Isdradjad Setyobudiandi
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB/ Jalan Lingkar Kampus IPB Dramaga (16680)

Published : 8 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE PULAU-PULAU KECIL TAMAN NASIONAL BUNAKEN BERBASIS KERENTANAN N.W. Schaduw, Joshian; Yulianda, Fredinan; G. Bengen, Dietriech; Setyobudiandi, Isdradjad
AgriSains Vol 12, No 3 (2011)
Publisher : FAPETKAN UNTAD

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Mangrove ecosystem has many functions for coastal area, such as, functions of ecology, social and economic. These functions lead to systemic impact toward other coastal ecosystem environment and human life. Through mitigation, this function can be optimized to minimize the degradation of small island environment. This research analyzed the existing condition of mangrove ecosystem, vulnerability of small islands, and also pattern and management strategy of mitigation based on mangrove ecosystem. This research used both primary and secondary data. Primary data was gathered by sampling field observation, questioner, open interview and in-depth interview in the research area. Secondary data was gathered by literature review and from related institutions. Vulnerability index was analyzed using multi dimensional scaling method whereas vulnerability mapping was analyzed by analysis of geographic information system using the software Archieve Project 3.3. The results of this research was the mangrove ecosystem of small islands in Taman Nasional Bunaken needs to be better managing, considering the increasing rate of degradation and threats to these ecosystems. Nain Island was the most vulnerable island toward the threat of damaging ecosystems by human activities and natural factors. Management scheme which can accommodate a variety of problems faced by the mangrove ecosystems of small islands was collaborative management by the government as the leading sector with the highest priority on the management of the ecological dimension. Key words : Management, mangrove ecosystem, small island, vulnerability.
PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE BERBASIS MITIGASI (Kasus Pulau-Pulau Kecil Taman Nasional Bunaken) N.W. Schaduw, Joshian; Yulianda, Fredinan; G. Bengen, Dietriech; Setyobudiandi, Isdradjad
AgriSains Vol 13, No 2 (2012)
Publisher : FAPETKAN UNTAD

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Small islands is an area that is susceptible to various factors. One of the factors influencing the ecological factors. These ecological factors include climate change, sea level rise, natural disasters, abrasion, sedimentation, erosion and pollution. To minimize vulnerability the effectiveness of these coastal ecosystems is urgently needed. This research analyze vulnerability of small island, mangrove ecosystem effectiveness and management strategy of mangrove ecosystem based mitigation. This research use both primary and secondary data primer data was gathered by sampling, field observation, and questioner analysis Vulnerability index was analyzed using multi dimensional scaling method whereas vulnerability mapping was analyzed by analysis of geographic information system using the software Archive project 3.3. Stakeholders analysis was used for patterns and strategic management, through a technique SMART (Simple multi attribute rating technique) using the software Criterium decision plus. The results from this research are Bunaken Island have the highest vulnerability level, followed by the island of Manado Tua, Nain and the lowest Mantehage island. The main factors of vulnerability in small island Bunaken National Park  is the area of mangrove ecosystems. Increased area of mangrove ecosystems will increase the effectiveness of mangrove ecosystems as a buffer zone as well as increase the capacity of these ecosystems on the social, economic, and governance dimension. Management scheme which can accommodate a variety of problems faced by the mangrove ecosystem of small islands is collaborative management by the government as the leading sector, with the highest priority on the management of the ecological dimension. Key words : Management, Mangrove ecosystem, mitigation, small island.
Karakteristik Morfologi Famili Arcidae di Perairan yang Berbeda (Karangantu dan Labuan, Banten) Prasadi, Oto; Setyobudiandi, Isdradjad; Butet, Nurlisa A; Nuryati, Sri
Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 17 No. 1 (2016)
Publisher : Center for Environmental Technology - Agency for Assessment and Application of Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (346.185 KB) | DOI: 10.29122/jtl.v17i1.1462

