I Ketut Wiargitha
Department Of Surgery, Medical Faculty Udayana University – Sanglah General Hospital

Published : 18 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search
Journal : JBN (Jurnal Bedah Nasional)

Validitas Rasio Neutrofil Limfosit pada Apendisitis Komplikata di RSUP Sanglah Denpasar Dewi Prima Christian; I Gede Suwedagatha; Nyoman Golden; I Ketut Wiargitha
JBN (Jurnal Bedah Nasional) Vol 1 No 1 (2017): JBN (Jurnal Bedah Nasional)
Publisher : Program Studi Ilmu Bedah, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (630.778 KB) | DOI: 10.24843/JBN.2017.v01.i01.p01

Abstract

Tujuan: untuk mengetahui validitas rasio neutrofil limfosit (RNL) pada apendisitis komplikata. Metode: penelitian dilakukan secara observasional analitik dengan menggunakan desain studi kohort dengan mengambil sampel penderita apendisitis akut yang menjalani apendisektomi di RSUP Sanglah Denpasar, periode Oktober-Desember 2015. Data dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu RNL dengan cut of point >5 dan RNL dengan cut of point ?5 dan kemudian disesuaikan dengan temuan pemeriksaan histopatologi anatomi sebagai standar baku emas, komplikata dan non-komplikata. Data tersebut kemudian dianalisis dengan analisis statistik deskriptif, analisis kurva ROC, dan uji diagnostik. Hasil: pada penelitian ini diperoleh 62 sampel, dengan median umur 23 tahun, 32 orang penderita laki-laki, 30 orang penderita perempuan, 28 apendisitis non-komplikata, dan 34 apendisitis komplikata. Dari area under curve ROC 0,6229 dengan 95% CI didapatkan cut of point RNL >5 pada apendisitis komplikata, RNL ?5 pada apendisitis non-komplikata. Uji diagnostik didapatkan nilai sensitivitas 85,3%, spesifisitas 39,3%, dan tingkat akurasi 64,5%. Simpulan: RNL merupakan tolak ukur sederhana yang lebih baik untuk meramalkan apendisitis akut dibandingkan dengan penilaian Alvarado Score dan USG abdomen serta valid untuk membedakan apendisitis komplikata dan non-komplikata melalui cut of point RNL.
Perbandingan Pemakaian Satu Drain dengan Dua Drain Aktif Terhadap Volume Seroma dan Lama Pemakaian Drain Paska Modified Radical Mastectomy di RSUP Sanglah Denpasar Jasmine Stephanie Christian; Putu Anda Tusta Adiputra; I Ketut Wiargitha
JBN (Jurnal Bedah Nasional) Vol 5 No 2 (2021): JBN (Jurnal Bedah Nasional)
Publisher : Program Studi Ilmu Bedah, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/JBN.2021.v05.i02.p03

