Masayu Rahmia Anwar Putri
Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

VARIASI UKURAN DAN SEBARAN TANGKAPAN IKAN SIDAT (Anguilla marmorata) DI SUNGAI POSO, SULAWESI TENGAH Krismono Krismono; Masayu Rahmia Anwar Putri
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 18, No 2 (2012): (Juni) 2012
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (485.895 KB) | DOI: 10.15578/jppi.18.2.2012.85-92

Abstract

Ikan sidat (Anguilla marmorata) merupakan salah satu potensi sumber daya ikan lokal terbesar yang ada di Sulawesi Tengah. Ikan sidat merupakan ikan katadromus yang tahap perkembangannya terjadi di perairan estuari, sungai dan danau serta area pemijahannya terjadi di laut lepas. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis variasi ukuran dan sebaran tangkapan ikan sidat di Sungai Poso. Pengambilan sampel ikan sidat dilakukan dengan menggunakan alat tangkap bubu, pancing, sero dan wayamassapi yang didapat dari data enumerator di Muara, Sungai Poso (Pandiri dan Sulewana) serta Danau Poso (Tentena). Ikan sidat diukur panjang dan beratnya untuk dianalisis menurut lokasi, jenis alat tangkap dan waktu penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan sidat tertangkap setiap bulan dengan puncaknya terjadi pada Juli dan Agustus. Ikan ini tertangkap pada berbagai ukuran dari Muara Sungai Poso, Sungai Poso dan sampai Danau Poso. Penangkapan ikan sidat menggunakan bubu, sero, wayamassapi dan pancing yang merupakan alat tangkap yang paling banyak digunakan oleh penangkap sidat, terutama di daerah muara. Tangkapan ikan sidat ukuran panjang (0-15 sampai 135-150 cm panjang total) di Muara Poso, sedangkan di lokasi lainnya panjang ikan sidat yang tertangkap rata-rata lebih besar dari 30 cm panjang tiotal. Ikan sidat yang tertangkap di Muara Poso masih dalam fase yellow eel (6-50 cm panjang total) sedangkan ikan sidat yang tertangkap di Tentena lebih banyak dalam fase silver eel (lebih besar dari 50 cm panjang total). Tentena merupakan tempat penangkapan sidat dewasa dengan ukuran bobot ± 3 kali lebih besar (3.186 g ekor-1) dibandingkan ikan sidat yang tertangkap di lokasi penelitian lainnya dengan bobot antara 1.003-1.696 g ekor-1.Eel (Anguilla marmorata) is one of the biggest local potential fish in the Central Sulawesi. Eel is a catadromous fish, its development stages occur in the estuary, river and Poso Lake, and the eel’s spawning ground occurs in the deep sea. This research aims to determine the size and catch distribution of eels in Poso River. Fish sampling was carried out by using the traps, hooks, set traps (sero and wayamasapi) and the data were collected by enumerators in Estuary, River Poso (Pandiri and Sulewana) and Lake Poso (Tentena). Total length and weight of eels were measured, and then the data were analyzed by location, gear type and time studies to determine the distribution of eel in the River Poso. Eels with different lengths (between 0-15 to 135-150 cm of total length) were found in the Estuary of Poso, while in other locations, the length average of eels was greater than 30 cm length. Eels caught in the estuary were still in yellow eel phase (6-50 cm of total length) while more eels were caught in Tentena in silver eels phase (greater than 50 cm of total length). Hooks is the most widely used by the fishers, especially in the estuary. In 2010, eels were mostly caught for every month with their peak were occurred in July and August. Tentena was a fishing ground for an adult eels with eels weight about 3 times greater (weight 3186 g fish-1) than the eels caught in the other study sites which the weight ranging between 1,003-1,696 g-1 fish.
DUGAAN DAERAH PEMIJAHAN IKAN NAPOLEON (Cheilinus undulatus, RUPPELL, 1835) DI SEKITAR PERAIRAN KEPULAUAN ANAMBAS Amran Ronny Syam; Mujiyanto Mujiyanto; Masayu Rahmia Anwar Putri
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 22, No 3 (2016): (September) 2016
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (413.792 KB) | DOI: 10.15578/jppi.22.3.2016.147-160

