Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

Teknologi Penyimpanan Umbi Kentang (Solanum tuberosum L.) Var. GM-05 dengan Rekayasa Pencahayaan untuk mempertahankan Kesegarannya Wisnu Broto; Dondy A Setyabudi; nFN Sunarmani; nFN Qanytah; Irpan Badrul Jamal
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 14, No 2 (2017): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v14n2.2017.116-124

Abstract

Kondisi penyimpanan menjadi kata kunci untuk meningkatkan daya simpan umbi kentang GM-05 dengan mutu segar yang terjaga.Kentang segar GM-05 dalam penelitian ini diperoleh dari Kebun Percobaan Balai Penelitian Sayuran, Lembang dan dipanen pada umur90 Hari Setelah Tanam (HST). Umbi kentang dengan bobot masing-masing 30 kg dikemas dalam karung rajut, disimpan pada kondisi(1) ruangan gelap, (2) ruangan dengan pencahayaan 100-500 lux/lilin, dan (3) dihamparkan sebagai kontrol. Penyimpanan dilakukanpada suhu ambient, 20, dan 10oC. Pengamatan dilakukan setiap 2 (dua) minggu sekali selama 3 bulan penyimpanan. Parameter yangdiamati meliputi: susut bobot, kadar air, kadar protein, kadar karbohidrat, kadar lemak, kadar amilosa, kadar abu, dan tekstur. Rancanganpercobaan menggunakan rancangan acak lengkap tersarang dengan ulangan tiga kali dan signifikansi beda nyata terkecil pada taraf5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyimpanan dalam ruang gelap maupun yang dengan pencahayaan 100-500 lux/lilin suhu10 oC memberikan susut bobot dan laju penurunan kadar air terendah dibandingkan perlakuan lainnya. Kadar karbohidrat, kadar abu,dan tekstur tidak terpengaruh dengan semua perlakuan penyimpanan. Penurunan kadar lemak dan amilosa umbi kentang melambathingga masing-masing sebesar 0,14% dan 4,42% terjadi pada penyimpanan dalam ruang gelap maupun yang dengan pencahayaan padasuhu 10 oC. Kadar protein meningkat hingga pada kisaran 1,51%. Penyimpanan suhu 10oC dengan kondisi gelap ataupun pencahayaan100-500 lux/lilin merupakan metode penyimpanan kentang GM-05 terbaik karena mampu mempertahankan mutu dan kesegarannya.
Sifat Antioksidan Bubuk Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana L.) Instan Dan Aplikasinya Untuk Minuman Fungsional Asep W Permana; Siti Mariana Widayanti; Sulusi Prabawati; Dondy A Setyabudi
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 9, No 2 (2012): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v9n2.2012.88-95

Abstract

Kulit buah manggis (KBM) merupakan bagian terbesar dari buah manggis (Garcinia mangostana L.) yang dikategorikan sebagai limbah. Studi fitokimia menunjukkan bahwa senyawa antioksidan dalam KBM, terutama xanthone, antosianin dan kelompok senyawa fenoliklainnya memiliki sifat fungsional dan manfaat untuk kesehatan seperti antidiabetes, antikanker, antiinflamasi, meningkatkan kekebalan tubuh, antibakteri, antifungi, antiplasmodial, dan sebagainya. Berbagai produk olahan berbasis KBM segar sudah berkembangkan di pasaran, seperti jus, konsentrat dan produk lainnya. Pada tahun 2009 telah dihasilkan produk bubuk KBM instan dari ekstrak tepung KBM dengan dengan teknologi enkapsulasi. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui sifat antioksidan dari produk bubuk KBM instan dan mengaplikasikannya pada pembuatan minuman fungsional berkarbonasi. Parameter sifat antioksidan yang dianalisismeliputi senyawa alfa-mangostin (xanthone), antosianin dan total fenolik serta kapasitas antioksidan dengan metode DPPH. Aplikasi bubuk KBM instan untuk minuman instan berkarbonasi pada konsentrasi penambahan bubuk KBM instan 10% (Formula A), 15% (Formula B), dan 20% (Formula C) dengan ingridien aspartam, sorbitol, asam sitrat, asam malat, natrium bikarbonat dan flavor. Uji organoleptiktingkat kesukaan produk menggunakan metode uji skalardari 0 sampai 10 cm dengan 30 orang panelis. Datadianalisissecara statistik dengan uji ANOVA dan uji lanjut Duncan’s (p<0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa bubuk KBM instan mengandung kadar alfa-mangostin sebesar 0,59 mg/g, antosianin sebanyak 1,13mg/g, dan kadar fenolik sebesar 8,49 mg/g per satuan bobot sampel kering,sedangkan kapasitas antioksidannya sebesar 19,72 mg/g AEAC. Formula minuman KBM instan yang lebih disukai panelis adalah Formula A dan B dibandingkan Formula C yangsecara statistik berbeda nyatapada semua parameter uji. Berdasarkan efisiensi biaya produksi maka formula terpilih adalah Formula A dengan komposisi bubuk KBM instan 10%, aspartam 0,06%, natrium bikarbonat 40%, asam sitrat 30%, asam malat 8,6%, PEG 0,03%, dan sorbitol 11,31%.
Proses Pemekatan Jus Jeruk Siam (Citrus nobilis L. Var Microcarpa) dengan Reverse Osmosis Erliza Noor; Adetiya Rachman; nFN Setyadjit; Dondy A Setyabudi
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 6, No 1 (2009): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v6n1.2009.21-26

