Yogi Noviadi
Marine Geological Institute of Indonesia, Jl. DR. Junjunan No. 236, Telp. 022 603 2020, 603 2201, Faksimile 022 601 7887, Bandung

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

LAND-SEA INTERACTIONS IN COASTAL WATERS OFF NE KALIMANTAN: EVIDENCE FROM MICROFAUNAL COMMUNITIES Kresna Tri Dewi; Noor C.D. Aryanto; Yogi Noviadi
BULLETIN OF THE MARINE GEOLOGY Vol 22, No 1 (2007)
Publisher : Marine Geological Institute of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2687.123 KB) | DOI: 10.32693/bomg.22.1.2007.1

Abstract

Microfauna (ostracoda and foraminifera) as component of sediments has been used to detect the dynamics of sea floor condition in NE Kalimantan, particularly off Nunukan and Sebatik Islands. In general, the microfaunal components tend to increase (both number of species and specimens) from near shore to the open sea. The microfauna occur rarely at locations surrounding the islands due to high content of plant remains from the land. The marine origin of microfaunas occurs very abundantly in the inner part of the study area between Tinabasan and Nunukan Islands. This finding is interested due to their occurrence as unusual forms: brownish shells, broken and articulated ostracod carapaces. Additional interested findings are: the incidence of abraded test of Elphidium, the occurrence of dominant species of both ostracoda and foraminifera at some stations; various morphological forms of foraminiferal genus, Asterorotalia that reaches about 1% and distributed in the open sea. The various unusual forms may relate to the dynamics of local environmental changes such as postdepositional accumulation in the sediment, biological activities, and drift currents from open sea to landward. Keywords: Ostracoda, Foraminifera, North East Kalimantan, land-sea interaction Mikrofauna (ostracoda dan foraminifera), sebagai komponen sedimen dapat digunakan untuk mendeteksi dinamika kondisi dasar laut di Kalimantan Timur, tepatnya di sekitar Pulau Nunukan dan Sebatik. Secara umum, komponen mikrofauna cenderung bertambah (baik dalam jumlah spesies maupun spesimen) dari perairan sekitar pantai ke arah laut lepas. Mikrofauna yang ditemukan sangat jarang di lokasi sekitar pulau-pulau disebabkan oleh keterdapatan sisa-sisa tanaman dari daratan. Mikrofauna asal lautan ditemukan sangat melimpah di bagian dalam daerah penelitian antara Pulau Tinabasan dan Nunukan. Temuan ini sangat menarik karena adanya bentukan abnormal: cangkang berwarna kecoklatan, rusak dan cangkang ostracoda berbentuk tangkupan. Temuan tambahan yang juga menarik adalah: keterdapatan cangkang Elphidum yang rusak, keterdapatan beberapa spesies ostracoda dan foraminifera secara dominan di titik lokasi tertentu, dan kenampakan morfologi yang bervariasi dari genus foraminifera, Asterorotalia, yang mencapai 1% dan tersebar di laut lepas. Berbagai bentukan abnormal tersebut kemungkinan berkaitan dengan dinamika kondisi lingkungan setempat seperti akumulasi setelah pengendapan dalam sedimen, aktivitas biologis dan alur arus dari laut terbuka kearah daratan. Kata kunci: ostracoda, foraminifera, Kalimantan Timur, interaksi daratan-lautan
THE SEAFLOOR MORPHOLOGHY OF SUNDA STRAIT FOR LAYING THE UNDERWATER CABLES Yogi Noviadi
BULLETIN OF THE MARINE GEOLOGY Vol 25, No 2 (2010)
Publisher : Marine Geological Institute of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (500.327 KB) | DOI: 10.32693/bomg.25.2.2010.29

