I.G. Oka Sindhu Pribadi
Program Studi S1 PWK, Fakultas Teknik, Universitas Tarumanagara

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

STUDI PERKEMBANGAN LAHAN TERBANGUN SERTA KESESUAIAN Ilham Nabawi; Liong Ju Tjung; I.G. Oka Sindhu Pribadi
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol 2, No 2 (2020): OKTOBER
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v2i2.8869

Abstract

Bogor Regency is an urban area located in West Java Province, with a total administrative area of 293,968 Ha. Bogor Regency included in the National Strategic Region (NSR) plan. Based on Presidential Regulation No. 56 of 2008 about JABODETABEKPUNJUR Space Arrangement, it is established that Bogor Regency has the primary function as water and land conservation area. The establishment of Bogor Regency as water and land conservation area was based on a rather high area topography. For example, the Ciawi Sub-district located on the southern part of Bogor Regency has an estimated topography of 1,500 meters above sea level. Hence, Bogor Regency is the upstream part of the below areas (downstream). Following the establishment of Bogor Regency as water and land conservation area and its higher topography, the control and usage of developed land have to be the main focus for associated regional government. This study aimed to look at developed areas development since 1994 until 2019 with the study time range per 10 years and see whether the existing 2019 condition followed the applied Urban Planning policy. This study needed primary data of recorded satellite images from 1994, 2004, 2014, and 2019 using the remote sensing method. Based on the conducted study, the development of developed areas in Bogor Regency is 3% on average per year and tend to follow the infrastructure development, especially in the eastern part of Bogor Regency. As for the suitability, the comparison of the existing condition with the applied Urban Planning shows that the suggested area percentage is under control. Keywords: development land, remote sensing, RTRWAbstrakKabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah perkotaan yang terdapat di Provinsi Jawa Barat, dengan luas total wilayah administrasi 293,968 Ha. Kabupaten Bogor termasuk ke dalam perencanaan Kawasan Strategis Nasional (KSN). Berdasarkan peraturan Presiden (PP) no.56 Tahun 2008 mengenai Penataan Ruang JABODETABEKPUNJUR ditetapkan bahwa Kabupaten Bogor mempunyai fungsi utama sebagai daerah konservasi bagi air dan tanah. Penetapan Kabupaten Bogor sebagai daerah konservasi air dan tanah bukan tanpa sebab, secara geografis memiliki topografi cukup tinggi, contohnya Kecamatan Ciawi yang terdapat dibagian selatan Kabupaten Bogor memiliki kisaran topografi yaitu ± 1.500 mdpl sehingga dapat dikatakan Kabupaten Bogor merupakan daerah hulu bagi daerah yang lebih rendah (hilir). Dengan ditetapkannya sebagai daerah konservasi air dan tanah serta juga merupakan wilayah yang memiliki topografi lebih tinggi bagi sekitarnya, pengendalian serta penggunaan lahan terbangun juga harus menjadi fokus utama bagi pemerintah daerah terkait. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perkembangan lahan terbangun sejak tahun 1994 hinggga tahun 2019 dengan rentan waktu peneitian dibagi menjadi setiap 10 tahun, serta melihat apakah kondisi eksisting 2019 sudah seuai dengan kebijakan RTRW yang berlaku atau tidak. Pada penelitain ini akan dibutuhkan data primer berupa citra satelit perekaman tahun 1994,2004,2014, dan 2019 dengan menggunakan metode remote sensing. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, terdapat faktwa bahwa pertumbuhan lahan terbangun yang terjadi diwilayah Kabupaten Bogor rata-rata sebesar 3%/tahun dan cenderung mengkuti perkembangan infrastruktur jalan khususnya wilayah timur dari Kabupaten Bogor, sedangkan untuk kesesuaianya, kondisi eksisting dibandingkan dengan rencana RTRW yang berlaku presentase luas yang dianjurkan masih dalam kondisi cukup terkontrol.
EVALUASI PERENCANAAN TRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT (TOD) STASIUN MRT FATMAWATI KECAMATAN CILANDAK, KOTA JAKARTA SELATAN Timothy Julio; Ju Tjung Liong; I.G. Oka Sindhu Pribadi
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol 2, No 2 (2020): OKTOBER
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v2i2.8850

