Endi Setiadi Kartamihardja
Pusat Penelitian Pengelolaan Perikanan dan Konservasi Sumber Daya Ikan, Ancol-Jakarta

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

EVALUASIKEBERHASILANPENEBARANIKANBANDENG(Chanos chanos) DIWADUK IR. H. DJUANDA Didik Wahju Hendro Tjahjo; Sri Endah Purnamaningtyas; Endi Setiadi Kartamihardja
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 3, No 4 (2011): (April 2011)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (313.111 KB) | DOI: 10.15578/bawal.3.4.2011.231-237

Abstract

Waduk Ir. H. Djuanda mempunyai potensi pengembangan budi daya ikan yang tinggi, dan pertumbuhan budi daya tersebut berkembang sangat pesat. Perkembangan yang pesat tersebut sangat berdampak pada penurunan kualitas air dan mendorong peningkatan kelimpahan plankton yang sangat tinggi. Oleh karena itu, pemerintah melakukan penebaran ikan bandeng (Chanos chanos) pada bulan Juli sampai Agustus 2008 sebanyak 2.116.000 ekor benih dalam upaya menanggulangi kelimpahan plankton yang tinggi dan sekaligus meningkatkan produksi ikannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi keberhasilan penebaran ikan bandeng di Waduk Ir. H. Djuanda, Purwakarta, Jawa Barat. Penelitian ini dilakukan setiap bulan pada periode bulan Juli 2008 sampai Januari2009. Pengamatan dilakukan denganmetode teratifikasi dengan enamtitik stasiun pengamatan. Evaluasi keberhasilan penebaran ikan bandeng dievaluasi kemampuan memanfaatkan kelimpahan plankton, pertumbuhannya, dan dapat tertangkap kembali.Hasil analisis kebiasaanmakan, ikan bandeng mempunyai kemampuan yang tinggimemanfaatkan kelimpahan plankton di perairan tersebut, dan ikan ini mempunyai laju pertumbuhan yang sangat cepat (K=3.381 dengan L”=45 cm). Ikan bandeng ini dapat tertangkap kembali oleh nelayan setempat pada bulan September 2008 sampai Pebuari 2009 dan juga secara tidak langsung mampu memperbaiki kualitas perairanWaduk Ir. H. Djuanda. Oleh karena itu, dalam upaya peningkatan dampak penebaran ikan bandeng untuk memperbaiki kualitas perairan dan peningkatan kesejahteraan nelayan, maka perlu dilanjutkan penelitian strategi penebaran ikan bandeng dan penguatan kelembagaan nelayan yang ada. Ir. H. Djuanda Reservoir has high potency in developing of fish culture, that the growth has developed very fast. The fast growth of fish culture affected the degradation of water quality and push increasing of plankton abundance. Therefore, government conduct stocking of bandeng on July until August 2008 as much 2,116,000 individual as on effort of overcoming of plankton bloom and increasing of fish production. The aim of this study is to evaluate the successfulness of fish stocking of bandeng (Chanos chanos) in Ir. H. Djuanda Reservoir, Purwakarta, and West Java. The research was conducted every month at period of July 2008 until January 2009. Observation was done by sampling stratification method at 6 point of observation station. Evaluation of successfulness fish stocking base on the ability using of plankton, the growth and percentage of recaptured. The result should that bandeng have high ability inusing of plankton in waters as a feed (97.8%), and this fish had high growth rate (K=3.381 and L”=45 cm). This fish could be recaptured by local fisherman in September 2008 until February 2009. Beside, this bandeng stocking indirectly have been able to improve waters quality of Ir. H. Djuanda Reservoir. Therefore, the effort of increasing impact of bandeng stocking improved waters quality and improvement of fisherman prosperity, thus require to be continued of bandeng stocking and reinforcement institute of local fisherman.
HUBUNGAN PANJANG- BERAT, KEBIASAANMAKAN DAN KEMATANGANGONAD IKAN BILIH (Mystaecoleucus padangensis) DI DANAUTOBA, SUMATERAUTARA Chairulwan Umar; Endi Setiadi Kartamihardja
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 3, No 6 (2011): (Desember 2011)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (394.729 KB) | DOI: 10.15578/bawal.3.6.2011.351-356