Abstract

Jus jeruk hasil pemekatan dengan mikrofiltrasi masih mengandung total padatan terlarut yang rendah yaitu 6,8 oBrix. Tingkat kepekatan jus ini masih perlu ditingkatkan untuk mendapatkan konsentrat jus dengan cara mengurangi kandungan air dalam jus. Pada penelitian ini proses pemekatan dilakukan menggunakan Reverse Osmosis Bertekanan Rendah (Low Pressure Reverse Osmosis, LPRO) berbentuk lilitan spiral (spiral wound) berbahan poliamida dan luas permukaan 0,59 m2. Tingkat pemekatan, kualitas jus, dan fluksi diamati pada berbagai variasi laju alir umpan (0,01; 0,015; 0,02; dan 0,03 m/det) dan tekanan trans-membran (TMP) 4, 6, dan 8 Bar. Pada laju alir umpan dan tekanan trans-membran masing-masing 0,03 m/det dan 8 Bar diperoleh tingkat pemekatan tertinggi mencapai 76% menghasilkan konsentrat jus sebesar 11,8 oBrix, dan fluksi 0,73 L m-2 jam-1. Tingkat pemekatan dengan LPRO ini cukup baik sebagai tahap awal proses pemekatan dengan reverse osmosis (RO). Concentration Of Citrus Siam (Citrus Nobilis) Juice By Reverse OsmosisConcentration of citrus juice with microfiltration still contains total soluble solids that is 6.S "Brix. Level concentration of this juice still require to be improved to get juice concentrate by lessening water content in juice. In this research. concentration process used low pressure reverse osmosis (LPRO) in form of circumference of spiral (spiral of wound) poliamide material and surface 0.59 m'. Level of concentration, juice quality, and flux perceived at variation rate of flow (0.01, 0.015, 0.02, and 0.03 m/sec) and pressure of trans-membrane (TMP) 4,6, and 8 Bar. At rate of flow and pressure of trans-membrane{0.03 m/sec and S Bar respectively, it was obtained a high level concentration 76% of equal LO II.S "Brix, and flux 0.73 1 h-1 m-2. This level of concentration with LPRO is adequate as early stage of concentration process of reverse osmosis (RO).
Pengaruh Cara Pembumbuan dan Suhu Penggorengan Vakum Terhadap Sifat Kimia dan Sensori Keripik Buncis (Phaseolus radiatus) Muda nFN Widaningrum; Nurdi Setyawan; Dondy A Setyabudi
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 5, No 2 (2008): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v5n2.2008.45-54