Abstract

According to the Jakarta BPS (2019), population density in the Jakarta area has reached an average of 15,938 people/km2 in 2019. Such population density creates a population mobility of up to 1.2 million people per day based on the results of the 2019 Jabodetabek Commuter Survey. Therefore, the DKI Jakarta Provincial Government has collaborated with the Jakarta MRT to start making an Urban Design for Mass Rapid Transit (MRT). In the construction of 13 MRT stations, the government needs to think about how the concept of the Integrated Transit Area (TOD) will be formed in the area around the station. The MRT project was completed on March 24, 2019. One of the DKI Jakarta Provincial Government's planning concepts applied is the MRT Fatmawati TOD area with the gateway concept, which is a system of integration of the city transportation mode with a feeder system to the origin's central area that is outside the initial transit point development area. After one year has passed, the Fatmawati MRT area needs to be evaluated based on indicators set by the Government and local NGOs to measure the feasibility of the Fatmawati MRT function as a gateway TOD area and whether the TOD policy itself is appropriate for the integrated Fatmawati MRT area. Keywords:  Transit Oriented Development; Feasibility; MRT FatmawatiAbstrakMenurut BPS Jakarta (2019), kepadatan penduduk di daerah Jakarta sudah sampai dengan rata-rata 15.938 jiwa/km2 pada tahun 2019. Kepadatan penduduk demikian menciptakan mobilitas penduduk sampai dengan 1,2 juta orang per hari berdasarkan hasil Survei Komuter Jabodetabek 2019. Untuk itu. Pemprov DKI Jakarta telah bekerjasama dengan MRT Jakarta untuk mulai membuat Perancangan Kota (Urban Design) untuk sistem angkutan massal yang bernama Mass Rapid Transit (MRT). Dalam pembangunan 13 stasiun MRT, pemerintah perlu memikirkan bagaimana konsep Kawasan Transit Terpadu (TOD) yang akan terbentuk pada kawasan sekitar stasiun. Proyek MRT ini selesai dibangun pada tanggal 24 Maret 2019 dan menjadi jawaban untuk mewadahi mobilitas penduduk yang tinggi. Salah satu konsep perencanaan Pemprov DKI Jakara yang diterapkan yaitu pada kawasan TOD MRT Fatmawati dengan konsep gateway, yaitu sistem integrasi jaringan moda transportasi kota dengan sistem feeder ke area pusat origin yang berada di luar area pengembangan titik transit awal, mengembangkan fungsi yang dapat mengakomodasikan aktivitas live-play-work, yang berfungsi sebagai daerah ‘origin’, dan mengembangkan sarana parkir komunal untuk fasilitas park and ride. Setelah satu tahun berlalu, kawasan MRT Fatmawati perlu dievaluasi berdasarkan indikator yang sudah ditetapkan oleh Pemerintah dan LSM setempat untuk mengukur kelayakan fungsi MRT Fatmawati sebagai kawasan TOD gateway dan apakah kebijakan TOD itu sendiri sudah sesuai terhadap kawasan terpadu MRT Fatmawati. 
PERENCANAAN KAWASAN EKO-WISATA TAMAN ASTOR, KABUPATEN BOGOR Steven Joe; Suryono Herlambang; I.G. Oka Sindhu Pribadi
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol 2, No 2 (2020): OKTOBER
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v2i2.8883

Abstract

AbstrackPerum Perhutani, is a State-Owned Enterprise in charge of managing forest areas for the benefit of preservation and public benefit. Within the Perhutani management area, many areas also function as tourist areas. One of them is the Taman Astor tourist area in Tenjo District, Bogor Regency, which is currently under the management of Perum Perhutani KPH Bogor. Even though it has high tourism potential, Taman Astor still has few visitors. This is due to the concept of a tourist park that is less focused and the supporting facilities provided in the  area are limited. To improve the quality of the area and the quantity of visitors, this study is carried out in various stages of the planning process: starting with a comparative study and SWOT analysis, followed by a series of technical analyzes, such as: site and place analysis, analysis of tourist attractions, analysis of best practice (case study) , space requirements analysis, to produce the Taman Astor Tourism Development Concept with the Ecotourism concept. This concept emphasizes, in addition to adding natural and recreational tourism attractions, it also pays attention to the principles of forest conservation and the involvement of the surrounding community in the use and management of the area. Keywords: land use of Perum Perhutani, the concept of eco-tourism, nature recreation, forest preservation atau conservation, involvement of the surrounding communityAbstrakPerum Perhutani, adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bertugas mengelola area hutan untuk kepentingan pelestarian dan kemanfaatan umum. Dalam wilayah pengelolaan Perhutani, banyak area yang juga berfungsi sebagai kawasan wisata. Salah satu adalah kawasan wisata Taman Astor yang berada di Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor, yang saat ini di bawah pengelolaan Perum Perhutani KPH Bogor. Meskipun memiliki potensi wisata yang tinggi, Taman Astor masih sedikit pengunjungnya. Hal ini disebabkan konsep taman wisata yang kurang terarah dan terbatasnya fasilitas penunjang yang disediakan di area tersebut. Untuk meningkatkan kualitas kawasan dan kuantitas pengunjung, studi ini dilakukan dengan berbagai tahapan proses perencanaan: diawali dengan studi komparasi dan analisis SWOT, dilanjutkan dengan rangkaian analisis teknis, seperti: analisis lokasi dan tapak, analisis daya tarik wisata, analisis best practice (studi kasus), analisis kebutuhan ruang, untuk menghasilkan Konsep Pengembangan Wisata Taman Astor dengan konsep Ekowisata. Konsep ini menekankan, selain penambahan atraksi wisata alam dan rekreasi juga memperhatikan prinsip-prinsip konservasi hutan dan pelibatan masyarakat sekitar dalam pemanfaatan dan pengelolaan kawasan. 
HUBUNGAN RESILIENSI DENGAN ADAPTASI MASYARAKAT TERHADAP BENCANA BANJIR DI TELUK GONG KECAMATAN PENJARINGAN JAKARTA UTARA Steven Steven; Priyendiswara Agustina Bella; I.G. Oka Sindhu Pribadi; Liong Ju Tjung
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol. 5 No. 2 (2023): OKTOBER
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v5i2.24339

