Kade Sidiyasa
Unknown Affiliation

Published : 8 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

ECOLOGICAL CONDITIONS AND DISTRIBUTION OF GEMOR TREE SPECIES IN CENTRAL AND EAST KALIMANTAN Adinugroho, Wahyu C.; Sidiyasa, Kade; Rostiwati, Tati; Syamsuwida, Dida
Indonesian Journal of Forestry Research Vol 8, No 1 (2011): Journal of Forestry Research
Publisher : Secretariat of Forestry Research and Development Agency

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The aim of this study was to determine the ecological conditions and distribution of gemor bark producing tree species at Tuanan village in Kapuas District, Central Kalimantan Province and Long Daliq village in Kutai Barat, East Kalimantan Province. In order to collect adequate vegetation data, several obser vation plots were laid out by using purposive sampling. Primary and secondary data were collected from the plot areas by obser ving directly the habitat and its ecological condition of vegetation. It was revealed that the gemor tree species tended to grow well on the habitats which have a thin layer of peat (< 2 m), pH 3 – 4 and in a humid climatic condition.  Two gemor bark producing tree species were identidfied in the study areas, namely Nothaphoebe coriacea (Kosterm.) Kosterm. and  N. umbelliflora Blume. The similarity level of vegetation composition at both sites (Kapuas and Kutai Barat Districts) was low. The tree species richness in the plot areas of Tuanan in Kapuas District, Central Kalimantan (82 species, 57 genera and 28 families) was higher than that found in Long Daliq, Kutai Barat District, East Kalimantan (38 species, 26 genera and 19 families).
ECOLOGICAL CONDITIONS AND DISTRIBUTION OF GEMOR TREE SPECIES IN CENTRAL AND EAST KALIMANTAN Adinugroho, Wahyu C.; Sidiyasa, Kade; Rostiwati, Tati; Syamsuwida, Dida
Indonesian Journal of Forestry Research Vol 8, No 1 (2011): Journal of Forestry Research
Publisher : Secretariat of Forestry Research and Development Agency