Abstract

Kekerangan adalah organisme laut yang kosmopolit, mendiami substrat perairan dan bersifat sedenter(bivalvia) sehingga organisme tersebut sangat rentan terpengaruh oleh perubahan lingkungan. DiPerairan Indonesia terdapat beberapa jenis kekerangan. Salah satunya pusat penyebaran danpenangkapan kekerangan di Indonesia adalah Perairan Karangantu dan Labuan, Provinsi Banten. Jeniskekerangan yang dominan di perairan tersebut adalah famili Arcidae. Kondisi lingkungan perairan yangberbeda akan mempengaruhi morfologi dari setiap spesies kekerangan. Penelitian ini bertujuan untukmengidentifikasi morfologi pada famili Arcidae di Perairan Karangantu dan Labuan. Metode penelitianyang digunakan adalah deskriptif komparatif dengan teknik survei. Lokasi penelitian yang dipilih yaituPerairan Karangantu dan Labuan, masing-masing dua stasiun. Setiap stasiun memiliki karakteristikkondisi lingkungan yang berbeda, seperti daerah Muara Sungai dan daerah industri. Sampel kerangdiambil dengan metode sapuan menggunakan alat tangkap kerang (garuk). Sampel dari setiap spesiesditangkap sebanyak 25 individu/stasiun. Setiap spesies memiliki karakteristik morfologi yang berbeda,walaupun beberapa individu memiliki kesamaan ciri morfologi antara satu stasiun dengan stasiun lainnya.Potensi sumberdaya kekerangan di Perairan Karangantu yaitu A. granosa dan A. antiquata, sedangkan diPerairan Labuan yaitu A. granosa, A. scapha dan B. barbata. Secara umum potensi sumberdayakekerangan di provinsi banten yaitu A. granosa dengan ukuran cangkang terbesar di Perairan Lab
KERENTANAN SPESIES NON TARGET (RETAIN) DALAM PERIKANAN TUNA LONGLINE BERBASIS DATA PRODUKTIVITAS DAN SUSCEPTABILITAS Yonvitner, Yonvitner; Boer, Mennofatria; Setyobudiandi, Isdradjad; Tamanyira, Masykur; Habibi, A; Destilawaty, Destilawaty
Techno-Fish Vol 4, No 1 (2020): Techno-Fish
Publisher : Techno-Fish

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25139/tf.v4i1.2241

Abstract

Pemanfaatan ikan tuna begitu intensif sehingga potensial menyebabkan kerentanan.  Namun dalam perikanan multi spesies, kelompok non target (retain) sering tertangkap dalam jumlah lebih besar sehingga turut berpengaruh pada tingkat kerentanyan.  Penelitian yang dilakukan selama 2013 di Bali, Jakarta dan Pelabuhan ratu bertujuan melihat potensi kerentanan tersebut dari alat tangkap longline.  Pendekatan analisis PSA (producitivity dan susceptabilitas) dilakukan pada jenis ikan retain tuna yaitu ikan tenggiri, cakalang (Katsuwonus pelamis), bawal dan Ikan lemadang (Coryphaena hippurus).  Tingkat kerentanan kelompok retain alat longline secara keseluruhan masih rendah dari 1,8 dan dan ikan masih berpotensi berkelanjutan
KERENTANAN SPESIES NON TARGET (RETAIN) DALAM PERIKANAN TUNA LONGLINE BERBASIS DATA PRODUKTIVITAS DAN SUSCEPTABILITAS Yonvitner, Yonvitner; Boer, Mennofatria; Setyobudiandi, Isdradjad; Tamanyira, Masykur; Habibi, A; Destilawaty, Destilawaty
Techno-Fish Vol 4 No 1 (2020): Techno-Fish
Publisher : Universitas Dr Soetomo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25139/tf.v4i1.2241

Abstract

Pemanfaatan ikan tuna begitu intensif sehingga potensial menyebabkan kerentanan.  Namun dalam perikanan multi spesies, kelompok non target (retain) sering tertangkap dalam jumlah lebih besar sehingga turut berpengaruh pada tingkat kerentanyan.  Penelitian yang dilakukan selama 2013 di Bali, Jakarta dan Pelabuhan ratu bertujuan melihat potensi kerentanan tersebut dari alat tangkap longline.  Pendekatan analisis PSA (producitivity dan susceptabilitas) dilakukan pada jenis ikan retain tuna yaitu ikan tenggiri, cakalang (Katsuwonus pelamis), bawal dan Ikan lemadang (Coryphaena hippurus).  Tingkat kerentanan kelompok retain alat longline secara keseluruhan masih rendah dari 1,8 dan dan ikan masih berpotensi berkelanjutan
PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN KAWASAN PESISIR PULAU MIANGAS SEBAGAI PULAU KECIL TERLUAR INDONESIA Nagi, Achmad; Jamaluddin, Jamaluddin; Napitupulu, Gandhi; Nurdjaman, Susanna; Setyobudiandi, Isdradjad; Radjawane, Ivonne Milichristi
Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia Vol 15, No 1 (2023): (Mei) 2023
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jkpi.15.1.2023.%p

