Ervin Yunus Evendi
Universitas Negeri Malang

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

PENDIDIKAN PADA MASA PEMERINTAH KOLONIAL DI HINDIA BELANDA TAHUN 1900-1930 Alifia Nurhusna Afandi; Aprilia Iva Swastika; Ervin Yunus Evendi
Jurnal Artefak Vol 7, No 1 (2020): April
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (466.803 KB) | DOI: 10.25157/ja.v7i1.3038

Abstract

Pada artikel ini membahas tentang pendidikan yang dilaksanakan pemerintahan kolonial di Hindia Belanda selama tahun 1900-1930 dimana diawali karena kritik dari berbagai pihak yang kemudian memunculkan politik etis kebijakannya antara lain emigrasi, edukasi, dan irigasi kebijakan politik etis seharusnya mampu memberikan kesempatan rakyat untuk menjadi lebih sejahtera karena salah satu kebijakannya adalah edukasi dengan adanya pendidikan merupakan awal untuk perubahan dan perkembangan dalam segala aspek. Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk mengetahui apa yang melatarbelakangi pelaksanaan pendidikan pada masa pemerintahan kolonial tahun 1900-1930 serta pelaksanaan pendidikan pada masa pemerintahan kolonial tahun 1900-1930 Selain itu bertujuan untuk mengetahui perbedaan ataupun persamaan model pendidikan masa pemerintahan kolonial dengan sekarang, dan untuk membuka wawasan penulis serta pembaca tentang proses munculnya sistem pendidikan formal bagi masyarakat pribumi pada masa pemerintahan kolonial serta bagaimana pelaksanaanya. Untuk mengetahui yang melatarbelakangi dan bagaimana pelaksanaan pendidikan yang diterapkan pemerintahan kolonial Belanda maka dalam artikel ini menggunakan metode studi pustaka dengan menelaah atau mengeksplorasi beberapa buku, jurnal, maupun dokumen baik cetak maupun elektronik yang dianggap revelan dengan kajian yang dilakukan. Hasilnya pada periode 1900 hingga 1930 pendidikan di Indonesia mengalami kemajuan dimana pendidikan yang pada awalnya dibatasi dengan kekuasaan pada waktu itu mulai melebur penduduk pribumi memiliki kesempatan untuk bisa melanjutkan ke sekolah lanjutan bahkan hingga sekolah tinggi walaupun masih terdapat pendiskriminasian selain itu juga muncul beberapa sekolah dasar berbahasa belanda bagi pribumi 1900-an anak rakyat biasa mulai dikenalkan dengan bahasa belanda di beberapa sekolah namun tetap dengan catatan setiap jenjangnya selalu ada perbedaan.This article talking about education carried out by Dutch Government in Dutch East Indies during 1900-1930 caused by criticisms from various parties that bring out ethical politic. Its policies are emigration, education, and immigration. Ethical Politic's policies should be able to give people opportunity become more prosperous, because one of the policies is education. Education is a beginning for change and development in all aspects. The purposes of this article are to find out the educational background in the 1900-1930 colonial government and the educational implementation in the 1900-1930 colonial government. Furthermore, the other purposes to find out the differences and the equations of education between during the Dutch Colonial and nowadays, and to open the readers and writer's insights about the process of the formal education system for natives during colonial and how to do it. According to those purposes, in this article the writer use literature review method by studying or exploring several books, journals, or documents wether it's printed or electronic that relevant to the study conducted. The results are, in the period 1900 until 1930 education in Indonesia progressed. Education that was intially restricted by power at that time start to dissolved. Natives had opportunity to continued to the secondary school even to the college in spite of the discrimination. Moreover, there were some elementary schools in Dutch for 1900s natives. Commoners' children began to be introduced to the Dutch language in several schools but still, in each level there were always differences.
THE RELEVANCE OF SHEIKH AL WASIL TOMB AS HISTORICAL EVIDENCE OF THE SPREAD OF ISLAM IN KEDIRI Ervin Yunus Evendi
Al-Tsaqafa : Jurnal Ilmiah Peradaban Islam Vol 19, No 2 (2022): Al-Tsaqafa : Jurnal Ilmiah Peradaban Islam
Publisher : Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/al-tsaqafa.v19i2.21156

Abstract

Syekh Wasil Syamsuddin for the citizens of Kediri is the figure of the first propagator of Islam in the city of Kediri. The story of Sheikh Al Wasil's character comes mostly from speech stories that developed in the community and is supported by artifacts in the form of epitaphs that are in the tomb, these artifacts are believed to be a marker of the early spread of Islam in Kediri or the year this character died. The background of Sheikh al Wasil's arrival in Kediri apart from spreading Islam was allegedly due to the invitation of Prabu Sri Aji Jayabaya to discuss the book of Musarar (Serat Jangka Jayabaya). In addition, another opinion emerged, namely the similarity of architecture in the Setono Gedong tomb complex with the tomb complex of Sunan Drajad in Lamongan. opinion is supported by the opinion that Sunan Drajad married a daughter of the Duke of Kediri, namely Retno Ayu Condro Sekar who is the daughter of Suryo Adilogo, so it is suspected that Sheikh Al Wasil was Suryo Adilogo. Thus there needs to be extracthistorical data through the critical historical method with 4 stages, namely heuristics, verification, interpretation and historiography. And in the preparation of this article the researcher used descriptive qualitative methods with data obtained from interviews, observations and literature studies. This research also aims to explore to explain the character of Sheikh Al Wasil in Kediri. Keywords: Syekh Al Wasil Syamsuddin; Islamic religion propagator; The relevance of the tomb of Syekh Al WasilAbstrak :Syekh Wasil Syamsuddin bagi warga Kediri merupakan sosok tokoh penyebar agama Islam pertama di Kota Kediri. Kisah ketokohan Syekh Al Wasil banyak berasal dari cerita tutur yang berkembang di masyarakat serta didukung oleh artefak berupa epitaph  yang  berada dalam makam, artefak tersebut dipercaya sebagai sebagai penanda masa awal penyebaran islam di kediri atau tahun meninggalnya tokoh ini.  Latar belakang kedatangan syekh al wasil di Kediri selain untuk menyebarkan agama islam diduga karena adanya undangan Prabu Sri Aji Jayabaya untuk membahas kitab musarar (serat jangka Jayabaya).  Selain itu muncul opini lain yakni adanya kesamaan arsitektur dalam kompleks makam setono gedong dengan kompleks makam sunan Drajad di Lamongan. opini tersebut didukung oleh pendapat bahwa Sunan Drajad menikahi seorang  putri adipati Kediri yakni Retno Ayu Condro Sekar yang merupakan putri dari Suryo Adilogo, sehingga diduga syekh al wasil adalah suryo adilogo. Dengan demikian perlu ada upaya penggalian data sejarah melalui metode sejarah kritis dengan 4 tahap yakni heuristik,verifikasi,interpretasi dan historiografi. Dan dalam penyusunan artikel ini peneliti menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan data yang diperoleh dari wawancara,observasi dan studi pustaka. Penelitian ini pun bertujuan untuk menggali fakta sejarah melalui makam syekh al wasil untuk menjelaskan ketokohan Syekh Al Wasil di Kediri.Kata kunci: Syekh Al Wasil Syamsuddin; Tokoh penyebar agama islam; Relevansi makam Syekh Al Wasil