Diah Anggraini
Program Studi S1 Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Tarumanagara

Published : 26 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 26 Documents
Search

WADAH HIBURAN, INOVASI DAN EDUKASI TATABOGA TAHU TEMPE DI SEMANAN Gabriella Gabriella; Diah Anggraini
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol 2, No 2 (2020): OKTOBER
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v2i2.8523

Abstract

Even thought the level of consumption of tahu tempe is very high, and Indonesia is currently the largest tahu and tempe producer country in the world, but the tahu tempe craftsmen still experiencing problems with fluctuating soybean raw material prices, while the selling price of their products tends to remain, so that the welfare of the tahu tempe craftsmen in DKI Jakarta, is difficult to increase. This also happened to tahu tempe craftsmen in Tahu Tempe Village in Semanan, West Jakarta. This study aims to improve the ability of tahu tempe craftsmen in Semanan by providing a research and development place for tahu and tempe products, marketing assistance and an educational place for related communities, in addition to being able to provide a place for social interaction for local communities from a variety of social, economic and cultural backgrounds to form a community that has character, united and sustainable. As the third place in Semanan, the site was chosen between the residential neighborhood (first place) and the agriculture, industrial, and trade area (second place) with easy accessibility of the two regions. The design method refers to the Responses to Site approach, with the processing of the design prioritizing the principle of porosity which is one aspect of open architecture. This study resulted in concept and design of the third place building with three main facilities, namely community center consisting of a communal space for socializing and interacting visitors and a food research and development kitchen for a means of innovating and developing food products from tempe and tofu, public outdoor space that is used for playing activities, exercising and organizing various events, as well as food market that sells tempe and tahu based foods. Keywords: craftsmen; inovation; porosity; tahu tempe AbstrakMeskipun tingkat konsumsi tahu tempe sangat tinggi, dan Indonesia saat ini menjadi negara produsen tahu dan tempe terbesar di dunia, namun para pengrajin tahu tempe masih mengalami permasalahan dengan harga bahan baku kedelai yang fluktuatif, sementara harga jual produknya cenderung tetap, sehingga kesejahteraan para pengrajin tahu tempe di DKI Jakarta, sulit meningkat. Hal ini juga terjadi di Perkampungan Pengrajin Tahu Tempe di Semanan, Jakarta Barat. Studi ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pengrajin tahu tempe di Semanan melalui penyediaan wadah riset pengembangan dan inovasi produk olahan tempe dan tahu, bantuan pemasaran dan wadah edukasi bagi komunitas terkait, di samping dapat menyediakan wadah interaksi sosial bagi masyarakat lokal dari berbagai macam latar belakang sosial, ekonomi, dan budaya agar terbentuk komunitas yang berkarakter, menyatu dan berkelanjutan. Sebagai third place, tapak yang akan menjadi kasus studi ini berada di antara kawasan perumahan (first place) dan kawasan pertanian, industri, dan perdagangan (second place) dengan aksesibilitas yang mudah dari kedua kawasan tersebut. Metode desain mengacu pada pendekatan Responses to Site, dengan pengolahan desainnya mengutamakan prinsip porositas yang menjadi salah satu aspek dalam open architecture. Studi ini menghasilkan konsep dan perancangan bangunan third place dengan tiga fasilitas utama, yaitu community center yang terdiri dari ruang komunal untuk bersosialisasi dan berinteraksi pengunjung dan dapur food research and development untuk sarana berinovasi dan pengembangan produk makanan dari tempe, ruang terbuka publik yang difungsikan untuk kegiatan bermain, berolahraga dan penyelenggaraan berbagai event, serta food market yang menjual makanan berbasis tempe dan tahu.
FASILITAS KESEHATAN HOLISTIK DI KEBON JERUK, JAKARTA BARAT Klarissa Febriana; Diah Anggraini
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol 1, No 2 (2019): OKTOBER
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v1i2.4515