Abstract

Pulau Miangas merupakan salah satu pulau terluar yang berbatasan dengan negara Filipina dan terletak di wilayah administratif Kabupaten Kepulauan Talaud di Provinsi Sulawesi Utara. Sumber daya alam yang ada memiliki potensi yang besar untuk pemanfaatan wilayah pesisir dan laut yang dimilikinya. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis potensi, kelayakan dan prioritas komersial untuk pemanfaatan sumber daya pesisir Pulau Miangas. Survei dengan pengamatan secara langsung dan metode wawancara digunakan untuk mengumpulkan data dan informasi. sedangkan metode analisis sistem informasi geografis (SIG) digunakan untuk mengevaluasi kelayakan penggunaan lahan di wilayah pesisir. Melalui empat tahapan analisis yang meliputi penyusunan peta wilayah, matriks cakupan per kategori, pemberian bobot dan scoring, serta analisis spasial. Hasil analisis kesesuaian lahan dengan menggunakan SIG menunjukkan bahwa kawasan pesisir Pulau Miangas memiliki potensi untuk berbagai program pembangunan terkait pengelolaan dan pemanfaatan pesisir, seperti kawasan pemukiman, kawasan budidaya rumput laut, kawasan penangkapan ikan, kawasan budidaya keramba jaring apung, budidaya mutiara dan konservasi terumbu karang.Miangas Island is one of the outermost islands bordering the Philippines and is located in the administrative area of the Talaud Islands Regency in North Sulawesi Province. The existing natural resources have great potential for the utilization of coastal and marine areas. The purpose of this study was to analyze the potential, feasibility and commercial priorities for the utilization of coastal resources of Miangas Island. Direct observation surveys and interview methods were used to collect data and information, while geographic information system (GIS) analysis methods were used to evaluate the feasibility of land use in coastal areas. Through four stages of analysis that include the preparation of area maps, coverage matrix per category, weighting and scoring, and spatial analysis. The results of the land suitability analysis using GIS show that the coastal area of Miangas Island has the potential for various development programs related to coastal management and utilization, such as residential areas, seaweed cultivation areas, fishing areas, floating net cage cultivation areas, pearl cultivation and coral reef conservation.
Reproductive Biology of Scalloped Spiny Lobster (Panulirus homarus Linnaeus, 1758) in Palabuhanratu Bay: Biologi Reproduksi Lobster Pasir (Panulirus homarus Linnaeus, 1758) di Teluk Palabuhanratu Kintani, Novia Indah; Setyobudiandi, Isdradjad; Wardiatno, Yusli
Habitus Aquatica Vol 1 No 1 (2020): Habitus Aquatica : Journal of Aquatic Resources and Fisheries Management
Publisher : Department of Aquatic Resources Management, Faculty of Fisheries and Marine Science, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/HAJ.1.1.1

Abstract

Lobster pasir (Panulirus homarus) adalah salah satu jenis lobster yang banyak dijumpai di Teluk Palabuhanratu. Pengelolaan dengan dasar aspek biologi reproduksi lobster diperlukan dalam menjaga kelestarian sumberdaya lobster pasir di alam. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis beberapa aspek biologi reproduksi dari lobster pasir (Panulirus homarus) di Teluk Palabuhanratu guna mengetahui musim pemijahan dan kondisi penangkapan lobster berkaitan dengan ukuran pertama kematangan seksual (Lm). Penelitian dilaksanakan pada Oktober 2016 hingga Maret 2017. Data yang diamati meliputi panjang karapas dan bobot lobster, selanjutnya dilakukan analisis laboratorium terhadap contoh lobster pasir betina bertelur. Lobster pasir yang diperoleh didominasi oleh dengan panjang karapas 45–50 mm. Ukuran pertama matang kelamin lobster betina sebesar 49,5 mm panjang karapas, dan ukuran pertama kali tertangkap lobster pasir betina dan jantan masing-masing 45,2 mm dan 45,7 mm panjang karapas. Selama bulan pengamatan ditemukan lobster pasir betina bertelur. Fekunditas lobster betina berkisar 25.000 hingga 151.000 butir per individu. Puncak musim pemijahan lobster terjadi pada bulan Oktober.
Gonad maturity of simping Placuna placenta, Linn 1758 (Bivalve: Placunidae) harvested from Kronjo Coastal, Indonesia Yonvitner, Yon; Setyobudiandi, Isdradjad; Dahuri, Rokhmin; Jamilah, Jamilah
Aceh Journal of Animal Science Vol 5, No 1 (2020): July 2020
Publisher : Syiah Kuala University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.13170/ajas.5.1.14930

Abstract

Simping (P. placenta) is a coastalresourcefoundin shallow water with amuddysubstrate.Simping widely used as a source of food and as raw material for the decoration.Utilization ofsimpinguntil now has not yetfocusedonrecruitment, reproductive aspect. This information is important as abasisdata for determining the size of thesimpingcatch. This study aimed to find out about of reproduction aspect, determining sex ratio the size of the catchsimping.This research was conduct for three months at 3 locations.The number of samples in the analysis is 36 species to determine sex ratio and gonad maturity.Sex ratio indifferent from male and female, but based on thetimesex ratio ofsimping significant,both male and female. The lengthsize of gonads shellfish matures form 5.50 cm and 5.85 cm at 2 TKG conditions. Length ofsimpingmature from 6.08 cm, 6.24 cm, 6.45 cm and 7.11 cm dominant at TKG mature stage 3,and 8.61 cm dominant at 4 TKG conditions. Sex ratioreaches6 cm shell length and not significant between males and females (M: F=1;1).It is concluded that thelevel of maturity of gonads increases with increasing of simping size.