Abstract

Ikan bilih (Mystacoleucus padangensis Bleeker) diDanau Toba adalah jenis ikan introduksi dari Danau Singkarak, Sumatera Barat. Pada saat ini terdapat kecenderungan ukuran individu menurun, hal ini antara lain disebabkan oleh penangkapan yang intensif menggunakan alat tangkap bagan apung dengan ukuran mata jaring relatif kecil (< 1,25 inci). Penelitian ini bertujuan untuk melihat beberapa aspek biologi meliputi ukuran panjang dan bobot, kebiasaan makan, tingkat kematangan gonad dan fekunditasnya. Hasil penelitian diperoleh hubungan panjang dan bobot individu bersifat allometrik positif dengan panjang total rata-rata 12,6 cmdan bobot rata-rata 19,8 g/ekor. Dari analisa lambung ikan bilih pemakan detritus (78,2 – 92,9 %), fitoplankton dan zooplankton sebagai pakan tambahan (4,9 – 11,5 %) serta seresah tumbuhan sebagai pakan pelengkap (1,9 – 1,8 %). Hasil pengamatan ikan bilih yang matang gonaddiperoleh nilai fekunditasnya rata-rata berkisar antara 5.262 – 16.117 butir telur. Hasil pengamatan TKG dan jumlah telur menunjukkan ikan bilih dapat bertelur danmemijah sepanjang tahun dan berkembang dengan baik sehingga ikan ini tetap lestari walaupun adanya eksploitasi yang cukup intensif. Bilih (Mystacoleucus padangensis Bleeker) in Toba Lake was introduce from Singkarak Lake,West Sumatra. At present the growth was decreased, it caused by intensive fishing and the uses of lift net with small mesh size (under 1,25 inch). This research aims to know some biological aspects of bilih such as length - weight, relationship food habit, level of gonadal maturity, and fecundity. The results showed that growth pattern of bilih positive allometric with average length of about 12,6 cm and average weight of about 19,8 gr/each. Bilih detritus feeding (78,2 – 92,9%), phytoplankton and zooplankton as additional food (4,9 – 11,5%) and seresah tumbuhan as complement food (1,9 – 1,8%). Fecundity of ranged from 5.262 – 16.117. TKG observation and eggs gain showed that bilih could development and spawn in long years and growth well enough, so that bilih can stlll growth rapidly eventhough there is an exploitation.
KARAKTERISTIK LIMNOLOGIS, PERKEMBANGAN POPULASI IKAN PATIN SIAM (Pangasionodon hypophthalmus) INTRODUKSI DAN PERIKANAN DI WADUK WONOGIRI, JAWA TENGAH Endi Setiadi Kartamihardja; Kunto Purnomo; Sonny Koeshendrajana; Chairulwan Umar
Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia Vol 3, No 1 (2011): (Mei 2011)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (150.292 KB) | DOI: 10.15578/jkpi.3.1.2011.37-50

Abstract

Ikan patin siam (Pangasianodon hypophthalmus) diintroduksikan ke Waduk Wonogiri (luas 8.800 ha), Jawa Tengah pada tahun 1999-2002 yang ditujukan untuk mengisi relung ekologis yang kosong dan meningkatkan produksi ikan. Penelitian tentang perubahan karakteristik limnologis waduk, perkembangan dan kontribusi sumber daya ikan patin terhadap hasil tangkapan serta implikasi pengelolaan dan konservasinya telah dilakukan pada tahun 2009. Penelitian ini dilakukan melalui observasi lapang, studi pustaka, dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Waduk Wonogiri telah mengalami penyuburan (eutrofikasi). Makanan utama ikan patin adalah plankton, ikan ini dapat memijah secara alami di waduk namun diduga laju rekruitmennya lebih rendah dari laju penangkapannya. Pemanfaatan sumber daya ikan patin siam telah mencapaitingkat optimum yang diindikasikan dengan hasil tangkapan yang stabil pada kisaran 149,6-155,2 ton selama periode tahun 2005-2009. Langkah-langkah pengelolaan yang perlu diterapkan meliputi perlindungan daerah pemijahan dan asuhan ikan patin di muara Sungai Keduwang; perlindungan induk ikan patin di kawasan budi daya keramba jaring apung Cakaran; penebaran benih patin untuk menambah rekruitmen; pengawasan dan penegakkan hukum dalam penggunaan alat tangkap yang merusak dengan melibatkan kelompok masyarakat pengawas; monitoring dan evaluasi hasil tangkapan dengan melibatkan peran serta pedagang pengumpul; dan penguatan kelembagaan pengelola perikanannya. Introduction of striped catfish (Pangasianodon hypophthalmus) to Wonogiri Reservoir (a surface water area of 8,800 ha), at Central Java has been conducted in the period 1999-2002. A field observation, desk study, and interview aimed to evaluate limnological characteristics of the reservoir, growth and development of the striped catfish resource, the contribution to total yield and its management and conservation implication has been conducted in 2009. Results of the study showed that the Wonogiri Reservoir developed to become an eutrophic waters. The Striped catfish feed on plankton, grew faster and spawn naturally but it is estimated that the recruitment rate was lower than that the exploitation rate. The exploitation of the catfish resource has reached the optimum utilization which is indicated with stabilize the catfish yield at a range of 149.6-155.2 ton in the period of 2005-2009. Management measures which should be implementedinclude: protecting of the striped catfish spawning and nursery ground at mouth of Keduwang River; protecting the striped catfish brood stock at fish cage culture area at Cakaran; restocking of striped catfish juvenile to increase their recruitment;surveilance and law enforcement of the destructive fishing gear through participation of the society group; monitoring and evaluation of the fish yield through participation of the fish broker; and increasing capacity building of the local fisheries management unit.
PENGELOLAAN SUMBER DAYA IKAN DI DANAU LIMBOTO, GORONTALO Krismono Krismono; Endi Setiadi Kartamihardja
Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia Vol 2, No 1 (2010): (Mei 2010)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (152.094 KB) | DOI: 10.15578/jkpi.2.1.2010.27-41