Abstract

Millennials as a generation entering the productive stage have different perspectives and attitude towards health as health action shifted from illness medication to illness prevention/health maintenance. They also embrace holistic health principle with an accent on balance between the body, mind, and soul. Furthermore, high stress and depression rate among millennials brings out their eagerness to ‘runaway’/relax so holistic health amenities takes it’s role as a vessel to fulfill their needs of holistic health as to attempt a healthier urban life. The project is located at Jalan Panjang, Kebon Jeruk, West Jakarta which is dominated by elite housing area and office complex, high accessibility, and the site located on first layer (edge of primary collector street) which makes it more exposed. The design method used in the design process is pattern language with functional design (depending on building users) and macro, mezzo, and micro environmental analysis. This holistic health amenities combines physical and mental/spiritual programs to reach holistic health and aims to general health and well-being. This project is expected to give positive outcome to its surrounding environment by making healthy lifestyle as a part of the residents’ life, improving productivity and life quality. The project is also expected to be a place where new healthy communities form as to be a retreat place that gives serenity/relaxation with nature elements integrated into the building. AbstrakGenerasi milenial sebagai generasi yang berada dalam usia produktif memiliki cara pandang serta sikap yang berbeda terhadap kesehatan seiring dengan perubahan tindakan kesehatan dari pengobatan penyakit ke pencegahan penyakit/pemeliharaan kesehatan. Mereka juga menganut prinsip kesehatan holistik dengan penekanan pada keseimbangan antara tubuh, jiwa dan pikiran. Selain itu, tingkat stres dan depresi yang tinggi di kalangan milenial menimbulkan keinginan untuk ‘melarikan diri’/relaksasi sehingga fasilitas kesehatan holistik hadir sebagai wadah untuk memenuhi kebutuhan mereka akan kondisi kesehatan holistik serta mengusahakan pola hidup urban yang lebih sehat. Proyek terletak di Jalan Panjang, Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat dengan dominasi kawasan perumahan menengah hingga atas dan perkantoran, aksesibilitas tinggi, serta posisi tapak pada lapisan pertama (sisi jalan kolektor primer) yang membuatnya lebih terekspos. Metode perancangan yang digunakan adalah metode bahasa pola dengan perancangan bangunan secara fungsional (berdasarkan kebutuhan) serta analisis lingkungan proyek secara makro, mezo, dan mikro. Fasilitas kesehatan holistik ini mengombinasikan program yang bersifat fisik serta mental/spiritual dalam rangka pencapaian kesehatan holistik dan mengarah kepada kesehatan general serta kesejahteraan (well-being). Proyek ini diharapkan dapat memberi dampak positif bagi lingkungannya dengan menjadikan gaya hidup sehat sebagai bagian dari kehidupan penduduk sekitar, meningkatkan produktivitas serta kualitas hidup. Selain itu, proyek juga diharapkan menjadi sarana pembentukan komunitas lingkungan yang baru dan sehat serta menjadi tempat pelarian yang memberi ketenangan/relaksasi dengan integrasi unsur alam dalam bangunannya.
WADAH INTERAKSI SOSIAL DAN SARANA KREATIF DI KEMAYORAN, JAKARTA PUSAT Steffi Gisela; Diah Anggraini
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol 2, No 1 (2020): APRIL
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v2i1.6782

Abstract

Human needs as social beings are interacting. Especially with the high activity and high work demands, especially in the Kemayoran area. In this area, public space is needed as a place for them to support their social needs. Third place as the third space is needed for everyone because it is a place where people can release the fatigue that occurs in their daily activities. The lack of a third place causes various problems such as traffic that is hampered by children playing soccer in the middle of the road, many residents who relax on the side of the main road or roundabouts, to the emergence of illegal parking which causes traffic jams. Therefore, this project aims to resolve social problems in Kemayoran which simultaneously improve the quality of Kemayoran residents through creative means. In building programs in buildings, it is chosen to use the transprogramming method which is done by combining two programs whose properties and spatial configurations are different regardless of their suitability. For example the library is combined with a racecourse. With this, it is hoped that Kemayoran residents can further develop intimacy and build harmony and develop their potential so that they will improve their social quality. AbstrakKebutuhan manusia sebagai makhluk sosial adalah saling berinteraksi. Apalagi dengan padatnya aktivitas dan tuntutan pekerjaan yang tinggi khususnya pada daerah Kemayoran. Pada kawasan tersebut sangat dibutuhkan ruang publik sebagai wadah bagi mereka untuk menunjang kebutuhan sosial mereka. Third place sebagai ruang ketiga diperlukan bagi semua orang karena merupakan tempat dimana orang dapat melepaskan kepenatan yang terjadi pada aktivitas keseharian mereka. Kurangnya third place mengakibatkan berbagai masalah misalnya lalu lintas yang terhambat karena anak-anak bermain bola di tengah jalan, banyaknya warga yang bersantai di pinggir jalan utama ataupun di bunderan, sampai timbulnya parkir liar yang mengakibatkan kemacetan. Oleh karena itu, proyek ini bertujuan untuk menyelesaikan masalah sosial di Kemayoran yang sekaligus meningkatkan kualitas warga Kemayoran melalui sarana kreatif. Dalam membangun program dalam bangunan, dipilih menggunakan metode transprogramming yang dilakukan dengan mengkombinasikan dua program yang sifat dan konfigurasi spasialnya berbeda tanpa melihat kecocokannya. Misalnya perpustakaan dikombinasikan dengan arena balap. Dengan ini diharapkan warga Kemayoran dapat lebih menjalin keakraban dan membangun keharmonisan serta mengembangkan potensinya sehingga akan menaikkan kualitas sosial mereka.
PERANCANGAN RUSUNAWA SEBAGAI HUNIAN SEHAT DAN BERKELANJUTAN BAGI MBR DI KAPUK, JAKARTA BARAT Robby Indrajaya; Diah Anggraini
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol 3, No 2 (2021): OKTOBER
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v3i2.12385