Abstract

Teluk Gong has become an area that is often flooded every year, especially during the rainy season. The intensity of rain is high and accompanied by the inability of drainage channels and reservoirs that should be able to collect rainwater. Floods in Teluk Gong have occurred since 2007 and floods continue every year. Therefore, the author wants to do research on Teluk Gong. The author uses 2 methods, namely the analysis of the characteristics and impacts of flooding and the relationship between resilience and adaptation forms. The research approach that the author uses is a quantitative method and the nature of this research is scientific research which is research conducted based on facts that actually occur in the field and is supported by theoretical studies related to disaster resilience and adaptation theory as a basis for identifying the relationship between resilience and form of adaptation of the Teluk Gong community house, Penjaringan District. The results of the analysis show that the majority of the people of Teluk Gong have a high level of resilience, with a percentage of 53% and as much as 69% of the people of Teluk Gong have adapted by increasing the floors of their houses, emptying part of the first floor of the building, using flood water barriers, and making parks as a water absorbent. Keywords: resilience; adaptation; floods disaster Abstrak Teluk Gong telah menjadi Kawasan yang sering terendam banjir setiap tahunnya, khususnya pada musim hujan. Intensitas hujan yang tinggi dan disertai ketidakmampuan saluran drainase dan waduk yang seharusnya bisa menampung air hujan. Banjir di Teluk Gong sudah terjadi dari tahun 2007 dan setiap tahunnya terus terjadi banjir. Maka dari itu, penulis ingin melakukan penelitian pada Teluk Gong. Penulis menggunakan 2 metode yaitu analisis karakteristik dan dampak banjir dan hubungan resiliensi terhadap bentuk adaptasi. Pendekatan penelitian yang penulis gunakan adalah metode kuantitatif dan sifat penelitian ini adalah penelitian ilmiah yang merupakan penelitian yang dilakukan berdasarkan fakta yang benar-benar terjadi di lapangan dan didukung dengan kajian teori yang bersangkutan dengan resiliensi bencana dan teori adaptasi sebagai bahan landasan untuk menidentifikasi hubungan resiliensi dengan bentuk adaptasi rumah masyarakat Teluk Gong Kecamatan Penjaringan. Hasil analisis menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat Teluk Gong memiliki tingkatan resiliensi yang tinggi yaitu dengan persentase sebesar 53% dan sebanyak 69% masyarakat Teluk Gong telah beradaptasi dengan cara meningkatkan lantai rumah, mengosongkan bagian lantai satu bangunan, menggunakan barier penahan air banjir, dan membuat taman sebagai penyerap air.
PERHITUNGAN TINGKAT WALKABILITY DI KAWASAN TERPADU SUDIRMAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERHITUNGAN MATEMATIS IPEN PROJECT Hanna Zulfiah; Priyendiswara Agustina Bella; I.G. Oka Sindhu Pribadi; Liong Ju Tjung
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol. 5 No. 2 (2023): OKTOBER
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v5i2.24345

