kepulauan Riau memiliki potensi perikanan yang tinggi karena didominasi oleh wilayah perairan dibandingkan daratannya. Potensi perikanan yang tinggi tersebut diantaranya adalah komoditas rajungan. Pandemi covid-19 di seluruh dunia berpengaruh terhadap berbagai sektor, salah satunya sektor perikanan rajungan, sehingga informasi biologi (bioinformasi) dalam masa pandemi ini sangat bermanfaat untuk kegiatan perikanan rajungan berkelanjutan di Kabupaten Bintan. Tujuan penelitian ini untuk memberikan bioinformasi terkait rajungan dalam masa pandemi covid-19 di Kabupaten Bintan. Bioinformasi tersebut meliputi distribusi ukuran, pola pertumbuhan, nisbah kelamin jantan dan betina, serta tingkat kematangan gonad rajungan betina di perairan Kawal dan Pengujan. Ukuran lebar karapas rajungan di Kawal berkisar antara 102,2–187,9 mm dan ukuran lebar karapas rajungan di Pengujan berkisar antara 106,3–148,4 mm. Modus kelas lebar karapas ditemukan pada nilai tengah kelas 130 mm (di Kawal) dan 140 mm (di Pengujan). Pola pertumbuhan rajungan baik betina maupun jantan di Kawal dan Pengujan bersifat allometrik negatif. Berdasarkan uji chi square dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05), nisbah kelamin rajungan jantan-betina secara umum baik di Kawal maupun di Pengujan pada kondisi yang seimbang. Tingkat kematangan gonad (TKG) pada rajungan betina secara keseluruhan ditemukan mulai dari stadia TKG 1 sampai stadia TKG 4. Di perairan Kawal ditemukan sebesar 67% matang gonad, 22% belum matang gonad, dan 11% berried female. Di perairan Pengujan ditemukan sebesar 31% matang gonad, 63% belum matang gonad, dan 6% berried female.
Co-Authors Abbas, Muhammadar Abdullah Abdullah Abbas adib Mustofa Afriani, Sari Agneli Tarina Agung S. Batubara Ahasan Habib Ahmad Fauzan Lubis Ali Suman Amkietiela Andi Aliah Hidayani Andina Ramadhani Putri Pane Anton Wijonarno Anzani, Yunita Magrima Aulia Rahman Baihaqi Baihaqi Bambang Kurniadi, Bambang Benaya Meitasari Simeon Booth, Hollie Chitra Octavina Chitra Octavina Chitra Octavina Chitra Octavina Chitra Octavina Chitra Octavina Christian Novia N Handayani Cut Dara Dewi Cut Nanda Devira Cut Nuzlia Dedi Fazriansyah Putra Dedi Fazriansyah Putra Dewi, Cut Dara Edison D. Macusi Efin Muttaqin, Efin Erfind Nurdin Essy Harnelly Estradivar Farahisah, Harum Fikri Firmansyah Firman M. Nur Firman M. Nur Gabby Ahmadia Gunawan Habib, Ahasan Haikal Faruqi Saltas Hyun-Woo Kim Ibnu Sahidir Ichsan Rusydi Iko imelda arisa Iko imelda arisa, Iko imelda Ilham Fajri, Ilham Iqbal, Teuku Haris Irma Dewiyanti Irma Dewiyanti Irma Dewiyanti Irma Dewiyanti Ismarica Iwan Hasri Iwan Hasri Jamsari Amirul Firdaus Jamaluddin Jill Harris Karsono Wagiyo Karsono Wagiyo Kavinta Melanie Kavinta Melanie Klaas J. Teule Laksmi Sulmartiwi Luky Adrianto M. Zikra Amanda Maria Ulfa Maria Ulfah Maria Ulfah Maria Ulfah Maria Ulfah Maria Ulfah Maulida, Siti Md. Jobaidul Alam Mirza Farazillah Mohd Nor Siti-Azizah Mohd Nor Siti-Azizah Muchlisin ZA Muhammad Agustiar Muhammad Reza Purnama Muhammad Rifki Muhammad Syukran Muhammad Yusuf Muhammadar Muhammadar Abdullah Abbas Munandar Munandar Muntazir Mutia Ramadhaniaty Mutia Ramadhaniaty Mutia Ramadhaniaty Nadhira Alamanda Nanda Muhammad Razi Nazlia, Suraiya Novian Aji Pradana Nur Fadli Nur Fadli Nuraina Balqis Nurda Alamsyah Nurfadillah Nurfadillah Nurfadillah Nurfadillah Nurfadillah Nurul Najmi Nuzlia, Cut Perdana, Adli Waliul Perdana, Adli Waliul Pratiwi Lestari Pratiwi, Cintya Indria Puad Batari Harahap Purwoko, Agus Putra, Dedi Fazriansyah Rahayu, Sri Riska Ramadhaniaty, Mutia Rusydi, Ichsan Safrizal Razali Said Ali Akbar Said Ali Akbar Samsul Bahri Sapto Andriyono Sari Afriani Sayyid Afdhal El Rahimi Shan-Yin Vanson Liu Siska Mellisa Siti Maulida Siti Maulida Siti-Azizah, Mohd Nor Sri Jumiati, Sri Sugiyanta Sumarni Laila Buang Manalu Suraiya Nazlia Taufiq Hidayat Teuku H. Iqbal Tri Apriadi Tri Ernawati Veda Santiadji Wahyu Muzammil Winny Retna Melani Yusli Wardiatno Z A, Muchlisin Z. A. Muchlisin Zafrina Zainal A. Muchlisin Zainal A. Muchlisin Zainal A. Muchlisin Zainal A. Muchlisin ZAINAL ABIDIN MUCHLISIN Zulkarnain Jalil