Abstract

The coastal and offshore areas around the Sunda Strait will be developed to be a submarine cable corridor connecting between Java and Sumatra Islands. There are some requirements that should be considered before laying the underwater cables. One of these considerations is to understand the seafloor morphology of the Sunda Strait. The study was conducted based on six of track lines with 1 km line spacing and 4 Cross lines. The water depth obtained then was corrected to the depth of water from the Lowest Water Level (LWL). The seabed condition in the near shore area of Sumatra side is very flat and is influenced by 2 km offshore tide activity. The coast line is characterized by mangrove and fine fraction of sediments (mud and clay). At the Java side, the coastal morphology is characterized by the very steep slope and most of the area is occupied by the industrial activities. Keywords: seafloor morphology, under water cables, Sunda Strait Area pantai dan perairan Selat Sunda akan dikembangkan sebagai bagian dalam penempatan kabel bawah laut yang menghubungkan Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Rencana penempatan kabel bawah laut ini membutuhkan beberapa persyaratan teknis yang harus dipertimbangkan. Salah satu pertimbangan untuk peletakan kabel bawah laut adalah memahami morfologi dasar laut selat Sunda. Penelitian dilakukan berdasarkan 6 lintasan pemeruman dengan jarak antar lintasan 1 km, dan 4 lintasan memotong lintasan utama. Kedalaman laut yang diperoleh kemudian dikoreksi dengan muka laut terendah. Kondisi permukaan dasar laut di sisi pantai Sumatra sangat datar serta sejauh 2 km ke arah laut lepas masih dipengaruhi oleh aktifitas pasang surut. Garis pantainya dicirikan oleh tanaman bakau dan fraksi sedimen halus (lumpur dan lempung). Pada sisi Jawa, morfologi pantai dicirikan oleh kemiringan lereng yang curam dan kebanyakan area ditempati oleh aktivitas industri. Kata kunci: morfologi dasar laut, kabel bawah laut, Selat Sunda
CHARACTERISTIC OF SHALLOW SUBSURFACE LITHOLOGY BASED ON GROUND PROBING RADAR DATA INTERPRETATION AT TEMAJU COAST, SAMBAS DISTRICT, WEST KALIMANTAN PROVINCE Yogi Noviadi
BULLETIN OF THE MARINE GEOLOGY Vol 29, No 2 (2014)
Publisher : Marine Geological Institute of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (998.656 KB) | DOI: 10.32693/bomg.29.2.2014.66

Abstract

In order to know the subsurface lithology characteristic at Temaju coast, the Ground Probing Radar (GPR) detection have been carried out. The detection was done along the coast around 11 GPR track line. The equipment which was used are SIR III with 270 MHz antenna. Based on the analysis results of GPR image data which were correlated with the exposed of surface lithology and core drilling log, show that the maximum penetration is about 10 m with the lithology composition as follow: the upper most layer is characterized by sand deposits with about 2 – 3 m width. Below the sand layer is characterized by coral limestone and sandstone. Keywords: subsurface lithology, ground penetrating radar, Temaju Coast Untuk mengetahui karakteristik litologi bawah permukaan di sekitar pantai Temaju, telah dilakukan penditeksian dengan mempergunakan metoda Ground Probing Radar (GPR). Penditeksian telah dilakukan pada sekitar 11 panjang lintasan di sepanjang pantai. Peralatan yang dipergunakan terdiri dari SIR III dengan antenna 270 MHz. Berdasarkan hasil analisis data citra GPR yang dikorelasikan dengan singkapan litologi permukaan dan log pemboran inti, memperlihatkan bahwa penetrasi masimum sekitar 10 m dengan urutan litologi sebagai berikut: lapisan paling atas dicirikan oleh pasir dengan ketebalan sekitar 2-3m. Di bawah lapisan pasir dicirikan oleh batuan gamping terumbu karang dan batu pasir Kata kunci: litologi bawah permukaan, “Ground Probing Radar”, Pantai Temaju
INVESTIGATION OF GROUND PENETRATING RADAR FOR DETECTION OF ROAD SUBSIDENCE NORTHCOAST OF JAKARTA, INDONESIA Kris Budiono; Yogi Noviadi
BULLETIN OF THE MARINE GEOLOGY Vol 27, No 2 (2012)
Publisher : Marine Geological Institute of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3687.089 KB) | DOI: 10.32693/bomg.27.2.2012.48

