Selma Siahaan
Puslitbang Humaniora dan Manajemen Kesehatan Jl. Indrapura 17 Surabaya, Indonesia

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

GAMBARAN SITUASI KERASIONALAN PENGGUNAAN OBAT DI INDONESIA Siahaan, Selma
SOCIAL CLINICAL PHARMACY INDONESIA JOURNAL Vol 3, No 2 (2018)
Publisher : Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52447/scpij.v3i2.1148

Abstract

Penggunaan obat rasional memiliki peran strategis untuk menurunkan angka kesakitan dan angka kematian masyarakat karena obat merupakan komponen utama dalam pengobatan penyakit. Tujuan dari kerasionalan penggunaan obat adalah “Untuk menjamin pasien mendapatkan pengobatan yang sesuai dengan kebutuhannya, dengan dosis yang tepat, untuk periode waktu yang adekuat dengan harga yang terjangkau”. Tulisan ini bertujuan untuk memperlihatkan gambaran situasi kerasionalan penggunaan obat di Indonesia. Metode studi merupakan kajian terhadap survey nasional yang dilakukan  Badan Litbang Kesehatan Kemenkes terkait penggunaan obat baik di masyarakat maupun di puskesmas dan rumah sakit. Sumber data dan informasi adalah Riset Kesehatan Daerah (Riskesdas)(2013), Studi penggunaan antibiotik di Indonesia (2014 sd 2015) dan Survey Indikator Kesehatan Nasional (Sirkesnas)(2016). Metode study ke 3 penelitian tersebut adalah potong lintang dan survey dilakukan di seluruh kota dan kabupaten di Indonesia. Hasilnya situasi penggunaan obat rasional di Indonesia masih jauh dari harapan, baik di masyarakat maupun di puskesmas dan rumah sakit. Untuk itu pemerintah perlu melakukan upaya yang komprehensif serta melibatkan seluruh stakeholders antara lain dengan melakukan edukasi dini secara terus menerus dan komprehensif kepada masyarakat serta melakukan monitoring dan evaluasi yang intensif dengan disertai intervensi yang dibutuhkan.
Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Masyarakat dalam Memilih Obat yang Aman di Tiga Provinsi di Indonesia Siahaan, Selma; Usia, Tepy; Pujiati, Sri; Tarigan, Ingan Ukur; Murhandini, Sri; Isfandari, Sitti; Tiurdinawati, Tiurdinawati
Jurnal Kefarmasian Indonesia VOLUME 7, NOMOR 2, AGUSTUS 2017
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/jki.v7i2.3492

Abstract

Medicine is an important component that cannot be replaced in health service. Indonesia National Agency of Drug and Food Control conducted survey to assess knowledge, attitude, and practice (KAP) of communities on selecting safe and quality medicines. The aim of the study is to get description KAP of community in choosing a safe medicine. Data were collected in West Java, DKI Jakarta, and South East Sulawesi. Sampling calculation use probability proportional to size sampling and census block. There were 1271 households as samples that analysed. Data results were analysed using descriptive and index analysis. Knowledge relates to criteria of quality medicines, rules for antibiotics use, and medicines logo. Attitude relates to how to select over the counter medicines, reasons of taking traditional medicines, and opinion about giving half dose of adults medicines to children. Practice relates to source of medicines information, the way to buy prescribe medicines, and reading label information. The results showed that KAP of communities on selecting safe and quality medicines close to 50%. According to score of index analysis are 4.65 (1 to 10 scale), it is recommended that information, education, and communication has to be delivered to communities intensively and continuously by the government.
Tradisi Masyarakat dalam Penanaman dan Pemanfaatan Tumbuhan Obat Lekat di Pekarangan Sari, Ida Diana; Yuniar, Yuyun; Siahaan, Selma; Riswati, Riswati; Syaripuddin, Muhamad
Jurnal Kefarmasian Indonesia VOLUME 5, NOMOR 2, AGUSTUS 2015
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/jki.v5i2.3695