Abstract

Latar Belakang: Modified Radical Mastectomy (MRM) adalah salah satu pilihan terapi untuk kanker payudara. Komplikasi paska operasi meliputi hematoma, seroma, infeksi luka operasi, dan lainnya. Tujuan pemasangan drain segera setelah MRM adalah untuk mengalirkan seroma itu sendiri. Protokol penempatan drain dan lama pemakaian saat ini masih kontroversial. Hal ini menjadi dasar penelitian ini untuk melakukan perbandingan pemakaian 1 drain dan 2 drain aktif terhadap volume seroma dan lamanya pemakaiannya, dengan harapan 1 dan 2 drain memiliki fungsi yang sama paska MRM. Metode: Jumlah sampel penelitian 50 eligible subjek dibagi menjadi 2 kelompok (25:25) yaitu kelompok 1 drain dan kelompok 2 drain, dimana subjek merupakan penderita kanker payudara stadium III yang mendapatkan modalitas terapi MRM. Penelitian ini menggunakan rancangan prospective comparative study, yaitu berawal dari 2 kelompok yang diikuti dari awal tindakan sampai drain dilepas atau total volume seroma kurang atau sama dengan 50 cc / 24 jam pada masing masing kelompok. Hasil: Dari 50 responden pada kedua kelompok didapatkan hasil perbedaan rerata volume seroma antara kedua kelompok 88,34 ml dengan nilai P 0,261 (p>0,05). Hasil ini menandakan tidak terdapat perbedaan secara statistik pada kedua kelompok. Begitu juga halnya dengan rerata lama pemakaian dengan 0,48 hari dengan nilai p = 0,404 yang menandakan tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada lama pemakaian dengan 1 dan 2 drain. Kesimpulan: Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa pemakaian 1 atau 2 drain sama-sama berfungsi efektif sebagai drainase. Sehingga saran dari peneliti pemakaian 1 drain sebenarnya cukup untuk digunakan sebagai drainase paska MRM.
Modifikasi Pembelajaran PPDS-1 Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Udayana dalam Masa Pandemi COVID-19 I Ketut Wiargitha
JBN (Jurnal Bedah Nasional) Vol 4 No 1 (2020): Special Issue COVID-19 - JBN (Jurnal Bedah Nasional)
Publisher : Program Studi Ilmu Bedah, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (177.682 KB) | DOI: 10.24843/JBN.2020.v04.is01.p02

Abstract

Berdasarkan beberapa instruksi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa seluruh peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) terutama bagian Ilmu Bedah dapat menyesuaikan dan mengikuti seluruh aturan yang berlaku, yaitu menjalankan pola hidup sehat dan mengutamakan kebersihan diri sendiri, menggunakan APD lengkap dalam memberikan pelayanan kesehatan, mengubah pembelajaran melalui tatap muka menjadi pembelajaran dari rumah (online), menjalankan pola hidup sehat dan mengutamakan kebersihan, serta mengurangi penugasan residen untuk stase luar hingga kondisi dan situasi dinyatakan aman untuk dilakukan kegiatan pembelajaran seperti semula.
Validitas New Injury Severity Score (NISS) dalam Mendeteksi Terjadinya Koagulopati pada Pasien Multiple Trauma I Komang Yose Antara; I Ketut Wiargitha; Tjokorda G. B. Mahadewa
JBN (Jurnal Bedah Nasional) Vol 1 No 1 (2017): JBN (Jurnal Bedah Nasional)
Publisher : Program Studi Ilmu Bedah, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (309.75 KB) | DOI: 10.24843/JBN.2017.v01.i01.p03

Abstract

Tujuan: untuk mencari validitas new injury severity score (NISS) dalam mendeteksi koagulopati akut pada pasien multiple trauma. Metode: penelitian ini adalah uji diagnostik dengan rancangan cross sectional, dilakukan untuk mencari validitas NISS dalam mendeteksi terjadinya koagulopati akut pada 61 pasien multiple trauma dengan ISS >16. Penelitian dilakukan di RSUP Sanglah Denpasar sejak bulan Januari 2014 hingga November 2015. Data dianalisis dengan menggunakan kurva ROC dan uji diagnostik tabel 2x2 sehingga didapatkan area under curve, cut off point, sensitifitas, spesifisitas, nilai prediksi positif, nilai prediksi negatif, rasio kemungkinan positif, dan rasio kemungkinan negatif. Hasil: didapatkan cut off point NISS 41 dengan AUC 0,8851 (>0,7). Sensitifitas dan spesifisitas NISS cukup baik dalam mendeteksi terjadinya koagulopati akut pada pasien multiple trauma yaitu sebesar 79,2% dan 91,8% (CI 95%: 0,78-0,98). Hasil nilai prediksi positif 86,4%, nilai prediksi negatif 87,2%, rasio kemungkinan positif 9,76 dan rasio kemungkinan negatif 0,227 mendukung bahwa nilai diagnostik NISS cukup baik. Simpulan: validitas NISS cukup baik dalam mendeteksi terjadinya koagulopati akut pada pasien multiple trauma.
Patterns of Fracture Site and Management of Maxillofacial Trauma Cases in The Department of Trauma and Acute Care Surgery in Sanglah General Hospital I Ketut Wiargitha; AAGA Anom Arie Wiradana
JBN (Jurnal Bedah Nasional) Vol 3 No 2 (2019): JBN (Jurnal Bedah Nasional)
Publisher : Program Studi Ilmu Bedah, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (191.628 KB) | DOI: 10.24843/JBN.2019.v03.i02.p05