Abstract

The human population in the world continues to grow rapidly. In Indonesia, especially DKI Jakarta is the most densely populated province in Indonesia with a total population of more than 10 million people. This causes residents in DKI Jakarta to be vulnerable to forming slums in various corners of the city because many residents cannot buy decent houses so that the presence of slums will affect the health of residents and the city itself. Therefore, this project aims to design an alternative healthy and decent housing in the middle of the city as a form of resilience for the City of Jakarta against its growing population, and efforts to implement environmentally friendly building systems such as the use of solar energy as an alternative to needs. electricity, reuse of rainwater for the clean water needs of its residents, as well as increasing the green area of the city both in the design site and from the land of former slums. The target of this project is Low-Income Communities (MBR) in DKI Jakarta, especially in the Kapuk area which is the most populous urban village in DKI Jakarta. This flat is designed by prioritizing health, the efficiency of space requirements, adaptation to population density, and environmental friendliness. The method used is descriptive-qualitative with a typology study approach, both from the basic form of the dwelling, the floor composition, as well as case studies from various dwellings in Jakarta. Thus, this project can provide comfort and decent housing for Low-Income People. Key words: Healthy Housing; Low Income People (MBR); Rusunawa; Sustainable Housing  AbstrakPopulasi manusia di dunia terus bertambah dengan pesat. Di Indonesia, khususnya DKI Jakarta, merupakan provinsi paling padat di Indonesia dengan total populasi mencapai 10 juta lebih penduduk. Hal ini menyebabkan penduduk di DKI Jakarta rentan membentuk permukiman kumuh di berbagai sudut kota karena banyak warga yang tidak memiliki kemampuan untuk membeli rumah yang layak sehingga dengan hadirnya permukiman kumuh tersebut akan mempengaruhi kesehatan penghuni dan wilayah kota itu sendiri.   Oleh karena itu, proyek ini bertujuan untuk merancang sebuah alternatif hunian sehat dan layak di tengah kota sebagai suatu bentuk ketahanan (resilience) Kota Jakarta terhadap populasi penduduknya yang terus bertambah banyak, dan upaya untuk menerapkan sistem bangunan ramah lingkungan seperti penggunaan energi surya sebagai alternatif kebutuhan listrik, penggunaan kembali air hujan  untuk kebutuhan air bersih penghuninya, serta memperbanyak lahan hijau kota baik di dalam tapak perancangan maupun dari lahan eks permukiman kumuh. Target dari proyek ini adalah Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) di DKI Jakarta, terutama di wilayah Kapuk yang merupakan kelurahan penduduk terbanyak di DKI Jakarta. Rumah susun ini dirancang dengan mengedepankan kesehatan, efisiensi kebutuhan ruang, adaptasi dengan kepadatan penduduk, dan ramah lingkungan. Metode yang digunakan yaitu deskriptif-kualitatif dengan pendekatan studi tipologi, baik dari bentuk dasar hunian, penyusun lantainya, serta studi kasus dari berbagai hunian yang ada di Jakarta. Dengan demikian, proyek ini dapat memberikan kenyamanan dan hunian yang layak bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).           
KAJIAN PERANCANGAN HUNIAN SEHAT DAN TERJANGKAU BAGI PEKERJA MIGRAN DI TANAH ABANG Vinny Santoso; Diah Anggraini
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol 3, No 1 (2021): APRIL
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v3i1.10732