Abstract

A survey of Ground Penetrating Radar (GPR) was conducted in the coastal zone of northern part of Jakarta, Indonesia. The purpose of this survey was to provide the subsurface of coastal Quaternary sedimentary features and stratigraphy disturbances associated with induce post road subsidence 2009. The possibility of subsurface lithology disturbance shown by the GPR record. This record resulted from GPR methods using SIR system 20 GSSI, 270 MHz and 400 MHz and MLF 3200 transducer. The method is a promising tool for resolving changes of physical properties in subsurface lithology condition at the natural scale due to composition changes of physical properties.The reflection data resulted that GPR can distinguish between image the basic geometry forms such as lithology , structure geology , soil and subsurface utilities condition Keywords: Quaternary geology, Jakarta subsidence northern road 2009, Ground Penetrating Radar Penyelidikan “Ground Penerating Radar” (GPR) telah dilaksanakan di kawasan pantai utara Jakarta Utara, Indonesia. Tujuan dari penyelidikan GPR ini adalah untuk melihat kondisi sedimen Kuarter bawah permukaan dan gangguan stratigrafi sehubungan dengan penurunan jalan raya pada tahun 2009. Kemungkinan gangguan terhadap litologi bawah permukaan terlihat pada rekaman GPR. Hasil rekaman metoda GPR mempergunakan model SIR 20 GSSI, transduser 270MHz, 400 MHz dan MLF 3200.Metoda GPR merupakan alat bantu yang cukup menjanjikan untuk melihat perubahan sifat fisik litologi bawah permukaan pada skala sebenarnya yang disebabkan oleh perubahan komposisi sifat fisiknya. Hasil refleksi data GPR dapat membedakan bentuk dasar geometri seperti litologi, struktur geologi, kondisi utilitas bawah permukaan. Kata kunci : Geologi Kuarter, Penurunan jalan utara Jakarta 2009, Ground Penetrating Radar
POTENTIAL HAZARDS OF SEDIMENT IN KENDARI BAY, SOUTHEAST SULAWESI Nur Adi Kristanto; Yogi Noviadi; Purnomo Raharjo
BULLETIN OF THE MARINE GEOLOGY Vol 23, No 1 (2008)
Publisher : Marine Geological Institute of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (901.029 KB) | DOI: 10.32693/bomg.23.1.2008.8

Abstract

Kendari bay is located in front of Kendari city. There are two harbors in the inner part of bay which very important to support economic activities such as shipping and passenger transportation. The result of coastal characteristic mapping and physical oceanography survey show various coastal morphology, vegetation, weathering processes, sedimentation, currents, and water depth and sea floor morphology. Kendari bay is an enclosed bay; the area is wide in the inner part and narrow in mouth of bay (outlet), the morphology look like a bottle’s neck. Numerous mouth rivers are concentrate around the bay. The rivers load material from land since erosion on land is intensive enough. There is indication that sediment supplies from land trough river mouth not equivalent with outlet capacity. Sediment load is trapped in the inner bay caused the outlet morphology. So high sediment rate play an important role in the process of shallow of water depth in Kendari bay. This condition make the Kendari bay is a prone area of sediment hazard due to height rate of sedimentary process. Therefore, to anticipate the hazards, precaution should be taken related to the Kendari bay as the center of activities in southeast of Sulawesi. The further survey is needed such as marine geotechnique and on land environmental to collect data, which can be used as database for development planning. Key words: Potential hazard, sediment, Kendari Bay Teluk Kendari terletak di bagian depan kota Kendari. Di bagian dalam teluk terdapat 2 pelabuhan yang sangat penting untuk menunjang kegiatan ekonomi seperti perikanan dan transportasi. Hasil pemetaan karakteristik pantai dan penyelidikan oseanografi memperlihatkan kondisi morfologi pantai, vegetasi, proses pelapukan, sedimentasi, arus, kedalaman air laut dan morfologi dasar laut. Teluk Kendari merupakan teluk tertutup yang lebar di bagian dalamnya dan sempit di bagian mulutnya dimana morfologinya terlihat seperti lehar botol. Beberapa mulut sungai terkosentrasi di sekitar teluk. Sungai bermuatan material dari daratan selama erosi didaratan cukup intensif. Hal ini mencerminkan indikasi suplai sedimen dari darat melalui muara sungai tidak sama dengan kapasitas pengeluaran. Muatan sedimen terperangkap di bagian dalam teluk dan menyebabkan terbentuknya morfologi cerobong. Tingginya muatan sedimen merupakan proses yang penting terjadinya pendangkalan di Teluk Kendari Kondisi tersebut menyebabkan Teluk Kendari cenderung merupakan daerah yang akan mengalami bahaya pendangkalan akibat tingginya proses sedimentasi. Oleh karena itu untuk menanggulagi bahaya tersebut, harus dilakukan pencegahan karena Teluk Kendari merupakan pusat kegiatan di Sulawesi Tenggara. Penelitian selanjutnya seperti pengumpulan data geoteknik kelautan dan lingkungan sangat diperlukan untuk dijadikan data dasar untuk rencana pengembangan.