Abstract

Kelimpahan ikan Napoleon di alam sangat rendah, namun larvanya muncul setiap tahun di sekitar perairan Kepulauan Anambas. Saat ini ikan Napoleon yang berukuran satu kilogram masih banyak ditemukan dari hasil pemeliharaan dalam Keramba Jaring Tancap dan Karamba Jaring Apung.  Kajian terhadap keberadaan larva/juvenil ikan Napoleon dan lokasi pemijahan di alam merupakan salah satu indikator dalam upaya mempertahankan keberlanjutan hidup populasi ikan napoleon. Tujuan penelitian ini adalah untuk menduga daerah pemijahan ikan Napoleon di alam berdasarkan ukuran larva/juvenil ikan Napoleon yang tertangkap di alam dan pola arus di sekitar perairan tersebut.  Metode yang digunakan adalah Sensus visual (UVC), enumerasi hasil tangkapan benih dan penentuan pola arus laut di sekitar daerah penangkapan benih. Daerah pemijahan ikan Napoleon belum diketahui pasti. Berdasarkan pola arus laut dan keberadaan larva ikan Napoleon yang berukuran 0,5 inci, dapat diduga pemijahan ikan Napoleon di alam berlangsung tidak jauh dari lokasi ditemukannya larva tersebut, yaitu 1. Tanjung Datuk, 2.Pulau Tembuk, 3. Tanjung Ikan, 4.Teluk Nipah, 5.Teluk Pau, dan 6. Tanjung Sing. Populasi ikan Napoleon dewasa di perairan sekitar Kabupaten Anambas tergolong rendah, namun kemunculan benih ikan Napoleon dapat terjadi setiap tahun terutama pada Oktober/Nopember atau Januari dan Februari. The adult of Napoleon wrasse fish abundance in nature is very low, but the larvae can be found almost at year-round  in the Anambas waters. Currently, napoleon wrasse of one kilogram weight is still found in the fixed net cage and floating net cage. Study on the larva/juvenile existence and spawning site in nature is one of the keys indicators to maintain the sustainability of fish population. The methods used were the visual census (UVC), enumerating the seed catch and identify the pattern of ocean currents around the seed collection area. Spawning area of Napoleon wrasse fish could not exactly be determined yet. Based on the pattern of ocean currents and the smallest size of fish larvae that were found, the spawning site of Napoleon wrasse fish in the wild was estimated to be in around the occurrence location of Napoleon wrasse larvae, namely 1. Tanjung Datuk, 2. Tembuk Island, 3 Tanjung Ikan, 4. Teluk Nipah, 5.Teluk Pau, and 6.Tanjung Sing. The population of adult Napoleon fish in the waters around Anambas was relatively low, but the emergence of Napoleon wrasse larvae can occurs annually, especially in October- November or January-February.  
KEMATIAN MASSAL IKAN DAN SEBARAN PARAMETER KUALITAS AIR DI TELUK JAKARTA Masayu Rahmia Anwar Putri; Sri Turni Hartati; fayakun satria
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 8, No 2 (2016): (Agustus 2016)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (734.855 KB) | DOI: 10.15578/bawal.8.2.2016.77-90

Abstract

Berbagai jenis ikan, dengan bobot total lebih dari 650 kg ditemukan mati di pesisir Pantai Ancol tanggal 30 November 2015, diantaranya yang dominan adalah gulamah (Scianidae). Kematian ikan yang sering terjadi akan menyebabkan kerugian ekonomi yang signifikan. Identifikasi faktor penyebab terjadinya peristiwa ini sangat penting untuk diketahui dalam rangka pengelolaan populasi ikan dan penyusunan tindakan pencegahan sehingga bisa mengurangi frekuensi dan besarnya tingkat kematian ikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebaran spasial beberapa parameter kualitas airguna mengidentifikasi faktor penyebab kematian masal ikan di Teluk Jakarta yang terjadi pada tanggal 30 November 2015. Pengamatan dilakukan pada tanggal 1-3 Desember 2015 di 14 stasiun penelitian mencakup14 parameter fisika, kimia dan biologi perairan. Sebaran spasial beberapa parameter perairan dipetakan dengan menggunakan software ArcGIS 9.3. Parameter perairan (kedalaman, kecerahan, suhu air, pH, oksigen terlarut dan ORP (Oxidation Reduction Potential)) diukur secara insitu dan contoh air permukaan diambil untuk pengamatan plankton serta parameter kimia air di laboratorium (nitrat, fosfat, ammonia, biochemical oxygen demand, total suspended solid, sulfide dan bahan organik terlarut). Berdasarkan analisa dari 14 parameter fisika, kimia dan biologi perairan diketahui faktor penyebab kematian masal ikan di Teluk Jakarta pada 30 November 2015 disebabkan karena rendahnya kandungan oksigen terlarut(0,07mg/l pada lokasi pusat kematian ikan),kadar nutrien yang berlebihan(nitrat,0,003-0,389 mg/l dan fosfat 0,811-1,653 mg/l,)dan tingginya konsentrasi ammonia yang merupakan gas beracun dan berbau (0,227-1,944 mg/l). On November 30th, 2015, more than 650 kg fishes found dead in the coast of Ancol. The identification of its causes is very vital to develop mitigation for managing fish population and preventing economic loss. This study aims to examine several waters parameters to identify the factors causing mass deaths of fish. The study was conducted on 1-3 December 2015 in Jakarta Bay by analyzing 14 parameters of physical, chemical and biological aspect. Spatial distribution of water parameters mapped using ArcGIS 9.3 software. Some water parameters were measured in situ (depth, brightness, water temperature,pH, dissolved oxygen and ORP (oxidation reduction potential) while surface water samples were taken and analyzed in the laboratory (Nitrate, phosphate, ammonia, biochemical oxygen demand. The result showed that a mass fish kills in Jakarta Bay on 30 November 2015 due to low dissolved oxygen content, release of toxic gas into the water, excessive nutrient and high ammonia.
BEBERAPA ASPEK BIOLOGI UDANG BANANA (Metapenaeus dobsoni) DAN UDANG KAYU (M. affinis) DI PERAIRAN TELUK CEMPI, NUSA TENGGARA BARAT Masayu Rahmia anwar Putri; Adriani Sri Nastiti
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 9, No 1 (2017): (April, 2017)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (939.089 KB) | DOI: 10.15578/bawal.9.1.2017.1-10