Abstract

Di Indonesia, ketersediaan sayuran senantiasa berlimpah sepanjang tahun.  Dalam upaya memperpanjang masa simpan sayuran, diperlukan teknologi yang dapat mengurangi kerusakan dan kebusukan sayuran.  Salah satu teknologi tersebut yaitu melalui penggorengan vakum.  Tujuan penelitian ini yaitu untuk mempelajari karakteristik sayuran buncis muda siap santap yang diolah dengan menggunakan penggorengan vakum.  Penelitian dimulai dengan persiapan, pencucian dan perendaman sayuran  buncis muda dalam larutan CaCl2 (1000 ppm, t=30’).  Pada metode pembumbuan kering, buncis muda diblansir dengan uap, sedangkan untuk metode pembumbuan basah, buncis muda direbus dengan dengan bumbu.    Kemudian dilakukan penggorengan vakum dengan tiga perlakuan suhu (60-70°C, 70-80°C, dan 80-90°C) pada tekanan vakum -72 cmHg.  Percobaan dilakukan sebanyak 4 kali ulangan.  Produk dikemas dalam aluminium foil.  Dari hasil penelitian diperoleh rendemen keripik  buncis muda sebesar 13,58-14,17% dengan waktu penggorengan vakum 1,08-1,41 jam.  Untuk kedua metode pembumbuan, diperoleh komposisi kimia pada keripik buncis muda sebagai berikut: kadar air 6,33-7,39%; abu 4,45-6,10%; lemak 33,95-42,93%; protein 10,86-12,24%;  serat kasar 11,94-14,10%; asam lemak bebas (FFA) 0,62-0,70%; vitamin C: 0,27-0,46 mg/100g; dan vitamin A 135,54-265,39 ppm.  Pada uji organoleptik (sensori), panelis menilai bahwa interaksi perlakuan suhu dan perbedaan cara pembumbuan tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap semua parameter (warna, aroma, tekstur, rasa, kerenyahan, dan penerimaan secara umum keripik buncis muda).  Namun secara faktor tunggal, panelis menilai bahwa bumbu berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap rasa dan suhu berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kerenyahan keripik  buncis muda.  Pada umumnya panelis menyatakan agak suka sampai suka untuk semua parameter sensori keripik  buncis muda yang dihasilkan. Effect of Difference Technique of Flavoring and Vacuum Frying Temperature on Chemical and Sensory Properties of Young Chickpea (Phaseolus radiatus) ChipsIn Indonesia, availability of vegetables is guaranteed all year long. In the effort to prolong its storage time, technology to lessen damages and rot of vegetable is needed. One of technologies was through vacuum frying. Target of this research was to get processing technology of ready to eat young chickpea as vegetable chips. Research started with preparation of young chickpea, and soaked them in CaCI2 solution (1000 ppm, 1=30'). For wet flavoring method, young chickpea was boiled with flavor, meanwhile for dry flavoring method, young chickpea was steam blanched. After that, young chickpea then vacuum fried at 60-70°C, 70-S0°C, and SO-90°C with vacuum pressure -72 cmHg. Products then packaged in alumunium foil. Research was conducted with 4 replication. Research result showed that yield of young chickpea chips were 13.5S-14.17% with vacuum frying time range 1.08-1.41 hours. For both flavoring methods on young chickpea chips, moisture was 6.33-7.39%; ash 4.45-6.10%; fat 33.95-42.93%; protein 10.S6-12.24%; crude fiber 11.94-14.10%; free fatty acid (FFA) 0.62-0.70%; vitamin C 0.27-0.46 mg/100g; and vitamin A l35.54-265.39 ppm. Sensory evaluation showed treatment interaction of different way of flavor and temperature did not have significant effect (P>0,05) to all parameter (color, odor, texture, taste, crispyness and acceptability of chickpea chips). But as individual factor, panelists assess that flavor had significant effect (P<O,05) to chickpea chips taste, meanwhile temperature had significant effect (P<O,05) to crispy ness of chickpea chips. In general, panelists expressed rather like for all parameter of chickpea Chips sensory evaluation.
Proses Mikrofiltrasi Untuk Penghilangan Limonin dan Naringin Pada Jus Jeruk Siam(Citrus Nobilis L. Var Microcarpa) nFN Setyadjit; Erliza Noor; Fatma Aghitsni; Dondy A Setyabudi
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 6, No 2 (2009): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v6n2.2009.94-101

