Khirpal Fikri
Pascasarjana UIN Imam Bonjol Padang

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Perempuan dalam Pendidikan Islam di Kerinci: Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren Nurul Haq Semurup 1982-2002 Khirpal Fikri; Saifullah S.A; Nelmawarni Nelmawarni
Islamika : Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman Vol. 21 No. 02 (2021): Islamika: Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kerinci, Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32939/islamika.v21i02.1028

Abstract

Kerinci mempunyai sosok perempuan yang berperan di dunia pendidikan Islam yaitu Rafi’ah Karim, Ruqiyah Karim dan Kahdijah Maris. Ketiganya berperan melalui pendirian Pondok Pesantren Nurul Haq Semurup yang didirikan pada tahun 1982. Mereka membagi peran dalam pembangunan pesantren dimana Rafi’ah Karim sebagai pelaksana di lapangan, Ruqiyah Karim sebagai penyuplai dana dan iformasi pesantren, sedangkan Khadijah Maris sebagai pengurus administrasi serta sebagai tenaga pengajar. Peran pesantren Nurul Haq terhadap pendidikan Islam di Kerinci ialah selain sebagai penyedia layanan pendidikan, dalam kurun waktu 1982-2002 pesantren juga berperan di beberapa bidang seperti sosial, keagamaan dan kemasyarakatan, diantaranya sebagai pembuka jalan bagi pesantren-pesantren modern lainnya di Kerinci, bekerja sama dengan ulama setempat untuk perbaikan akhlak masyarakat seperti fenomena kenakalan remaja, konsumsi minuman keras dan judi sabung ayam pada masyarakat sekitar. Melalui kerja sama dengan ulama dan masyarkat sekitar pesantren juga mensosialisasikan penggunaan hijab secara syar’i kepada beberapa golongan masyarakat yang belum mengenakan hijab sesuai ketentuan Islam.
ANWAR IBRAHIM: NAIK-TURUN KARIR POLITIK HINGGA HUBUNGAN UNIK DENGAN MAHATHIR MOHAMMAD Khirpal Fikri
Hadharah: Jurnal Keislaman dan Peradaban Vol 14, No 1 (2020): Hadharah: Jurnal Keislaman dan Peradaban
Publisher : UIN Imam Bonjol Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15548/h.v14i1.1320

Abstract

Pengunduran diri Mahathir Muhammad dari jabatan Perdana Menteri Malaysia pada Februari 2020 menyulut kembali api lama perseteruannya dengan Anwar Ibrahim. Setelah mengalami masa “gencatan senjata” selama 2 tahun akhirnya babak baru pertempuran keduanya pun terbuka. Seakan keduanya telah ditakdirkan untuk saling berseberangan mengingat panjangnya sejarah pertempuran politik diantara keduanya. Namun tidak seperti pertempuran-pertempuran sebelumnya, pertempuran kali ini berakibat kerugian bagi keduanya. Hadirnya variable baru berupa Muhyidin Yasin mengakibatkan tak satupun tujuan diantara keduanya yang tercapai. Keduanya saling mengklaim bahwa mereka dikhianati, Anwar merasa dikhianati oleh Mahathir sedangkan Mahathir menyatakan bahwa ia telah dikhianati oleh Muhyidin Yasin. Drama pengkhianatan ini seharusnya tidak terjadi mengingat ketiganya berasal dan berjuang dibawah paying yang sama pada Pemilu 2018 lalu yaitu dibawah koalisi Pakatan Harapan.