Claim Missing Document
Check
Articles

Found 21 Documents
Search

A Postcolonial Biography of Sadrach: the Tragic Story of an Indigenous Missionary Singgih, Emanuel Gerrit
Al-Jamiah: Journal of Islamic Studies Vol 53, No 2 (2015)
Publisher : Al-Jamiah Research Centre

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/ajis.2015.532.367-386

Abstract

Nowadays, many Indonesian Christians are fully aware that evangelic mission in Indonesian context is to be involved in the dialogue of life with one’s neighbor and share their struggles. Sadrach, an indigenous missionary who lived in 19th century, can be seen as a pioneer in this mission method. However, this method was not accepted by the foreign missionaries at that time. They accused Sadrach’s method as a form of syncretism. This work is an attempt to analyze Sadrach’s biography in the framework of postcolonial theory which argues that Indonesian Christians have to learn about their colonial past and strive to maintain equal relationships with non-Indonesian Christians. It is hoped that his achievements can be appreciated by the present generation, and they will not repeat the mistakes of the past. It is also good to be aware that resistance to Sadrach’s mission nowadays will come from some contemporary international mission-bodies which continue the old way of propagating Christian faith without regard to the context of Indonesia.[Banyak orang Kristen sekarang ini sadar bahwa misi dalam konteks Indonesia adalah melibatkan diri dalam dialog kehidupan dengan sesama dan ambil bagian dalam pergumulannya. Sadrach, seorang penginjil lokal yang hidup pada abad ke-19 dapat dianggap sebagai salah satu pelopor metode misionaris seperti ini. Akan tetapi penyebaran misi ala Sadrach ini tidak diterima oleh para misionaris asing. Upaya seperti ini dianggap sebagai sinkretisme. Tulisan ini merupakan studi biografi Sadrach dalam kerangka teori poskolonial yang bertujuan untuk menunjukkan peranan Sadrach dalam penyebaran misi Injil di Indonesia. Diharapkan generasi sekarang akan belajar dari dan tidak mengulangi kesalahan-kesalahan masa lampau. Studi ini juga untuk menyadarkan bahwa perlawanan terhadap model misi Sadrach pada masa kini akan muncul dari badan-badan misi internasional yang tetap menjadi model-model misi Kristen yang tidak memedulikan konteks Indonesia sama sekali.]
Etika Kitab Suci dan Hak Asasi Manusia. Tinjauan Hermeneutik Singgih, Emmanuel Gerrit
Jurnal Orientasi Baru VOLUME 11, TAHUN 1998
Publisher : Jurnal Orientasi Baru

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2065.038 KB)

Abstract

---
Di Antara Identitas dan Kebersamaan: Masalah Misi dan Universalisme di Dalam Trito Yesaya Singgih, Emmanuel Gerrit
Jurnal Orientasi Baru VOLUME 06, TAHUN 1992
Publisher : Jurnal Orientasi Baru

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3793.085 KB)

Abstract

----
Dari Kandungan Doktrinal Ke Kandungan Literer: Makna Keluaran 3:14 Singgih, Emmanuel Gerrit
Jurnal Orientasi Baru VOLUME 10, TAHUN 1997
Publisher : Jurnal Orientasi Baru

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1831.836 KB)

Abstract

--- 
"Apa yang mau dibuat dengan Allah yang kalah?" Makna Kej 33:10 Singgih, Emanuel Gerrit
Jurnal Teologi (Journal of Theology) Vol 9, No 1 (2020)
Publisher : P3TK, Sanata Dharma University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24071/jt.v9i01.2279

Abstract

Artikel ini khusus dipersembahkan kepada Romo Kardinal Prof. Dr. Ignatius Suharyo yang akan pensiun dari Fakultas Teologi Universitas Sanata Dharma. Isi artikel ini merupakan sebuah tanggapan atas disertasi Daniel K. Listijabudi (DKL) (Amsterdam, 2016) yang telah dicetak menjadi buku yang berjudul “Bergulat di Tepian” (Jakarta, 2019). Salah satu point penting yang ditanggapi di artikel ini adalah bahwa ternyata DKL berusaha memahami narasi “Pergumulan Yakub dengan Allah” (Kej 32:22-32) dalam konteks narasi menyeluruh Yakub-Esau, namun ia hanya memperhatikan konteks sebelum perikop tersebut dan mengabaikan konteks sesudahnya, khususnya Kej 33:1-20. Metode yang digunakan dalam artikel ini adalah dengan menganalisis “Kisah Yakub di Yabok” (Kej 32:22-32) dalam terang Kej 33:10 dan berusaha menemukan pemaknaan baru dan aktualisasinya dalam kehidupan beragama di Indonesia. Dari penelitian ini, ditemukan dua point penting: (1) Setuju dengan pendapat DKL, bahwa kisah Yakub di Yabok merupakan sebuah pengalaman mistik dalam mimpi (atau penglihatan), namun bukan pengalaman unio mystica (kesatuan mistik); dan (2) Kemenangan Yakub terhadap Allah di Yabok membawa perubahan sudut pandang dalam diri Yakub dalam memandang Esau, kakaknya. Pengalaman Yakub dengan Esau dapat pula diaktualisasikan pada relasi Kristen-Islam di Indonesia, di mana relasi ini tidak selalu baik. Namun pada akhirnya, kita diajak (Umat Kristen) untuk melihat Umat Islam di Indonesia itu secara keseluruhan, ternyata mereka seperti Esau yang menyambut Yakub dengan baik, “Ia ternyata baik!”.
Agama dan Kerusakan Ekologi: Mempertimbangkan “Tesis White” dalam Konteks Indonesia Singgih, Emanuel Gerrit
GEMA TEOLOGIKA: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian Vol. 5 No. 2 (2020): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian
Publisher : Faculty of Theology Duta Wacana Christian University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21460/gema.2020.52.614