Abstract

Limonin dan naringin merupakan senyawa limonoid dan flavonoid yang didapati pada jus buah jeruk. Keberadaan kedua senyawa ini menyebabkan rasa pahit pada jus sehingga kurang disukai oleh konsumen, walaupun sebenarnya senyawa tersebut berguna untuk kesehatan. Berbagai teknik pemisahan limonin dan naringin dari jus jeruk yang telah dilakukan antara lain dengan adsorpsi, presipitasi maupun pertukaran ion. Teknik-teknik tersebut memiliki kelemahan antara lain penggunaan pelarut dan adsorben yang relatif mahal, penurunan kualitas jus akibat hilangnya flavor dan warna, serta adanya sisa adsorben yang menimbulkan masalah lingkungan. Pada penelitian ini pemisahan dilakukan dengan menggunakan filtrasi membran. Pemisahan limonin dan naringin yang memiliki berat molekul masing-masing 470,5 dan 580 Da, dilakukan dengan membran mikrofiltrasi yang memiliki ukuran pori 0,1 µm. Mikrofiltrasi dapat menghilangkan limonin dan naringin dari dalam jus jeruk dengan tingkat pengurangan sebesar 92,54% untuk limonin dan 71,34% untuk naringin. Kondisi terbaik operasi mikrofiltrasi jus jeruk untuk membran bertipe modul hollow fiber dengan tingkat pengurangan limonin dan naringin tertinggi adalah pada tekanan membran 1,74 bar dan laju alir 0,08 m detik-1 dengan fluksi sebesar 63,16 l m-2 jam-1.  Microfiltration Processing of De-Bittering Limonin and Naringin on Var. Siam Citrus Juice ( Citrus nobilis L. microcarpa],Limonin and naringin is compound of limonoid and flavonoid discovered at citrus juice. Existence of both of these compounds cause to bitter taste in juice so that less attractive to the consumer, although in fact the compound beneficial for health. Various separation technique of limonin and naringin in citrus juice have been done for example with adsorption, precipitation, and ion exchange. These techniques have weakness for example usage of solvent adsorbent which is relatively costly, degradation of juice quality effect of loss color and flavor, and also the existence of remains residue of adsorbent generating the environmental problem. This research of separation done by using membrane filtration. Dissociation of limonin and naringin which each molecule has mass weight of 470.5 and 580 Da, was done by membrane microfiltration has pore site of 0.1 µm. Microfiltration can reduce Iimonin and naringin from citrus juice with reduction, level equal to 92.54% for limonin and 71.34% for the naringin. The best operating condition for microfiltration of citrus juice for the membrane which have module to type hollow fibre type of module was at membrane pressure 1.74 bar rate of flow and 0.08 secan -1 m flux 63.16 I hour-1 m-2.
Pengaruh Pelilinan dan Pengemasan Plastik Terhadap Mutu dan Daya Simpan Buah Lengkeng (Dimocarpus Longan Lour) Asal Temanggung Dondy A Setyabudi; Iceu Agustinisari; Wisnu Broto
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 8, No 2 (2011): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v8n2.2011.82-88