Abstract

Urbanization is a phenomenon that cannot be avoided. Bappenas (2020) states that the population growth of DKI Jakarta has increased by 0.7%, which is an increase of 72 thousand people from the previous year, to become 10.57 million people. However, the lack of education and skills they have is one factor in the increasing number of migrant workers in the informal sector. Meanwhile, the opportunities for informal workers, especially migrants in DKI Jakarta, are not supported by the availability of adequate and affordable housing around the area, so that it becomes a problem for the growth of slum / illegal settlements that do not support a healthy life around the area. This study aims to provide an alternative place of residence for migrants who work in the informal sector in the trade and services sector in the Tanah Abang area. The final result expected is to produce a design concept and its application to shelter designs that meet the criteria of being healthy and affordable for migrants, especially those working in the Tanah Abang area. Migrants in this area find it difficult to find a place to live in a location close to the workplace, in order to save time and transportation costs. The system of sharing space in rooms and residential facilities is a residential concept used so that housing costs can be affordable. This study uses a behavioral world method with a daily architectural approach, mapping the activities of the target occupants, in order to determine the space requirements and the appropriate occupancy programs. The concept of designing this building, a healthy residence with good air circulation, has safety, comfort and beauty values even though it still applies the principle of affordability so that migrants who work in cities can live properly.Keyword : Urbanization; Migrant; Health; Affordable ABSTRAKUrbanisasi merupakan fenomena yang tidak dapat dihindarkan. Bappenas (2020) menyebutkan pertambahan penduduk DKI Jakarta naik 0,7% yaitu bertambah 72 ribu jiwa dari tahun sebelumnya, sehingga menjadi 10,57 juta jiwa. Namun rendahnya bekal pendidikan dan ketrampilan yang mereka miliki, menjadi salah satu faktor meningkatnya jumlah pekerja migran pada sektor informal. Sementara adanya peluang bagi para pekerja informal khususnya para migran di DKI Jakarta tidak didukung dengan ketersediaan tempat tinggal disekitar kawasan yang layak dan terjangkau, sehingga menjadi masalah tumbuhnya permukiman kumuh/ liar yang tidak mendukung kehidupan yang sehat di sekitar kawasan tersebut. Studi ini bertujuan memberikan alternatif tempat berhuni bagi para migran yang bekerja pada sektor informal di bidang perdagangan dan jasa pada Kawasan Tanah Abang. Hasil akhir yang diharapkan adalah menghasilkan suatu konsep perancangan dan penerapannya pada desain hunian yang memenuhi kriteria sehat dan terjangkau bagi para migran khususnya yang bekerja di Kawasan Tanah Abang.  Para migran di Kawasan ini sulit mendapatkan tempat tinggal di lokasi yang dekat dengan tempat kerja, agar dapat menghemat waktu dan biaya transportasi. Sistem sharing ruang pada kamar maupun fasilitas hunian, merupakan konsep hunian yang digunakan agar biaya tempat tinggal dapat terjangkau. Studi ini menggunakan metode dunia perilaku dengan pendekatan arsitektur keseharian, dilakukan pemetaan aktivitas dari para target penghuni, agar dapat menentukan kebutuhan ruang dan program dalam hunian yang sesuai. Konsep perancangan bangunan ini, hunian yang sehat dengan sirkulasi udara yang baik, mempunyai nilai keamanan, kenyamanan, dan keindahan meskipun tetap menerapkan prinsip keterjangkauan sehingga para migran yang bekerja di kota dapat hidup dengan layak.
ARSITEKTUR BIOFILIK DALAM DESAIN KANTOR INDUSTRI KREATIF DI JAKARTA SELATAN Muhammad Daffa Ramada Yunasz; Diah Anggraini
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol 4, No 1 (2022): APRIL 2022
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v4i1.16916