Abstract

Aim: To know the patterns of fracture site and management of maxillofacial cases in the Department of Trauma and Acute Care Surgery in Sanglah General Hospital Denpasar Bali. Methods: this is a retrospective study, based on medical record were concluded, samples taken in Sanglah General Hospital from January 2012 to December 2018. All of maxillofacial trauma medical records were taken. The data of age, gender, patterns of fractures site and management were taken and described. Results: There were total of 257 cases of maxillofacial trauma managed in the Department of Trauma and Acute Care Surgery in Sanglah General Hospital. Two-hundred and forty-one medical records of maxillofacial trauma were included in this study. About 16 medical records were excluded due to incomplete medical records and could not be contacted. Mostly cases found in male, aged 18-40 years old. The site of fractures majorly located in the mandible (60.12%). About 48% fractures were identified at symphysis or parasymphysis of mandible, followed by the body and angular of mandible. Open reduction and internal fixation (ORIF) were the gold standard of the treatment (83,73%) followed by Archbarr (16,27%). Conclusion: The most common site of maxillofacial fracture was mandible, specifically at symphysis or parasymphysis part. ORIF miniplate, together with Archbarr and interdental wiring fixation were the most common modality of management.
Kadar Fibrinogen sebagai Faktor Prediktor Apendisitis Komplikasi Pattipeilohy, Allen Anderson; Wiargitha, I Ketut; Sudarsa, I Wayan
JBN (Jurnal Bedah Nasional) Vol 8 No 1 (2024): JBN (Jurnal Bedah Nasional)
Publisher : Program Studi Ilmu Bedah, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/JBN.2024.v08.i01.p04

Abstract

Tujuan: Untuk mengetahui apakah kadar fibrinogen tinggi merupakan faktor risiko terjadinya apendisitis akut komplikasi. Metode: Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan rancangan kasus kontrol. Sebanyak 32 pasien dengan tanda dan gejala klinis apendisitis akut yang menjalani apendiktomi darurat dan pengukuran kadar fibrinogen serum sebelum operasi dikumpulkan. Sensitivitas dan spesifitas kadar fibrinogen sebagai faktor prediktor dihitung menggunakan kurva receiver operating characteristic (ROC) dan penentuan titik potong dari nilai area under curve (AUC). Diagnosis akhir apendisitis akut komplikasi berdasarkan pada pemeriksaan histopatologi. Analisis statistika meliputi analisis univariat dan bivariat. Hasil: Kelompok dengan apendisitis akut komplikasi (n=16) dan apendisitis akut non-komplikasi (n=16) dikumpulkan. Rerata serum fibrinogen yang terbukti mengalami apendisitis akut komplikasi secara histopatologi adalah 453,13±28,38 mg/dL dibandingkan pada apendisitis non-komplikasi sebesar 356,19±30,89 mg/dL. Titik potong yang ditetapkan adalah 392,5 mg/dL yaitu memiliki sensitivitas 93,8%, spesifisitas 93,7% dan akurasi sebesar 98,4% dan signifikan secara statistik (p<0,001). Terdapat hubungan bermakna antara fibrinogen serum tinggi dengan apendisitis akut komplikasi, dengan OR=225 (IK95%=12,8-3939; p<0,01). Kesimpulan: Dalam diagnosis apendisitis akut komplikasi, penggunaan fibrinogen serum dapat menjadi reaktan diagnostik fase akut yang baru dengan kemungkinan berperan dalam meningkatkan kepastian penegakan diagnosis pasien apendisitis akut.