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk memperpanjang umur simpan buah lengkeng menggunakan kombinasi pelilinan dan kantong plastik polietilen berlubang. Daya simpan lengkeng asal Temanggung relative pendek 2-3 hari. Buah lengkeng diperoleh dari desa Pagergunung dan Karangwuni, Pringsurat, Temanggung pada musim panen Januari dan Maret 2007. Musim panen digunakan sebagai ulangan dalam perlakuan. Buah lengkeng dikemas menggunakan kantong plastik polietilen 0,04 mm, 15x30 cm, berlubang 192 berkapasitas I kg. Buah lengkeng dikemas menggunakan plastik polietilen (I) tanpa pencelupan formulasi lilin, (2) dengan pencelupan formulasi lilin 0,125%. dan (3) kontrol dilakukan tanpa pengemasan dan pelilinan. selanjutnya disimpan pada suhu ruangan 18-24 °C di daerah setempat. Pengamatan dilakukan setiap hari hingga buah lengkeng tidak layak dikonsumsikan atau dijual. Pengamatan mencakup susut bobot, total asam, vitamin C, dan total padatan terlarut, serta uji tingkat penerimaan konsumen organoleptik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi pelilinan 0, I 25% dan pengemasan kantong plastik polietilen 0,04 mm. 15x30 cm, berlubang 192 kapasitas buah I kg mampu mempertahankan kesegaran buah lengkeng hingga 7 hari penyimpanan ruang 18-24 °C. Buah lengkeng pada hari ke-7 mempunyai susut bobot 5, II %; vitamin C 269,31 mg/IOO g; total asam 0.078%; dan total padatan terlarut 19,13%, serta tingkat penerimaan keseluruhan agak suka (4.3). Teknologi pelilinan 0, 125% dan pengemasan kantong plastik polietilen 15x30 cm, kapasitas I kg dengan ketebalan 0,04 mm, berlubang 192 merupakan teknologi yang direkomendasikan untuk penanganan memperpanjang daya simpan buah lengkeng asal Temanggung. Influence Of Waxing And Usage Of Plastic Bag To Storage Life And Quality Of Long An Fruits (Dimocarpus Longan Lour) From TemanggungThe aim of this research was to find out storage life of longan fruit using combination of waxing and holed plastic bag of polyethylene. Longan fruit obtained from village of Pagergunung and Karangwuni, Pringsurat, Temanggung at harvest season January and March 2007. Harvesting season was used as replication. Packaging longan fruit used plastic bag of polyethylene 0.04 rom, 15x30 cm, holed 192 have capacities I kg. Perforation of plastic bag of polyethylene used needle sew/pinprick which had been heated. Packaging longan fruit used plastic of polyethylene (I) without dipping of formulation wax, (2) with dipping of formulation wax 0.125%. and (3) control done without dipping and packaging of formulation wax, and then storage at ambient temperature 18-24 °C in location area. Observation conducted periodically till improper to be consumer rejected. Attempt restating done pursuant to season harvest at January and March 2007 at different location. Research result indicate that the usage of plastic bag of polyethylene 0.04 rom, 15x30 cm, holed 192 capacities I kg with dipping of formulation wax 0.125% could maintain freshness of ongan fruit till 7 days storage life on ambient temperature 18-24 0c. Longan fruit on the 7 days have properties; weight losses 5.11 %, vitamin C 269.31 mg/I 00 g, total acidity 0.078%, and total soluble solid 19.13%, and organoleptic; pericarp colour-good fair (3.1); aril colour-rather (5.,6), flavor-good fair (3.5), and acceptance of overall-fair-good fair (4.3). Technology packaging of plastic bag of polyethylene J 5x30 cm, 0.04 cm, 192 holed with longan fruit conducted by wax 0.125% is technology recommended for handling to storage life.
TEKNOLOGI OZONISASI UNTUK MEMPERTAHANKAN KESEGARAN CABAI CULTIVAR KENCANA SELAMA PENYIMPANAN Ali Asgar; d musaddad; Dondy A Setyabudi; Zahirotul H Hasan
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 12, No 1 (2015): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v12n1.2015.20-26

Abstract

The study aimed to determine the effect of storage temperature and ozonered chillies freshness Kencana. The study was conducted from October-DeLembang. The study was conducted using a randomized block design with a smain plot which consists of: 1) 10° C and 2) ambient temperature. As a sub-without immersion, 2) control with immersion (0 ppm), 3) 0.5 ppm and 4) 1 pcolor, freshness, and appearance of red chili with treatment storage temperatreatment in terms of color, freshness and appearance and panelists preferred.
Aplikasi Ultrasonik untuk Pendugaan Kerusakan Serangan Lalat Buah pada Mangga Arumanis Rokhani Hasbullah; Ridwan Rachmat; Dondy A Setyabudi; nFN Warji
Buletin Teknologi Pasca Panen Vol 5, No 1 (2009): Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian
Publisher : Buletin Teknologi Pasca Panen

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kerusakan akibat lalat buah biasanya terlihat jika buahnya dibuka. Metode gelombang ultrasonik dapat digunakan untuk mengetahui mutu buah bagian dalam tanpa merusak. Tujuan penelitian adalah pendugaan kerusakan mangga Arumanis yang diakibatkan lalat buah dengan menggunakan gelombang ultrasonik. Karakteristik gelombang ultrasonik yang diaplikasikan untuk pendugaan kerusakan mangga Arumanis adalah atenuasi, kecepatan, dan zero moment power (Mo). Koefisien atenuasi mangga tidak rusak adalah 36,45 Np/M, dengan kecepatan gelombang ultrasonik 518,19 m/detik, dan zero moment power (Mo) 4,58. Dalam aplikasinya pendugaan kerusakan mangga Arumanis menggunakan gelombang ultrasonik dapat digunakan pada batas koefisien atenuasi sebesar 34,76 Np/M dan zero moment power (Mo) 5,60. Pada bentuk pendugaan koefisien atenuasi lebih dari 34,76 Np/M mangga dinyatakan normal/tidak terinfeksi lalat buah, sedangkan pada koefisien atenuasi kurang atau sama dengan 34,76 Np/M diindikasikan telah terinfeksi lalat buah. Pada Zero moment power (Mo) lebih dari 5,60 mangga Arumanis diindikasikan normal/tidak terinfeksi lalat buah, sedangkan kurang dari atau sama 5,60 dapat diindikasikan sebagai telah terinfeksi lalat buah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa koefisien atenuasi rata-rata mangga Arumanis sebesar 30,67 Np/m, kecepatan rata-rata gelombang ultrasonik 731,72 m/detik, dan zero moment power (Mo) 6,40.
PENGARUH PENCELUPAN DALAM LARUTAN BENOMYL TERHADAP KESEGARAN CABAI (Capsicum annum L. var. Kencana) PADA PENYIMPANAN SUHU RENDAH DAN RUANG Dondy A Setyabudi; Wisnu Broto; Irpan Badrul Jamal
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 13, No 2 (2016): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v13n2.2016.53-62