Abstract

Perairan Teluk Cempi merupakan salah satu daerah penangkapan udang potensial di Nusa Tenggara Barat khususnya udang benana (Metapenaeus dobsoni) dan udang kayu (M. affinis). Pemanfaatan sumberdaya udang yang tidak terkendali akan mengancam kelestarian sumberdaya udang. Sebagai dasar untuk pengelolaan yang berkelanjutan perlu dilakukan kajian beberapa parameter biologi meliputi nisbah kelamin, sebaran ukuran panjang, hubungan panjang dan berat, tingkat kematangan gonad, ukuran pertama kali matang gonad dan ukuran pertama kali tertangkap. Penelitian ini dilaksanakan di perairan Teluk Cempi, Nusa Tenggara Barat pada bulan April-Desember 2013. Sampel udang didapatkan dari percobaan penangkapan dan hasil tangkapan nelayan yang didaratkan di Desa Jala, Kabupaten Dompu, kemudian dicatat data biologinya oleh enumerator. Hasil penelitian menunjukkan nisbah kelamin udang kayu dan banana betina lebih banyak dibandingkan udang jantan (lebih dari 60%). Panjang karapas udang benana dan udang kayu betina lebih besar dibandingkan udang jantan. Pola pertumbuhan udang benana dan udang kayu alometrik negatif. Udang benana dan udang kayu di Teluk Cempi dapat memijah sepanjang tahun. Hasil tangkapan udang didominasi udang yang belum matang gonad (TKG I-II). Udang benana pertama kali matang gonad (Lm) pada ukuran 24 mm dan Lm udang kayu pada ukuran 26,2 mm. Ukuran udang benana pertama kali tertangkap (Lc) adalah 16,25 mm (jantan) dan 19,69 mm (betina), sedangkan Lc udang kayu diperoleh 19 mm (jantan) dan 24,57 mm (betina). Tekanan penangkapan udang di Teluk Cempi sudah sangat intesif yang terindikasi dari tingginya hasil tangkapan udang yang belum matang gonad dan nilai Lc yang lebih kecil dari Lm.The Cempi Bay is one of the potential fishing ground of shrimp in West Nusa Tenggara, especially for Metapenaeus dobsoni and M.affinis. The unmanaged exploitation leads to unsustainability of shrimp resources. As a basis for sustainable management it is necessary to study several biological parameters as sex ratio, length distribution, length and weight relationship, maturity stages, the length at first maturity and length at first capture. This research was conducted in Cempi Bay Waters on April to December 2013. Samples were obtained from experimental fishing and fisherman’s catch that landed in Jala Village, Dompu Regency, then its biology data recorded by enumerators. The results showed that sex ratio of females Metapenaeus affinis and M. dobsoni was higher than males (more than 60%). The carapace length of M.dobsoni and M. affinis was larger than males. The growth pattern of both M.dobsoni and M.affinis were allometric negative. Both shrimp species may spawn throughout the year. The shrimp catch dominated immature stage (I-II maturity stages). The carapace length at first maturity (Lm) of M.dobsoni was 24 mm and Lm of M.affinis was 26.2 mm. The carapace length at first capture (Lc) of M.dobsoni was 16.25 mm (male) and 19.69 mm (female), while the Lc of M.affinis was 19 mm (male) and 24.57 mm (female). The pressure of shrimp fishing in Cempi Bay has been very intensive, indicated by the high catches of immature shrimp and the value of Lc was smaller than Lm.