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/ijfr.2011.8.1.50-64

Abstract

The aim of this study was to determine the ecological conditions and distribution of gemor bark producing tree species at Tuanan village in Kapuas District, Central Kalimantan Province and Long Daliq village in Kutai Barat, East Kalimantan Province. In order to collect adequate vegetation data, several obser vation plots were laid out by using purposive sampling. Primary and secondary data were collected from the plot areas by obser ving directly the habitat and its ecological condition of vegetation. It was revealed that the gemor tree species tended to grow well on the habitats which have a thin layer of peat (< 2 m), pH 3 – 4 and in a humid climatic condition.  Two gemor bark producing tree species were identidfied in the study areas, namely Nothaphoebe coriacea (Kosterm.) Kosterm. and  N. umbelliflora Blume. The similarity level of vegetation composition at both sites (Kapuas and Kutai Barat Districts) was low. The tree species richness in the plot areas of Tuanan in Kapuas District, Central Kalimantan (82 species, 57 genera and 28 families) was higher than that found in Long Daliq, Kutai Barat District, East Kalimantan (38 species, 26 genera and 19 families).
STRUKTUR DAN KOMPOSISI TEGAKAN SERTA KEANEKARAGAMANNYA DI HUTAN LINDUNG SUNGAI WAIN, BALIKPAPAN, KALIMANTAN TIMUR Sidiyasa, Kade
Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Vol 6, No 1 (2009): Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Hutan Lindung Sungai Wain merupakan satu-satunya sisa kawasan hutan yang masih dalam kondisi sangat baik di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur. Beberapa penelitian telah dilakukan di tempat ini, namun masih banyak hal yang harus diteliti dan diketahui untuk kegiatan konservasi dan pengelolaan kawasan, demi perbaikan lingkungan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi ekologi kawasan, khususnya yang berhubungan dengan struktur dan komposisi tegakan hutan serta keanekaragamannya. Pengumpulan data dilakukan dengan membuat sembilan petak sampel yang masing-masing berukuran 200 m x 20 m, dengan luas total 3,6 ha. Semua pohon berdiameter batang  setinggi  dada  (dbh)  ≥  10  cm  yang  berada  di  dalam  petak  cuplikan  dicatat,  diukur,  dan diidentifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi tegakan di Hutan Lindung Sungai Wain dicirikan oleh tingkat kerapatan pohon yang rata-rata mencapai 532,50 pohon/ha dan luas bidang dasar20,57 m²/ha. Dalam seluruh petak cuplikan terdapat sebanyak 385 pohon, termasuk dalam 143 marga dan49 suku. Berdasarkan jumlah spesies dalam setiap suku, maka Euphorbiaceae merupakan suku yang paling dominan yang terdiri atas 47 jenis. Berdasarkan besarnya indeks nilai penting setiap spesies, maka Shorea laevis Ridl. merupakan jenis yang paling dominan, diikuti oleh Madhuca kingiana (Brace) H.J. Lam, Gironniera nervosa Planch., dan Eusideroxylon zwageri Teijsm. & Binnend. Keanekaragaman vegetasi secara umum dicirikan oleh perbedaan asosiasi penyusun tegakan pada setiap petak dan nilai indeks kesamaan komposisi antar tegakan yang rendah, yakni bervariasi antara 14,6% dan 33,1%.
STRUKTUR DAN KOMPOSISI VEGETASI HABITAT BEKANTAN (Nasalis larvatus Wurmb. ) PADA HUTAN MANGROVE DI BAGIAN HILIR SUNGAI WAIN KALIMANTAN TIMUR Noorhidayah, Noorhidayah; Sidiyasa, Kade; Ma’ruf, Amir
Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Vol 4, No 2 (2007): Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Struktur dan komposisi vegetasi hutan mangrove habitat bekantan (Nasalis larvatus Wurmb.) di bagian hilir Sungai Wain, Kalimantan Timur menunjukkan bahwa pada habitat bekantan ini kondisi hutannya sudah sangat rusak yang ditandai oleh rendahnya tinggi tajuk teratas dari tegakan, rendahnya tingkat kerapatan pohon, dan rapatnya semak dan tumbuhan bawah yang menutupi lantai hutan.  Komposisi vegetasi terdiri dari 22 jenis pohon yang termasuk ke dalam 20 marga dan 18 suku, serta 18 jenis tumbuhan bawah yang berupa herba, tumbuhan merambat, paku-pakuan, palem, dan pandan.   Berdasarkan besarnya indeks nilai penting (INP),   tingkat pohon didominasi oleh Heritiera littoralis Aiton, pada tingkat pancang juga didominasi oleh Heritiera littoralis Aiton yang berasosiasi dengan Pouteria obovata (R.Br.) Baehni, sedangkan pada tingkat semai didominasi oleh Dillenia suffruticosa (Griff.) Mart.).  Sonneratia caseolaris (L) Engl. merupakan salah satu jenis pohon sebagai sumber pakan bagi bekantan selain satu jenis paku- pakuan yakni Acrostichum aureum Linn. 
KARAKTERISTIK VEGETASI HABITAT BEKANTAN (Nasalis larvatus Wurmb) DI DELTA MAHAKAM, KALIMANTAN TIMUR Atmoko, Tri; Sidiyasa, Kade
Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Vol 5, No 4 (2008): Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Penelitian tentang karakteristik vegetasi pada habitat bekantan (Nasalis larvatus Wurmb) di Delta Mahakam, Kalimantan Timur dilakukan dengan menggunakan metode jalur berpetak yang dibuat sejajar dengan tepi sungai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada habitat bekantan terdapat sebanyak 46 jenis tumbuhan yang termasuk ke dalam 44 marga dan 31 suku. Sonneratia caseolaris (L.) Engl. merupakan jenis pohon yang paling dominan pada vegetasi tingkat pohon, tiang, dan semai, masing-masing dengan Indeks Nilai Penting (INP) 262,7%, 113,6%, dan 60,3%; sedangkan vegetasi pada tingkat pancang didominasi oleh Hibiscus tiliaceus L. dengan INP sebesar 70,0%. Jenis-jenis pohon yang paling umum digunakan oleh bekantan untuk beraktivitas, yakni makan, tidur, dan istirahat adalah S. caseolaris (L.) Engl. dan Heritiera littoralis Dryand. Sedangkan jenis-jenis tumbuhan yang menjadi sumber pakan bagi bekantan adalah S. caseolaris (L.) Engl., Syzygium sp., Uncaria sp., Premna corymbosa (Burm. f.) Rottl. & Willd., Vitex pinnata L., H. littoralis Dryand., Caesalpinia sp., Derris spp. (2 jenis), dan Barringtonia sp.
ASPEK EKOLOGI NYAMPLUNG (Calophyllum inophyllum L.) DI HUTAN PANTAI TANAH MERAH, TAMAN HUTAN RAYA BUKIT SOEHARTO Mukhlisi, Mukhlisi; Sidiyasa, Kade
Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Vol 8, No 4 (2011): Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang beberapa aspek ekologi pohon nyamplung (Calophyllum inophyllum L.). Penelitian dilakukan di hutan pantai Tanah Merah, Taman Hutan Rakyat Bukit Soeharto, Kalimantan Timur pada bulan Juni 2009. Pembuatan petak-petak cuplikan ditetapkan secara sengaja (purposive sampling) yang masing-masing berukuran 20 x 20 m, dengan luas keseluruhan 0,44 ha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tegakan ini, selain pada tingkat pohon (INP= 90,11% ), nyamplung juga mendominasi pada tingkat tiang (INP= 140,06%) dan semai (INP= 85,85%). Sedangkan pada tingkat pancang didominasi oleh Dillenia suffruticosa (Griff.) Martelli (INP= 135,98%). Pohon nyam-plung memiliki asosiasi terkuat dengan Pouteria obovata (R. Brown) Baehni, hal ini ditunjukkan  dengan nilai indeks Ochiai, Dice, dan Jaccard yang mendekati satu. Berkaitan dengan kondisi lingkungan fisik, suhu udara pada tegakan nyamplung berkisar 25,4-31,70C, kelembaban udara 75-97% dan curah hujan rata-rata 2.000-2.500 mm/tahun, sedangkan komposisi tanahnya sebagian besar didominasi oleh tekstur pasir dengan pH 6,1-7,3.
ECOLOGICAL CONDITIONS AND DISTRIBUTION OF GEMOR TREE SPECIES IN CENTRAL AND EAST KALIMANTAN Wahyu C. Adinugroho; Kade Sidiyasa; Tati Rostiwati; Dida Syamsuwida
Indonesian Journal of Forestry Research Vol 8, No 1 (2011): Journal of Forestry Research
Publisher : Secretariat of Agency for Standardization of Environment and Forestry Instruments