Abstract

Danau Limboto termasuk danau tipe rawa terletak di Provinsi Gorontalodengan luas 2.900 ha dan kedalaman antara 1-5 m. Sumber air berasal dari 20 sungai dan empat sungai di antaranya merupakan sungai besar, yaitu Sungai Bionga, Sungai Molalahu, Sungai Alo-pahu, dan Sungai Meluopo. Air Danau Limboto dikeluarkan melalui Sungai Topadu yang bermuara di Teluk Tomini dengan jarak sekitar 10 km. Masalah Danau Limboto adalah eutrofikasi dan sedimentasi, eutrofikasi ditandai dengan pertumbuhan gulma air eceng gondok yang berkembang terus dari tahun ke tahun. Pada tahun 1994 tumbuhan air menutupi sekitar 35%, tahun 2004 sampai 40% dan tahun 2008 sekitar 40-60% luas permukaan air. Struktur komunitas ikan di Danau Limboto didominansi oleh ikan karnívora dan omnivora sehingga hanya sebagian kecil yang memanfaatkan eceng gondok sebagai makanannya. Sekitar 1.500 kepala keluarga hidup di selingkar Danau Limboto dengan mata pencaharian pembudidaya ikan dan nelayan. Beberapa alat tangkap yang merusak sumber daya ikan antara lain dudayaho, strom, dan bibilo. Untuk menjaga kelestarian sumber daya ikan perlu dilakukan langkah-langkah pengelolaan secara berkelanjutan meliputi rehabilitasi habitat danau melalui pengendalian eceng gondok, penentuan tata ruang perairan danau, revitalisasi Peraturan Daerah Kabupaten Gorontalo Nomor 67 Tahun 2000 mengenai pelarangan penggunaan alat tangkap yang merusak sumber daya ikan, revitalisasi kelembagaan nelayan,dan pembudidaya ikan.Lake Limboto is classified as swamp lake types located in the Province ofGorontalo, has a water surface area of 2,900 ha and water depth range between 1-5 m. The source of water comes from 20 rivers; among others are four major rivers, namely Bionga, Molalahu, Alo-Pahu, and Meluopo Rivers. The outlet of the lake waters is Topadu River which empties into Tomini Bay about 15 km distance from the lake. The main problem of the lake is eutrofication and sedimentation which the eutrofication indicated by the nuisance growth of aquatic weeds especially water hyacinth. In 1994, the water hyacinth covered the water surface area of 35%, in 2004 to be 40% and in 2008 approximately covered 40- 60% of the total water surface area of the lake. Structure of fish communities is dominated by carnivorous and omnivorous fish so that only a small part water hyacinth utilized as fish feed. Lake Limboto support around 1,500 families live surrounding of the lake that their livelihoods as fish farmers and fishermen. Some fishing gears such as scope net of fine mesh size, electric fishing and aquatic plant fish aggregating device has destructed the fish resources. To maintain thesustainability of fish resources some management measures i.e. habitatrehabilitation of the lake through water hyacinth control, zoning of the lake, revitalization of Gorontalo District Act Nomor 67 year 2000 about prohibition on the use of destructive fishing gears; and development of fisheries co-management should be done.