yulia sofiani zaimar
Unknown Affiliation

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

READING ISLAMIC MESSAGES IN SEUDATI ACEH TRADITIONAL DANCE, USING SEMOTIC SYMBOLS yulia sofiani zaimar; Endang Sondari
Faktor Jurnal Ilmiah Kependidikan Vol 6, No 1 (2019): Faktor : Jurnal Ilmiah Kependidikan
Publisher : Universitas Indraprasta PGRI, Jakarta, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (168.19 KB) | DOI: 10.30998/fjik.v6i1.3558

Abstract

Abstrak: Tari Seudati Inong adalah tarian suku Aceh, yang biasanya dilakukan untuk merayakan peristiwa penting dalam adat. Puisi dalam tari Seudati menggunakan bahasa Arab dan Gayo. Selain itu, tarian ini biasanya diperlihatkan untuk merayakan kelahiran Nabi Muhammad. Nama tarian "Seudati Inong" diperoleh dari salah satu ulama besar NAD. Seudati Inong dance atau sering disebut Seribu Tangan Tangan atau Tari Seribu Tangan adalah salah satu media untuk pencapaian pesan, yang disebut dakwah. Tarian ini mencerminkan pendidikan agama, tata krama, kepahlawanan, kekompakan dan juga kebersamaan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk dan makna simbol dari tari Seudati Inong. Bentuk tarian ini terlihat dari gerakan, pola lantai, pakaian dan miring. Kemudian untuk melihat makna simbol yang terkandung dalam Seudati Inong Dance dapat dilihat dari benda-benda material, tindakan dan ucapan. Basis teror adalah deskripsi teori sebagai dasar untuk melaksanakan penelitian. Teori dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk semiotik, dari Roland Barthes. Key Word: Aceh, seudati, dance, semiotik, kode 
Representation community learning centre As the alternative learning program In johor baru malaysia Endang Sondari; Yulia Sofiani Zaimar
Faktor Jurnal Ilmiah Kependidikan Vol 5, No 2 (2018): Faktor : Jurnal Ilmiah Kependidikan
Publisher : Universitas Indraprasta PGRI, Jakarta, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (37.481 KB) | DOI: 10.30998/fjik.v5i2.2703

Abstract

Abstract: The research would identify the different Community Learning Centres (CLC), when centres identify themselves. This research was taken in Malaysia, basic on the Indonesian migrant worlers’ and labourers children data. Community Learning Centres (CLC) is considered as alternative education to those children, having a better education. This researchers pay attention to this, by considering dilemmas in valuing, of children and childhood(s) inschools., boundering their insecurity life. By giving the increasing visibility of migrant children in Malaysian policy, the research aims to explore the tensions in pedagogic practices between the valuing of migrant workers and laborers children, and their added-value that is communicated through their needs and reaction in schools. This CLC organization is presented by coorperating betwwen Indonesian and Malaysian goverments, and being endorsed in 2015. In realising this aim, a coalition of national governments, civil society groups, committed to achieving specific education goals. Nevertheless, after little progress was made in 2012, these two countries community reaffirmed its commitment.By researching data in Malaysia (Johor Baru), the researchers could find, that children, who join this program, could prove that they are allagible and have big aim to reach a better future.
The Lack Motivation Of Street Children Having Better Education In Rumah Singgah Akur Kurnia Endang Sondari; yulia sofiani zaimar
Faktor Jurnal Ilmiah Kependidikan Vol 4, No 2 (2017): Faktor : Jurnal Ilmiah Kependidikan
Publisher : Universitas Indraprasta PGRI, Jakarta, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (46.758 KB) | DOI: 10.30998/fjik.v4i2.1742

Abstract

Mendefinisikan anak jalanan merupakan fenomena yang sulit. Lebih sulit lagi karena ketidakpastian di sekeliling istilah tersebut. Istilah ‘anak jalanan’ biasanya diberikan pada anak-anak di bawah usia 18 tahun yang hidup atau tinggal di jalanan. Beberapa dari mereka mungkin masih berhubungan dengan keluarganya, sedangkan yang lainnya diabaikan atau memilih kabur dari rumah. Anak jalanan menjadi perhatian yang besar di Negara yang masih berjuang secara ekonomi,tetapi mereka juga ada di negara-negara berkembang. Berdasarkan lokasi, anak jalanan menghadapi kehidupan yang keras dan eksploitasi. Anak jalanan secara umum tercabut hak mereka dalam pendidikan dan hanya sedikit, bahkan tidak ada akses ke system pendidikan formal. Mayoritas mereka buta huruf dan tidak pernah mendapat, atau bahkan drop out dari pendidikan formal. Sulit bagi mereka menyimpan dana untuk beberapa jenis pendidikan informal yang cocok dengan kehidupan anak jalanan. Kajian ini dilakukan oleh Rumah Singgah Akur Kurnia untuk memberikan analisis situasional secara menyeluruh untuk anak jalanan di kota besar seperti Jakarta. Pendekatannya berbeda dari analisis situasional sebelumnya untuk masalah yang sama sehingga akan lebih pada pandangan orientasi solusi terhadap tantangan yang dihadapi oleh anak jalanan.