Abstract

Potensi kerusakan dan kehilangan hasil cabai sangat tinggi mencapai 20-30% sebelum sampai konsumen. Tujuan penelitian ini mempertahankan kesegaran cabai Kencana melalui pencelupan GA3 dan benomyl pada penyimpanan suhu rendah dan suhu ruang. Cabai Kencana pada tingkat ketuaan 95-98 hari setelah tanam dipanen sore hari di wilayah Kawali, Ciamis, Jawa Barat pada Oktober- November 2013. Cabai yang diperoleh diangkut ke Laboratorium Pengembangan BB-Pascapanen menggunakan mobil berpendingin. Cabai disortasi terhadap warna seragam, bentuk, ukuran, selanjutnya dilakukan pencelupan ke dalam larutan GA3 dan benomyl. Ditiriskan, hingga kering-angin, dikemas dalam plastik berporforasi dan disimpan pada suhu ruang 27-30 oC dan suhu rendah 10 ± 1 oC. Setiap dua hari diamati terhadap kriteria kesegarannya; kadar air, susut bobot, capsaicin, kadar vitamin C, ada-tidaknya mycellium, dan ciri fisik segarnya. Penelitian menggunakan rancangan acak tersarang dengan tiga kali ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cabai Kencana yang dilakukan pencelupan dalam GA3 10 ppm dan benomyl 5 ppm pada penyimpanan suhu rendah 10 ± 1 oC hingga hari ke-14 masih segar sebagaimana saat pemanenan. Penyimpanan cabai Kencana menggunakan GA3 10 ppm dengan benomyl 5 ppm dan pengemasan dalam plastik polietilen berlubang 8 merupakan teknologi terbaik untuk mempertahankan kesegarannya. Karakteristik kesegaran cabai Kencana pada hari ke-14; kadar air 80,33%, susut bobot 1,17%, capsaicin 268,8 ppm, kadar vitamin C 81,70 mg/100 g, tangkai buah berwarna hijau, buah cabai masih keras-tidak layu, dan tidak bermycellium.
KONSEP SOP UNTUK PENANGANAN PASCAPANEN MANGGA Cv. GEDONG UNTUK TUJUAN EKSPOR Kun Tanti Dewandari; Ira Mulyani; Dondy A Setyabudi
JURNAL STANDARDISASI Vol 11, No 1 (2009): Vol. 11(1) 2009
Publisher : Badan Standardisasi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31153/js.v11i1.636

Abstract

Mango is priority commodities in agribussines development. Production that overflow in 2006 achieve 1.621.997million ton with total land harvest 195.503 hectare has potential to developed especially for market exports. Oneof this is gedong mango. Now, volume exports of Indonesian mango only 0,22% from total export, in other sideIndonesia is sixth biggest country mango production in the world. This is caused by quality rules very tight fromexporter country and there is not procedure operational standard (SOP) mango handling from farmer up to readyexport to be barrier for marketing. Research from BB - Pascapanen in 2007 that does handling technology testgedong mango to export can be based for standard operational procedure. With this SOP, can increase qualityand volume export mango gedong. Research shows that handling postharvest process mango gedong to exportincluded harvest with stalk 10 - 15mm, sortasi and grading, waxing with concentration 6%, benomyl 1000ppm andglossy agent 0,125%, packaging with net foam and carton box, temperature adaptation 15°C, 24 hours withstorage in temperature 10°C. With this process during storage 3 weeks, fruits still fresh, expose at temperature 18- 20°C and ripe on weeks 6. During 4 weeks, fruit begins attacked postharvest disease with percentage 20 - 50%.