Abstract

In the era of the pandemic, the office system underwent a change to become a more flexible office. Working virtually has made humans and of course office workers adapt and provide a lot of benefits, but there is a negative side that is quite influential, one of which is because of social inequality, not everyone has a comfortable and healthy workspace, all activities are carried out in the workspace, during long working days. Not everyone has access to easy outdoor spaces, such as balconies, or in the form of greenscape, these spaces are areas that are rarely stepped on. One of those who are directly affected by this phenomenon is related to the creative industry in Indonesia, an industry that utilizes creativity and skills. Most of the office workers are Generation Y or the “Millennial” generation. If neglected, it will not be good for the welfare of office workers in the long term. Therefore, the design for this project is expected to connect the workspace and outdoor space, and achieve a better aspect of the office work system. Synthesizing architectural typology methods with biophilic designs namely the approach of human needs to connect with nature, resulting in new typologies. In addition to office space as the main function, variations of other activities and programs are also formed, as well as strong interactions with relationships with outside spaces, so that the desired goals can be achieved on a micro scale (indoor space). macro (outdoor space), and form an appropriate typology for the future office context (post-pandemic) which can achieve good goals for the welfare of office workers in the long term. Keywords:  Biophilic ; Creative Industry; Social Inequality; WFHABSTRAKPada era pandemi sistem kantor mengalami perubahan menjadi kantor yang lebih fleksibel. Bekerja secara virtual sudah membuat manusia dan tentunya pekerja kantoran beradaptasi dan memberikan banyak sekali manfaat, tetapi ada sisi negatifnya yang cukup berpengaruh, yaitu salah satunya karena kesenjangan sosial, tidak semua orang memiliki ruang kerja yang nyaman dan sehat, segala aktivitas dilakukan di ruang kerja, selama hari kerja yang panjang. Tidak semua orang memiliki akses ke ruang luar yang mudah, seperti balkon, atau berupa greenscape, ruang tersebut menjadi area yang jarang di pijak. Salah satu yang terdampak langsung dengan fenomena ini terkait bidang industri kreatif di Indonesia, yaitu industri yang memanfaatkan kreativitas dan keterampilan. Para pekerja kantorannya rata-rata merupakan generasi Y atau generasi “Milenial”. Bila diabaikan, akan tidak baik bagi  kesejahteraan pekerja kantor dalam jangka panjang. Oleh karena itu, desain untuk proyek ini diharapkan dapat menghubungkan ruang kerja dan ruang luar, serta mencapai aspek dari sistem kerja kantor yang lebih baik. Mensintesiskan metode tipologi arsitektur dengan desain biofilik yaitu pendekatan kebutuhan manusia untuk terhubung dengan alam, menghasilkan tipologi baru. Selain ruang kantor sebagai fungsi utama, dibentuk juga variasi dari aktivitas dan program lainnya, serta interaksi yang kuat terhadap hubungan dengan ruang luar, sehingga tujuan yang diinginkan bisa tercapai untuk skala mikro (ruang dalam), makro (ruang luar), dan membentuk tipologi yang sesuai untuk konteks kantor kedepannya (post-pandemic) yang dapat memperoleh tujuan baik bagi kesejahteraan pekerja kantor dalam jangka panjang.
PUSAT KULINER BERKELANJUTAN DI PANTAI INDAH KAPUK Giacinta Fabiola; Diah Anggraini
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol 1, No 2 (2019): OKTOBER
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v1i2.4455