Abstract

Abstract This article is an evaluation of two anthologies which respond to Lynn T. White Jr., who traces the cause of the present ecological destruction to implementation of religious worldviews in the past, and concludes that Christianity as a very anthropocentric religion, is responsible for this destruction. Although the majority of the responders regard that White's article from 1967, which become famous as the "White Thesis", is one sided, they still acknowledge its continuing relevance. This study suggests that in the context of Indonesia, Christians could respond accordingly to the thesis by engaging in dialogue with local or nature religions concerning the Divine immanence and transcendence, for the common struggle to prevent further ecological destructions. Abstrak Tulisan ini merupakan evaluasi dari dua antologi yang berisi tanggapantanggapan terhadap tulisan Lynn T. White Jr., yang menelusuri kerusakan ekologi pada masa kini dalam penerapan-penerapan pemahaman religius, dan berpendapat bahwa agama Kristen yang antroposentrik bertanggung jawab atas kerusakan tersebut. Meskipun mayoritas dari penanggap memperlihatkan bahwa tulisan White dari tahun 1967, yang kemudian terkenal sebagai "tesis White" agak berat sebelah, mereka tetap mengakui relevansinya. Dalam bagian penutup diperlihatkan bagaimana dalam konteks Indonesia, orang Kristen bisa menanggapi tesis White, dengan jalan berdialog dengan pemahaman lokal mengenai imanensi Yang Ilahi, dalam rangka berjuang bersama menghadapi kerusakan ekologi.
Resensi: Allah Menahan Diri, Tetapi Pantang Berdiam Diri—Suatu Upaya Berdogmatika Kontekstual di Indonesia Singgih, Emanuel Gerrit
GEMA TEOLOGIKA: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian Vol 3 No 2 (2018): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian
Publisher : Faculty of Theology Duta Wacana Christian University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21460/gema.2018.32.397

Abstract

Di Antara Identitas dan Kebersamaan: Masalah Misi dan Universalisme di Dalam Trito Yesaya Emanuel Gerrit Singgih
Jurnal Orientasi Baru VOLUME 06, TAHUN 1992
Publisher : Jurnal Orientasi Baru

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

----
Etika Kitab Suci dan Hak Asasi Manusia. Tinjauan Hermeneutik Emanuel Gerrit Singgih
Jurnal Orientasi Baru VOLUME 11, TAHUN 1998
Publisher : Jurnal Orientasi Baru

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

---
A Postcolonial Biography of Sadrach: the Tragic Story of an Indigenous Missionary Emanuel Gerrit Singgih
Al-Jami'ah: Journal of Islamic Studies Vol 53, No 2 (2015)
Publisher : Al-Jami'ah Research Centre

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/ajis.2015.532.367-386

Abstract

Nowadays, many Indonesian Christians are fully aware that evangelic mission in Indonesian context is to be involved in the dialogue of life with one’s neighbor and share their struggles. Sadrach, an indigenous missionary who lived in 19th century, can be seen as a pioneer in this mission method. However, this method was not accepted by the foreign missionaries at that time. They accused Sadrach’s method as a form of syncretism. This work is an attempt to analyze Sadrach’s biography in the framework of postcolonial theory which argues that Indonesian Christians have to learn about their colonial past and strive to maintain equal relationships with non-Indonesian Christians. It is hoped that his achievements can be appreciated by the present generation, and they will not repeat the mistakes of the past. It is also good to be aware that resistance to Sadrach’s mission nowadays will come from some contemporary international mission-bodies which continue the old way of propagating Christian faith without regard to the context of Indonesia.[Banyak orang Kristen sekarang ini sadar bahwa misi dalam konteks Indonesia adalah melibatkan diri dalam dialog kehidupan dengan sesama dan ambil bagian dalam pergumulannya. Sadrach, seorang penginjil lokal yang hidup pada abad ke-19 dapat dianggap sebagai salah satu pelopor metode misionaris seperti ini. Akan tetapi penyebaran misi ala Sadrach ini tidak diterima oleh para misionaris asing. Upaya seperti ini dianggap sebagai sinkretisme. Tulisan ini merupakan studi biografi Sadrach dalam kerangka teori poskolonial yang bertujuan untuk menunjukkan peranan Sadrach dalam penyebaran misi Injil di Indonesia. Diharapkan generasi sekarang akan belajar dari dan tidak mengulangi kesalahan-kesalahan masa lampau. Studi ini juga untuk menyadarkan bahwa perlawanan terhadap model misi Sadrach pada masa kini akan muncul dari badan-badan misi internasional yang tetap menjadi model-model misi Kristen yang tidak memedulikan konteks Indonesia sama sekali.]