This Author published in this journals
All Journal Jurnal Triton
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

NISBAH N/K JERAMI DAN HASIL TIGA VARIETAS PADI (Oryza sativa L.) PADA PEMBERIAN HARA N, P DAN K BERBASIS EKSISTING PETANI Yustisia
JURNAL TRITON Vol 9 No 2 (2018): JURNAL TRITON
Publisher : Politeknik Pembangunan Pertanian Manokwari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sebagian besar petani pada lahan sawah menggunakan hara N, P dan K masing-masing dari pupuk urea, SP 36 dan KCl. Kombinasi takaran NPK, NK, PK and NP diberikan bervariasi oleh petani. Diduga nisbah N/K jerami dan hasil padi bervariasi antara varietas dan bervariasi antara penggunaan kombinasi-kombinasi hara tersebut. Penelitian pot bertujuan untuk mengidentifikasi nisbah N/K jerami dan hasil padi serta menguji efektivitas beberapa kombinasi pemberian hara N, P dan K berbasis teknologi eksisting petani. Penelitian dilaksanakan di rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta pada MK 2009. Penelitian menggunakan Rancangan Split Plot, masing-masing perlakuan diulang 3 kali. Petak Utama terdiri atas 3 perlakuan varietas: IR 64, ciherang and Cimelati. Anak Petak terdiri atas 5 perlakuan kombinasi takaran hara N, P dan K berbasis teknologi eksisting petani sebagai pemberian hara standar (+ NPK): 222,26 kg ha-1 N, 56,80 kg ha-1 P2O5 and 47,67 kg ha-1 K2O; (0 NPK); (0 N + PK); (0 P + NK); and (0 K + NP). Hasil penelitian menunjukkan bahwa nisbah N/K jerami tertinggi dicapai varietas IR 64 dan nisbah tersebut berbeda nyata dengan Ciherang dan Cimelati. Hasil tiga varietas yang diuji berbeda tidak nyata. Karena hasil sama dengan varietas IR 64, varietas Ciherang dan Cimelati dapat dijadikan sebagaivarietas alternatif bagi petani. Hasil tertinggi (77,089 g/pot) dan nilai RAE tertinggi (107,68%) dicapai pada perlakuan (0 P + NK). Nilai RAE tertinggi pada perlakuan (0 P + NK) dicapai varietas Ciherang(121,74%) dan IR 64 (117,07%). Hasil terendah diperoleh pada perlakuan (0 NPK) dan (0 N + PK). Hasil rendah dipengaruhi oleh nisbah N/K jerami yang tidak berimbang akibat pengaruh karakteristik hara eksisting tanah Inceptisol (N rendah, P dan K tinggi). Karena hasil dan nilai RAE lebih tinggi dari N, P dan K eksisting petani, kombinasi takaran 0 P + NK(0 kg P2O5/ha, 222.26 kg N/ha, dan 47.67 kg K2O/ha) dapat dijadikan sebagai pupuk N, P dan K alternatif.
PENINGKATAN NUTRISI BESI DAN SENG DALAM BERAS: BERBASIS JENIS TANAH, PEMUPUKAN BERIMBANG DAN VARIETAS Yuana Juwita; Yustisia
JURNAL TRITON Vol 9 No 2 (2018): JURNAL TRITON
Publisher : Politeknik Pembangunan Pertanian Manokwari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Besi (Fe) dan seng (Zn) dalam beras merupakan alternatif utama sumber nutrisi mikro bagi penduduk di Indonesia. Defisiensi nutrisi ini dapat berakibat terhadap penurunan IQ pada anak-anak dan menimbulkan berbagai penyakit degeneratif pada usia produktif sehingga akan berdampak terhadap penurunan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan nutrisi Fe dan Zn sangat diperlukan karena selain kandungannya dalam beras belum memenuhi kebutuhan asupan harian yang dianjurkan juga sebagai upaya antisipasi konsekuensi dari menurunnya konsumsi beras oleh masyarakat. Rendahnya kandungan gizi Fe dan Zn dalam beras antara lain akibat pengelolaan lahan sawah secara intensif, meliputi pemberian hara NPK terus menerus, tidak berimbang dan berlebihan terutama hara N dan P, hara mikro Fe dan Zn tidak diberikan melalui pupuk buatan dan atau terkuras akibat terangkut melalui tanaman yang dipanen, bahan organik tanah rendah akibat pengabaian pengembalian sisa tanaman, dan penggenangan pada sistem sawah. Faktor-faktor tersebut