Abstract

The most fundamental changes in human behavioral pattern is caused by food. These changes happened since Hunter Gatherer period and evolve through Agricultural Revolution period, Industrial Revolution period, and it is still happening now. The main subject of this research is Millennials and it focuses on “How do Millenials Treat Their Food?” issue. This project is located at Pantai Indah Kapuk (PIK) Boulevard, North Jakarta which is an iconic place that serves as a culinary center for all generations. Project site is located between office complex, housing, and commercial area that has high mobility of pedestrians. The purpose of this project is to participate in giving the town the facility that it needs especially the area surrounding project site as linkage between other buildings functions and encouraging a change in Millennials’ eating habits that supports Sustainable Development Goals regarding Zero Hunger, also to preserve local ecological quality through food and plastic waste reduction. This research use Tipology, Pattern Language, Phenomenology and Field Survey research methodologies. The result of this research is designing a building as “Sustainable Food Hub at Pantai Indah Kapuk”. This project consists of 4 main programs which is Restaurant & Café, Growing Field Area, Education Platform, and Sustainable Food Utensils Shop that has a purpose of improving Millennials’ Eating Habits. It also serves as a linkage around project site as a form of project’s contribution and response to the town need for pedestrian lane. AbstrakPerubahan pola perilaku manusia yang paling fundamental disebabkan oleh makanan. Hal tersebut sudah terjadi semenjak masa Hunter Gatherer, Agricultural Revolution, Industrial Revolution dan masa kini. Millennial menjadi subyek utama bahasan dari penelitian ini. Maka fokus isu yang diangkat adalah “Bagaimana Millennial Memperlakukan Makanan?”. Lokasi proyek berada di Jl. Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara yang sudah menjadi ikon sebagai daerah pusat kuliner dari segala kalangan generasi. Lokasi tapak berada di antara perkantoran, perumahan dan komersil yang memiliki pergerakan mobilitas pedestrian yang tinggi setiap harinya. Tujuan dari proyek ini adalah ingin ikut serta dalam memberikan fasilitas yang dibutuhkan oleh kota terutama sekitar tapak proyek sebagai linkage di antara fungsi bangunan lainnya dan mencoba mengubah eating habits generasi Millennial yang lebih mendukung gerakan Sustainable Development Goals perihal Zero Hunger serta dapat menjaga kualitas ekologi setempat dengan cara mengurangi sampah makanan dan plastik. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah Tipology, Pattern Language, Phenomenology dan Survey Lapangan. Hasil penelitian yang didapatkan adalah mendesain bangunan sebagai “Pusat Kuliner Berkelanjutan di Pantai Indah Kapuk/ Sustainable Food Hub at Pantai Indah Kapuk”. Proyek ini memiliki 4 program utama yaitu Restaurant & Café, Growing Field Area, Education Platform, & Sustainable Food Utensils Shop yang bertujuan memperbaiki Millennial’s eating habits serta Linkage sebagai bentuk tanggapan proyek terhadap kebutuhan akan jalur pedestrian di sekitar tapak sehingga proyek bisa memberikan kontribusi bagi kota.
SARANA KREATIFITAS, REKREASI, DAN KOMUNITAS DI KAWASAN RS FATMAWATI, JAKARTA SELATAN Ivana Widjaja; Diah Anggraini
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol 2, No 1 (2020): APRIL
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v2i1.6867

Abstract

Very tight working hours and a lot of work assignments can cause high level of stress. Therefore, every individual need a place that can help them escape from stress and fatigue. In order to meet these needs, an entertaining public space is very much needed in order to meet human needs. This study aims to produce a 3rd place design concept that can overshadow a variety of activities as mentioned above. In compiling this design concept, it will refer to the method of observation, while understanding the location of both the physical and socio-cultural conditions of the community, descriptive qualitative research will be used. This study resulted in the design concept and design of a 3rd place in the Fatmawati area of South Jakarta. AbstrakJam kerja yang sangat padat dan tugas-tugas pekerjaan yang banyak dapat menyebabkan adanya beban pikiran dan stress. Oleh karena itu, setiap individu pasti membutuhkan tempat yang dapat membantunya melepaskan diri dari stres dan lelah. Dalam rangka memenuhi kebutuhan tersebut, maka sebuah ruang publik yang bersifat menghibur sangat dibutuhkan keberadaanya dalam rangka memenuhi kebutuhan manusia. Kajian ini bertujuan menghasilkan konsep perancangan suatu 3rd place yang dapat menaungi berbagai aktifitas sebagaimana tersebut di atas. Dalam menyusun konsep perancangan ini, akan mengaju pada metode observasi, sementara pemahaman terhadap lokasi baik fisik maupun kondisi sosial budaya masyarakat, akan digunakan riset kualitatif deskriptif. Kajian ini menghasilkan konsep perancangan dan perancangan suatu 3rd place di kawasan Fatmawati Jakarta Selatan.
PENDEKATAN TIPOLOGI DALAM PERANCANGAN MUSEUM TRAGEDI PANDEMI DI PADEMANGAN, JAKARTA UTARA Gilbert Alexander Hutagaol; Diah Anggraini
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol 4, No 1 (2022): APRIL 2022
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v4i1.16901