Abstract

Home yard has been used to plant certain medicinal plants, also as known as TOGA program. This research was aimed to study the implementation of TOGA program and community tradition in planting and using medicinal plants. A qualitative research was conducted in West Java, Central Java, East Java and Bali which based on National Basic Health Research 2010 data had the highest percentage of jamu usage. Data was collected in 2011 through in depth interview and focus group discussion with related stakeholder and observation in research location. Result in Bogor district showed TOGA program has been included in Family Welfare Development Program and similar program was also developed in some villages. There was no certain TOGA program in Karanganyar, Sumenep and Gianyar districts. TOGA program in Karanganyar was inserted in other program due to economic needs while in Gianyar the program was originated from ornamental plants. The community usually used medicinal plants for the prime medication before going to health facility. Planting medicinal plants is an inherited tradition where parents become the main source of planting and usage information. The Agriculture Office and village officials had more significant roles to guide the community while the Health office only suggested or monitored them.
Praktik Peracikan Puyer untuk Anak Penderita Tuberkulosis di Indonesia Siahaan, Selma; Mulyani, Ully Adhie
Kesmas Vol. 8, No. 4
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Masih banyak ditemukan resep obat antituberkulosis anak dengan kombinasi beberapa obat dalam racikan puyer yang tidak sesuai standar program pemberantasan tuberkulosis (TB) paru Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Studi ini bertujuan untuk mengetahui situasi dan permasalahan berhubungan praktik peresepan puyer sebagai obat anti tuberkulosis (OAT). Pada periode Mei hingga Desember tahun 2009, penelitian diawali dengan pengukuran persentase peracikan OAT dalam bentuk puyer, dilanjutkan dengan penelitian kualitatif eksploratif. Data dikumpulkan dari rumah sakit, puskesmas, apotek dan dinas kesehatan di Jakarta, Bandung, Medan, dan Makassar. Pada tiap fasilitas kesehatan, 30 sampel resep pengobatan diambil untuk pasien tuberkulosis anak usia 1 - 12 tahun. Kemudian dilakukan wawancara mendalam terhadap dokter anak, apoteker, keluarga pasien, dan pegawai dinas kesehatan yang terkait. Penelitian menemukan persentase peracikan OAT adalah 25% untuk campuran rifampicin dan isoniazid, dan 18% untuk campuran rifampicin, isoniazid, dan pyrazinamid. Semua informan menyadari bahwa praktik peracikan puyer tergolong pengobatan yang irasional, tetapi situasi yang mereka hadapi membuat mereka terus meresepkan dan membuat peracikan puyer. Ketersediaan fixed dose combination (FDC) yang rendah untuk OAT serta harga yang mahal menjadi alasan utama. Pemerintah dan organisasi profesi perlu meningkatkan pembinaan secara terus menerus kepada tenaga kesehatan berhubungan serta meningkatkan akses masyarakat terhadap FDC untuk tuberkulosis anak. There are still many practices of treating sick children with a mixture of several medicines for children suffering from tuberculosis, called it “puyer”. It is not following the standard from Ministry of Health. This study explored the complex situation dealing with the practice of compounded medicines. It was innitially by assessment the percentage of “puyer” prescription, and followed by the qualitative study, from May to December 2009. Data were collected from hospitals, primary health cares and pharmacies in Jakarta, Bandung, Medan, and Makassar. From every health cares facilities, 30 prescriptions were collected for children age 1 to 12 years old. Then, we conducted in-depth interviews with pediatricians, pharmacist, patients’ families and health officers about “puyer” prescription for children. The prevalence of prescription consists of “puyer” for children were 25% for isoniazid and rifampicin and 18% for isoniazid, pyrazinamid, and rifampicin. All informants knew “puyer” prescription is irrational, because the complex situation they faced they continued to give “puyer” to patients. Low availability and high price of fixed doses combination (FDC) are main reasons. The government and association of doctors/pharmacist should enforce discipline to their member to obey therapy standard. The government should improve access to FDC medicines for children suffering tuberculosis.