Abstract

Compared to the development of facilities for other modes of transportation, the Indonesian government has not placed much emphasis on the development of pedestrian facilities. There are many reasons for this, one of which is the inadequate provision of pedestrian facilities as a result of the shift in function from public space to parking lots or commercial space. It is this lack of an approach to facility provision that considers environmental factors as well as pedestrian behavior and preferences that leads to non-conformity. Planning for urban development often emphasizes transportation routes over pedestrian routes, giving vehicular routes greater priority. In addition, cities today are required to have a good level of walkability. The current definition of walkability is still qualitative with subjective assessments.  Therefore, it is necessary to re-understand walkability that can be assessed quantitatively and more objectively. The purpose of this research is to determine the level of walkability objectively using the IPEN Project mathematical methodology, which is based on the Connectivity index, Entropy index, FAR index and Household index. The Sudirman Central Business District (SCBD) area will be the study object of this research. In this research, the object of study will be divided into several area units, and the walkability value of each unit will be compared to identify places with high or low walkability value. The results show that places with high activity levels are located in areas with commercial zone designations so that the area has a high walkability value compared to other areas.. Keywords:  Sudirman Central Business District (SCBD); Walkability; IPEN Project Abstrak   Dibandingkan dengan pengembangan fasilitas untuk moda transportasi lain, pemerintah Indonesia belum memberikan penekanan pada pengembangan fasilitas pejalan kaki. Ada banyak alasan untuk hal ini, salah satunya adalah tidak memadainya penyediaan fasilitas bagi pejalan kaki sebagai akibat dari pergeseran fungsi dari ruang publik ke tempat parkir atau menjadi lahan komersial. Kurangnya pendekatan terhadap penyediaan fasilitas yang mempertimbangkan faktor lingkungan serta perilaku dan preferensi pejalan kaki inilah yang menyebabkan ketidaksesuaian ketentuan. Perencanaan untuk pembangunan perkotaan sering menekankan jalur transportasi di atas jalur pejalan kaki, memberikan jalur kendaraan prioritas yang lebih besar. Selain itu, kota saat ini di tuntut harus memiliki tingkat walkability yang baik. Definisi walkability yang di pahami saat ini masih bersifat kualitatif dengan penilaian yang subjektif.  Oleh karena itu, diperlukannya pemahaman ulang mengenai walkability yang dapat dinilai secara kuantitatif dan lebih obyektif. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan tingkat walkability secara objektif menggunakan metodologi matematika IPEN Project, yang didasarkan pada Connectivity index, Entropy index, FAR index dan Household index. Kawasan Sudirman Central Business District (SCBD) akan menjadi objek studi dari penelitian ini. Dalam penelitian ini, objek penelitian akan dibagi menjadi beberapa unit area, dan nilai walkability masing-masing unit akan dibandingkan untuk mengidentifikasi tempat-tempat dengan nilai walkability tinggi maupun rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tempat-tempat dengan tingkat aktivitas yang tinggi berada di kawasan dengan peruntukan zona komersial sehingga kawasan tersebut memiliki nilai walkability yang tinggi dibandingkan dengan daerah lain.  
PENGELOLAAN SARANA DAN PRASARANA KAWASAN WISATA CANDI MUARO JAMBI Ahmad Fauzan Al Fajri; Priyendiswara Agustina Bella; Liong Ju Tjung; I.G. Oka Sindhu Pribadi
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol. 5 No. 2 (2023): OKTOBER
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v5i2.24346

Abstract

Muaro Jambi Temple is the largest Hindu-Buddhist temple complex in Southeast Asia which is possibly a historical heritage from the Sriwijaya kingdom and the Malay kingdom located in Muaro Jambi Regency. Because it is a relic of an ancient site that is hundreds of years old, Muaro Jambi Temple is vulnerable to transitional climates due to layers of rock that have begun to collapse. This paper aims to find out how the Muaro Jambi Temple is managed in order to increase the potential in the Muaro Jambi Temple History area. According to the results of research conducted by the author, Muaro Jambi Temple has added value to become a cultural tourism spot because of its many historical values ​​which can also add to the knowledge of visiting tourists. Muaro Jambi Temple has been designated as a world heritage by UNESCO. To go to the location of the Muaro Jambi Temple is not too far from the city center, it only takes 30 minutes with a distance of 25 km from the center of Jambi. Keywords:  management; national strategic are; temple Abstrak Candi Muaro Jambi adalah sebuah kompleks percandian agama Hindu-Buddha terluas di Asia Tenggara yang kemungkinan merupakan peninggalan sejarah dari kerajaan Sriwijaya dan kerajaan Melayu yang terletak di Kabupaten Muaro Jambi. Karena merupakan peninggalan situs purbakala yang telah berumur ratusan tahun, Candi Muaro Jambi rentan terhadap iklim pancaroba karena lapisan batu yang mulai runtuh. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengelolaan Candi Muaro Jambi agar dapat meningkatkan potensi pada kawasan Sejarah Candi Muaro Jambi. Menurut hasil penelitian yang penulis lakukan, Candi Muaro Jambi memiliki nilai tambah untuk menjadi tempat wisata budaya dikarenakan nilai sejarahnya yang banyak juga bisa menambah pengetahuan bagi wisatawan yang datang. Candi Muaro Jambi sudah di tetapkan sebagai warisan duania oleh UNESCO. Untuk menuju ke lokasi Candi Muaro Jambi tidak terlalu jauh dari pusat kota, hanya memerlukan waktu 30 menit saja dengan jarak tempuh 25 km dari pusat kota Jambi.