Abstract

Museums are a means of learning and knowledge for the general public, especially knowledge about history and culture. Museums are basically made to commemorate various events in the past with documents to objects left behind. Historical objects stored in the museum are representations of past events that can be remembered and become common. Hopefully, it will be a lesson in the future. Seeing that the current level of visits to museums in Indonesia is still low, so a rethinking of the typology of museums is needed, which can remind the interest of the Indonesian people to make museums a means of knowledge and appreciation of Indonesian history. Meanwhile, the world is experiencing the Covid-19 pandemic. With the presence of the Tragedy museum, it will be a method of public learning to commemorate various tragedies in Indonesia, one of which is the tragedy of the Covid-19 pandemic. The data is also strengthened by WHO, where WHO reports that around 11,84,226 cases were confirmed with 545,481 deaths worldwide caused by the Covid-19 virus. However, the Covid-19 pandemic is not the only pandemic event that first appeared in the world, but the last pandemic event of several pandemics that have ever existed. So it is necessary for us to recall past pandemic events, which had the same impact as the Covid-19 pandemic, such as the Black Death, Spanish Flu, Asian Flu, AIDS/HIV, Cholera and Sars pandemics. Considering several tragedies that have occurred in the world, it is very important if these tragedies are picked up and reordered from one another, so that these tragedies can be interesting and learned for future generations by capturing historical moments about Tragedy in Indonesia. Therefore, by bringing the tragedy into a museum, it is hoped that in the next 10 years, the younger generation will be able to know and understand the conditions experienced by the world at the time of this epidemic, so that it can become reflection and learning for them in their daily lives. One way to make it happen is by designing a museum, namely the Tragedy Museum. It is hoped that this Tragedy Museum can be the best solution in increasing the younger generation visually about history, and can also increase their curiosity about science, so that the museum as a center of knowledge will continue to increase. and also more and more people are visiting the museum. Keywords: Knowledge Center; Museum; Tragedy; TypologyABSTRAKMuseum merupakan sarana pembelajaran serta pengetahuan untuk masyarakat umum, terutama pengetahuan mengenai  sejarah dan budaya. Museum pada dasarnya dibuat untuk mengenang berbagai macam kejadian di masa lalu dengan memperlihatkan dokumen hingga benda-benda yang ditinggalkan. Benda-benda bersejarah yang disimpan di museum merupakan representasi dari peristiwa di masa lalu yang dapat di kenang dan menjadi pengetahuan umum, Harapan  nya akan menjadi pembelajaran di masa depan. Melihat saat ini tingkat kunjungan ke museum di Indonesia masih rendah, Sehingga diperlukan suatu pemikiran ulang terhadap tipologi museum, yang dapat mengingatkan minat masyarakat Indonesia untuk menjadikan museum sebagai sarana pengetahuan dan menghargai sejarah Indonesia. Sementara itu, dunia sedang mengalami peristiwa pandemic Covid-19. Dengan kehadiran museum Tragedi akan menjadi metode pembelajaraan masyarakat untuk mengenang berbagai Tragedi yang ada di Indonesia, Salah satu nya adalah tragedi pandemic Covid-19. Data juga di perkuat oleh WHO, dimana WHO melaporkan bahwa sekitar 11.84.226 kasus konfirmasi dengan 545.481 kematian di seluruh dunia yang diakibatkan oleh Virus Covid-19. Namun Kejadian pandemi Covid-19 bukan satu-satunya kejadian pandemi yang pertama kali muncul didunia, melainkan kejadian pandemi terakhir dari beberapa pandemi yang pernah ada. Sehingga perlu untuk kita mengingat kembali kejadian pandemi dimasa lalu, yang dapaknya sama seperti pandemi Covid-19, seperti pandemi Black Death, Flu Spanyol, Flu Asia, AIDS/HIV, Kolera, dan Sars.Mengingat beberapa kejadian tragedi yang terjadi di dunia, hal ini sangat menarik jika tragedi ini diangkat dan diurutkan kembali satu persatu, sehingga tragedi ini dapat di kenang dan di jadikan pembelajaran bagi generasi di masa depan dengan cara mengabadikan momen bersejarah tentang Tragedi di Indonesia. Oleh karena itu, dengan mengangkat kejadian Tragedi ke dalam museum, diharapkan 10 tahun yang akan datang, generasi muda dapat tahu dan mengerti tentang kondisi yang dialami dunia pada saat terjadinya wabah ini, sehingga dapat menjadi renungan dan pembelajaran bagi mereka di kehidupan mereka sehari-hari. Salah satu cara mewujudkannya yaitu dengan merancang sebuah museum yaitu Museum Tragedi Harapannya Museum Tragedi ini bisa menjadi solusi terbaik dalam meningkatkan pengetahuan generasi muda secara visual mengenai sejarah, dan juga dapat meningkatkan rasa ingin tahu mereka tentang ilmu pengetahuan, sehingga museum sebagai pusat pengetahuan akan terus meningkat, dan juga semakin banyak yang berkunjung ke museum. 
METODE TRANSPROGRAMMING DALAM PERANCANGAN RUANG BERHUNI TERPADU KOMUNITAS UKM ROTAN DI GROGOL Christine Priscilla; Diah Anggraini
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol 3, No 1 (2021): APRIL
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v3i1.10728