berakibat terhadap: (1) Fe dan Zn mengendap dan serapannya dalam tanaman rendah jika pemberian P berlebihan, (2) defisiensi Fe jika pemberian N berlebihan akibat tingginya penyerapan N dan meningkatnya laju pertumbuhan, dan (3) Fe menjadi berlebihan, memfiksasi dan menurunkan serapan P atau kurang larut, masing-masing pada pH agak masam atau pada pH netral akibat penggenangan dalam sistem sawah. Penerapan konsepsi pemberian hara NPK berimbang merupakan upaya alternatif untuk mengatasi masalah tersebut namun efisiensinya sangat ditentukan oleh jenis tanah, ketersediaan dan penambahan bahan organik serta varietas. Tanah Inceptisol berpasir dan Vertisol mempunyai tekstur tanah yang berbeda namun keduanya mempunyai sifat-sifat fisika dan kimia tanah yang buruk antara lain stabilitas agregat dan kandungan bahan organik rendah dengan pH tanah netral sampai agak alkalis. Penambahan bahan organik jerami dan pupuk kandang kaya Fe dan Zn berpotensi dalam perbaikan sifat-sifat fisika dan biologi tanah serta sebagai penyedia dan pelarut unsur hara makro dan mikro. Tulisan ini mengulas upaya-upaya alternatif peningkatan nutrisi Fe dan Zn dalam beras antara lain melalui pemupukan anorganik NPK berimbang dan kombinasinya dengan pupuk organik berbasis jerami serta penggunaan varietas padi efisien dalam menyerap dan menggunakan unsur hara. Sampai saat ini ulasan aspekaspek budidaya tersebut telah banyak dilaporkan namun masih terbatas pada produktivitas, belum berorientasi pada kualitas Fe dan Zn dalam beras.
POTENSI HASIL VARIETAS INBRIDA PADI SAWAH IRIGASI (INPARI) DAN LIMBAHNYA SEBAGAI PAKAN TERNAK DI KABUPATEN MUSI RAWAS PROVINSI SUMATERA SELATAN Johanes Amirrullah; Agung Prabowo; Yustisia
JURNAL TRITON Vol 9 No 2 (2018): JURNAL TRITON
Publisher : Politeknik Pembangunan Pertanian Manokwari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Akselerasi diseminasi beberapa Varietas Unggul Baru (VUB) Inpari melalui pengkajian perlu terus dilaksanakan di Provinsi Sumatera Selatan. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui potensi hasil VUB Inpari 15, Inpari 20, Inpari 22 dan VUB Ciherang. Pengkajian dilaksanakan pada bulan Mei-September 2016 di Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan. Varietas introduksi adalah Inpari 15, Inpari 20 dan Inpari 22, sedangkan VUB eksisting petani yaitu Ciherang. Pupuk yang digunakan: urea, SP-36, KCl dan pupuk kandang dengan dosis berturut-turut 250, 150, 150 dan 500 kg/ha. Peubah yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah anakan produktif/rumpun, panjang malai, jumlah gabah isi/malai, jumlah gabah hampa/malai, bobot 1.000 butir dan hasil/ha. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa produksi Inpari 15: 6,48 t GKG/ha), Inpari 20: 7,30 t GKG/ha dan Inpari 22: 7,52 t GKG/ha, sedangkan Ciherang hanya 5,48 t GKG /ha. Hasil VUB Inpari lebih tinggi 18,25 -37,23% dibandingkan VUB Ciherang. Rata-rata potensi limbah yang dihasilkan dari ketiga varietas Inpari tersebut untuk dedak padi 887,5 kg/ha dan bekatul 213,0 kg/ha, sedangkan Ciherang untuk dedak padi 685,0 kg/ha dan bekatul 164,4 kg/ha. Rata-rata potensi limbah yang dihasilkan varietas Inpari lebih tinggi 29,6% dibanding VUB Ciherang. Limbah ini dapat digunakan untuk pakan ternak ayam sebanyak 400 ekor selama 70 hari atau sapi sebanyak 4 ekor selama 90 hari. Keunggulan hasil VUB Inpari didukung oleh jumlah anakan produktif/rumpun dan jumlah gabah isi/malai terbanyak. Komponen pertumbuhan dan komponen hasil lainnya masing-masing tinggi tanaman serta panjang malai dan bobot 1.000 butir tidak menentukan hasil. VUB Inpari 15, Inpari 20 dan Inpari 22 berpeluang dikembangkan di Kabupaten Musi Rawas untuk menggantikan VUB Ciherang.