Nurdi Setyawan
Unknown Affiliation

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Pengaruh Cara Pembumbuan dan Suhu Penggorengan Vakum Terhadap Sifat Kimia dan Sensori Keripik Buncis (Phaseolus radiatus) Muda nFN Widaningrum; Nurdi Setyawan; Dondy A Setyabudi
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 5, No 2 (2008): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v5n2.2008.45-54

Abstract

Di Indonesia, ketersediaan sayuran senantiasa berlimpah sepanjang tahun.  Dalam upaya memperpanjang masa simpan sayuran, diperlukan teknologi yang dapat mengurangi kerusakan dan kebusukan sayuran.  Salah satu teknologi tersebut yaitu melalui penggorengan vakum.  Tujuan penelitian ini yaitu untuk mempelajari karakteristik sayuran buncis muda siap santap yang diolah dengan menggunakan penggorengan vakum.  Penelitian dimulai dengan persiapan, pencucian dan perendaman sayuran  buncis muda dalam larutan CaCl2 (1000 ppm, t=30’).  Pada metode pembumbuan kering, buncis muda diblansir dengan uap, sedangkan untuk metode pembumbuan basah, buncis muda direbus dengan dengan bumbu.    Kemudian dilakukan penggorengan vakum dengan tiga perlakuan suhu (60-70°C, 70-80°C, dan 80-90°C) pada tekanan vakum -72 cmHg.  Percobaan dilakukan sebanyak 4 kali ulangan.  Produk dikemas dalam aluminium foil.  Dari hasil penelitian diperoleh rendemen keripik  buncis muda sebesar 13,58-14,17% dengan waktu penggorengan vakum 1,08-1,41 jam.  Untuk kedua metode pembumbuan, diperoleh komposisi kimia pada keripik buncis muda sebagai berikut: kadar air 6,33-7,39%; abu 4,45-6,10%; lemak 33,95-42,93%; protein 10,86-12,24%;  serat kasar 11,94-14,10%; asam lemak bebas (FFA) 0,62-0,70%; vitamin C: 0,27-0,46 mg/100g; dan vitamin A 135,54-265,39 ppm.  Pada uji organoleptik (sensori), panelis menilai bahwa interaksi perlakuan suhu dan perbedaan cara pembumbuan tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap semua parameter (warna, aroma, tekstur, rasa, kerenyahan, dan penerimaan secara umum keripik buncis muda).  Namun secara faktor tunggal, panelis menilai bahwa bumbu berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap rasa dan suhu berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kerenyahan keripik  buncis muda.  Pada umumnya panelis menyatakan agak suka sampai suka untuk semua parameter sensori keripik  buncis muda yang dihasilkan. Effect of Difference Technique of Flavoring and Vacuum Frying Temperature on Chemical and Sensory Properties of Young Chickpea (Phaseolus radiatus) ChipsIn Indonesia, availability of vegetables is guaranteed all year long. In the effort to prolong its storage time, technology to lessen damages and rot of vegetable is needed. One of technologies was through vacuum frying. Target of this research was to get processing technology of ready to eat young chickpea as vegetable chips. Research started with preparation of young chickpea, and soaked them in CaCI2 solution (1000 ppm, 1=30'). For wet flavoring method, young chickpea was boiled with flavor, meanwhile for dry flavoring method, young chickpea was steam blanched. After that, young chickpea then vacuum fried at 60-70°C, 70-S0°C, and SO-90°C with vacuum pressure -72 cmHg. Products then packaged in alumunium foil. Research was conducted with 4 replication. Research result showed that yield of young chickpea chips were 13.5S-14.17% with vacuum frying time range 1.08-1.41 hours. For both flavoring methods on young chickpea chips, moisture was 6.33-7.39%; ash 4.45-6.10%; fat 33.95-42.93%; protein 10.S6-12.24%; crude fiber 11.94-14.10%; free fatty acid (FFA) 0.62-0.70%; vitamin C 0.27-0.46 mg/100g; and vitamin A l35.54-265.39 ppm. Sensory evaluation showed treatment interaction of different way of flavor and temperature did not have significant effect (P>0,05) to all parameter (color, odor, texture, taste, crispyness and acceptability of chickpea chips). But as individual factor, panelists assess that flavor had significant effect (P<O,05) to chickpea chips taste, meanwhile temperature had significant effect (P<O,05) to crispy ness of chickpea chips. In general, panelists expressed rather like for all parameter of chickpea Chips sensory evaluation.
PENGARUH SUHU PENGGORENGAN VAKUM DAN CARA PEMBUMBUAN TERHADAP KARAKTERISTIK KERIPIK WORTEL (Effect of vacuum frying temperature and various technique of flavoring on characteristics of carrot chips) Nurdi Setyawan; Widaningrum Widaningrum
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 10, No 2 (2013): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v10n2.2013.104-112