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/ijfr.2011.8.1.50-64

Abstract

The aim of this study was to determine the ecological conditions and distribution of gemor bark producing tree species at Tuanan village in Kapuas District, Central Kalimantan Province and Long Daliq village in Kutai Barat, East Kalimantan Province. In order to collect adequate vegetation data, several obser vation plots were laid out by using purposive sampling. Primary and secondary data were collected from the plot areas by obser ving directly the habitat and its ecological condition of vegetation. It was revealed that the gemor tree species tended to grow well on the habitats which have a thin layer of peat (< 2 m), pH 3 – 4 and in a humid climatic condition.  Two gemor bark producing tree species were identidfied in the study areas, namely Nothaphoebe coriacea (Kosterm.) Kosterm. and  N. umbelliflora Blume. The similarity level of vegetation composition at both sites (Kapuas and Kutai Barat Districts) was low. The tree species richness in the plot areas of Tuanan in Kapuas District, Central Kalimantan (82 species, 57 genera and 28 families) was higher than that found in Long Daliq, Kutai Barat District, East Kalimantan (38 species, 26 genera and 19 families).
KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN BERKHASIAT OBAT DI TAMAN NASIONAL KUTAI, KALIMANTAN TIMUR Noorhidayah Noorhidayah; Kade Sidiyasa
Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol 2, No 2 (2005): JURNAL ANALISIS KEBIJAKAN KEHUTANAN
Publisher : Centre for Research and Development on Social, Economy, Policy and Climate Change

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1126.672 KB) | DOI: 10.20886/jakk.2005.2.2.115-128

Abstract

Sebagian besar (49%) dari tumbuhan obat yang teridentifikasi ada di kawasan Taman Nasional Kutai tersebut adalah berupa jenis pohon, sedangkan herba yang selama ini sudah banyak dikenal sebagai sumber utama produksi bahan obat-obatan tradisional hanya mencapai 10%.  Dilihat dari bagian tumbuhan yang digunakan maka penggunaan daun merupakan yang terbanyak yakni dihasilkan oleh 53 jenis, diikuti oleh penggunaan kulit batang (37 jenis) dan akar atau umbi (35 jenis).  Kegiatan sosialisasi dan pengembangan tumbuhan obat di kawasan Taman Nasional dan sekitarnya dengan melibatkan semua instansi terkait, terutama masyarakat setempat dapat merupakan satu upaya positif dalam mendukung program konservasi.