Abstract

The Covid-19 pandemic has impacted on any sectors, economic is one of the worst affected sector. In 2020, Indonesia’s economic growth in third quarter (Q3/2020), shrink by 3,49%. The economic deterioration is not only impact the big companies but also impacted on small business communities, such as the UKM (Usaha Kecil dan Menengah) that contribute the revenue of local government. One of much UKM that affected by the pandemic is UKM Rotan Semeru community, the central of UKM rattan in Jakarta Barat. The problem is not only the lower-income individuals or their concern about physical interactions but how the communities could survive and evolve in an unexpected situation. The competition between UKM with start-up and e-commerce on the realm of technology, internet, online media is a concern to form the future dwelling space for UKM community, especially UKM Rotan Semeru. The purpose of this study is to produce an integrated dwelling’s concept that could provide a place for live, producing, product’s develop, and marketing. Remember the program complexity integrates dwelling with creative process and technology based economic space, so trans-programming method was used to combining the locality and technology aspect. The result of design not only for commercial or working space but also residence. There are material’s element, manual production room, neighbors, and social activities to maintain the locality aspect. And then the technology on building shows up by the modern commercial spaces, windows shopping, drive-thru, and online shopping. The conclusion is the aspects and programs combination from the integrated dwelling of UKM Rotan’s design formed a future dwelling that bring a prosperity to their community. Keywords:  The Covid-19; locality; dwelling; UKM Rotan AbstrakPandemi Covid-19 berdampak terhadap berbagai sektor, salah satunya sektor ekonomi. Sektor perekonomian di Indonesia mengalami kontraksi pertumbuhan ekonomi kuartal III/2020, sebesar 3,49 persen. Kemerosotan ekonomi tersebut tidak hanya berdampak pada kegiatan perusahaan-perusahaan besar, namun juga sangat berdampak bagi para pelaku usaha kecil, seperti komunitas penggiat Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang turut andil dalam perekonomian daerah. Satu dari sekian banyak komunitas UKM yang terdampak pandemi Covid-19 yaitu komunitas UKM Rotan Semeru-Grogol, yang merupakan sentra UKM pengrajin rotan di Jakarta Barat. Permasalahan yang terjadi bukan hanya penurunan pemasukan maupun kekhawatiran pembeli melakukan transaksi fisik, namun bagaimana agar komunitas tetap dapat bertahan dan berkembang dalam situasi tidak terduga. Persaingan UKM dengan usaha lain seperti startup dan e-commerce di ranah teknologi dan ruang/media non-fisik menjadi perhatian dalam membentuk ruang berhuni bagi komunitas UKM, khususnya UKM Rotan Semeru di masa mendatang. Studi ini bertujuan menghasilkan suatu konsep berhuni terpadu yang dapat mewadahi ruang tinggal sekaligus menjadi tempat produksi, pengembangan produk dan pemasaran hasil kerajinan rotan. Mengingat kompleksitas program memadukan ruang berhuni dengan proses kreatif dan ruang ekonomi berbasis teknologi, maka dalam proses perancangan digunakan metode Trans-programming yang mengkombinasikan aspek lokalitas dan teknologi dalam keseharian berhuni. Sehingga hasil perancangan bukan hanya ruang komersil ataupun ruang kerja, namun juga ruang tinggal para pengrajin. Aspek lokalitas dipertahankan melalui unsur material, adanya ruang produksi manual, kehidupan bertetangga, dan bersosialisasi. Begitu pula dengan aspek teknologi pada bangunan menghasilkan ruang komersil yang moderen, yaitu kios-kios berupa windows shopping, proses jual beli drive-thru dan secara daring. Dapat disimpulkan bahwa kombinasi aspek dan program pada perancangan hunian terpadu UKM rotan membentuk ruang berhuni di masa depan yang mensejahterakan anggota komunitasnya.