Abstract

Sayuran merupakan bahan pangan yang mudah rusak. Penanganan pascapanen yang baik penting untuk menekan kerusakan, menjaga kualitas nutrisi dan keamanan sayuran. Perubahan gaya hidup konsumen yang menginginkan segala sesuatu yang serba cepat menuntut tersedianya bahan pangan siap santap (dalam bentuk snack) yang dapat langsung dikonsumsi. Teknologi pengolahan sayuran segar menjadi produk sayuran kering siap santap merupakan salah satu alternatifnya. Teknologi penggorengan dengan tekanan rendah memungkinkan mengolah komoditi sayuran menjadi hasil olahan berupa keripik (chip). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh suhu penggorengan vakum dan cara pembumbuan terhadap karakteristik keripik wortel siap santap. Perlakuan yang diterapkan adalah (1) pembumbuan (basah dan kering) dan (2) suhu penggorengan (60-70oC, 70-80oC, dan 80-90oC). Rancangan penelitian adalah rancangan acak lengkap dengan 4 kali ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan pembumbuan basah dan suhu penggorengan vakum (60-70)°C menghasilkan produk keripik wortel yang paling baik dengan kadar protein (7,37 %), kadar FFA (0,47 %), vitamin A (302,25 ppm), dan kadar serat (8,77%). Hasil analisis organoleptik, produk keripik wortel dengan perlakuan pembumbuan basah dan suhu penggorengan vakum (60-70)°C paling disukai oleh panelis.Kata kunci :suhu, penggorengan vakum, bumbu, keripik wortelEnglish Version AbstractVegetables are perishable foodstuffs. Postharvest handling is essential to reduce damage, maintain safety and nutritional quality of vegetables. Changing in consumer lifestyles who want everything fast-paced demands the availability of food ready to eat (snacks) that can be eaten. Technology for processing fresh vegetable into dried vegetables products that ready to eat is one of the alternatives. Frying Technology with low pressure allows the processing of commodities into processed vegetables in the form of crisps (chips). The objective of the research was to determine the effect of vacuum frying temperature and technique of flavoring on the characteristics of carrots ready to eat. The treatments applied were (1) technique of flavoring (wet and dry) and (2) frying temperature (60-70°C, 70-80°C, and 80-90°C). The research used factorial completely randomized design with four replications. The results showed that combined treatment wet flavoring method and vacuum frying temperature (60-70)°C produced the best dried carrots with protein (7.37 %), FFA (0.47 %), vitamin A (302.248 ppm), and crude fiber (8.77 %). The results of organoleptic test showed that dried carrot products with wet flavoring method and vacuum frying temperature (60-70)°C most preferred by the panelists.Keywords : Temperature, vacuum frying, flavoring, carrot chips
Effect of Postharvest Treatment Techniques on Characteristic of Mango cv. Gedong Mulyawanti, Ira; Setyawan, Nurdi; Setyabudi, Dondy Anggono
Jurnal Hortikultura Indonesia (JHI) Vol. 11 No. 2 (2020): Jurnal Hortikultura Indonesia
Publisher : Indonesian Society for Horticulture / Department of Agronomy and Horticulture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jhi.11.2.101-109

Abstract

Serangan penyakit yang disebabkan oleh cendawan ataupun serangga menjadi salah satu permasalahan dalam penyimpanan buah mangga. Teknik untuk menekan perkembangan penyakit pascapanen yang sudah ada diantaranya dengan perendaman buah dalam air panas, pelilinan, atau penggunaan bahan kimia seperti fungisida dan insektisida. Perlakuan tersebut dapat menekan perkembangan penyakit pascapanen buah mangga, namun disisi lain penggunaan suhu tinggi dan bahan kimia mempengaruhi aktivitas fisiologi dan juga sensori buah setelah disimpan. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh perlakuan pendahuluan yang digunakan pada penyimpanan buah mangga terhadap karakteristik buah mangga setelah disimpan. Perlakuan yang diuji meliputi perendaman air panas, pelilinan, dan pencelupan dalam ekstrak lengkuas. Buah mangga kemudian dikemas, dan disimpan pada suhu dingin (9 °C) selama 28 hari di dalam kontainer berpendingin panjang 609.6 cm. Karakteristik buah mangga yang diamati meliputi tekstur, warna, kandungan padatan terlarut total, vitamin C, waktu pematangan dan peragaan, serta jenis kerusakan yang terjadi pada setiap perlakuan. Hasil percobaan menunjukkan bahwa perlakuan pencelupan ekstrak lengkuas menunjukkan hasil terbaik dalam meningkatkan umur simpan buah mangga cv. Gedong dan menjaga kualitas fisiologi buah.