Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

ANALISIS PERUBAHAN GARIS PANTAI DALAM MENDUKUNG KETAHANAN EKOSISTEM PESISIR Andik Isdianto; Ilham Maulana Asyari; Muchamad Fairuz Haykal; Faradhilah Adibah; Muhammad Javier Irsyad; Supriyadi Supriyadi
Jukung (Jurnal Teknik Lingkungan) Vol 6, No 2 (2020): SEPTEMBER 2020
Publisher : Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jukung.v6i2.9260

Abstract

Total luas Clungup Mangrove Conservation (CMC) adalah 177,24 ha, terdiri dari 71 ha mangrove, 10 ha terumbu karang dan 96,24 ha hutan lindung. Pada tahun 2020, selain pandemi COVID-19, wilayah Malang Selatan juga mengalami bencana lain yaitu banjir rob pada tanggal 26 Mei 2020. Hal tersebut mempengaruhi banyak hal termasuk perubahan garis pantai. Untuk mendukung ketahanan ekosistem pesisir, terutama perubahan garis pantai, perlu dilakukan penelitian tentang perubahan garis pantai selama 12 tahun terakhir (2008-2020). Perhitungan Net Shoreline Movement (NSM), Linear Regression Rate (LRR), dan End Point Rate (EPR) merupakan metode perhitungan perubahan garis pantai dalam metode Digital Shoreline Analysis System. Perhitungan regresi liner digunakan untuk mengukur tingkat perubahan garis pantai, metode yang digunakan adalah Linear Regression Rate (LRR) . Akresi tertinggi terjadi di pantai Tiga Warna dengan laju pertambahan rata-rata 0,11 meter / tahun dan jarak perubahan rata-rata 1,28 meter. Sedangkan abrasi tertinggi terjadi di Pantai Mini dengan laju abrasi rata-rata -0,33 meter / tahun dan jarak perubahan rata-rata -5,84 meter. Di pantai Gatra, abrasi dan akresi sama-sama tinggi. Informasi mengenai perubahan garis pantai dan prediksi perubahan garis pantai untuk kedepannya merupakan salah satu upaya yang dapat digunakan sebagai upaya awal untuk perlindungan Kawasan pesisir untuk mendukung ketahanan ekosistem pesisir. Kata kunci : Abrasi, akresi, digital shoreline analysis system, end point rate, net shoreline movement.  The total area of Clungup Mangrove Conservation (CMC) is 177.24 ha, consisting of 71 ha of mangroves, 10 ha of coral reefs and 96.24 ha of protected forest. In 2020, apart from the COVID-19 pandemic, the South Malang region also experienced another disaster, namely the tidal flood on May 26, 2020. This affected many things including changes to the coastline. To support the resilience of coastal ecosystems, especially changes in shorelines, it is necessary to conduct research on changes in coastlines over the last 12 years (2008-2020). Calculation of Net Shoreline Movement (NSM), Linear Regression Rate (LRR), and End Point Rate (EPR) is a method of calculating shoreline changes in the Digital Shoreline Analysis System method. Liner regression calculations are used to measure the rate of change in the shoreline, the method used is the Linear Regression Rate (LRR). The highest accretion occurs at Tiga Warna beach with an average growth rate of 0.11 meters / year and an average change distance of 1.28 meters. Meanwhile, the highest abrasion occurred at Pantai Mini with an average abrasion rate of -0.33 meters / year and an average change distance of -5.84 meters. At Gatra beach, abrasion and accretion are both high. Information about shoreline changes and predictions of changes in coastlines in the future is one of the efforts that can be used as an initial effort to protect coastal areas to support the resilience of coastal ecosystems. Keywords: Abrasion, Accretion, Digital Shoreline Analysis System, End Point Rate, Net Shoreline Movement.
SEBARAN TOTAL SUSPENDED MATTER DAN ARUS UNTUK MELINDUNGI LINGKUNGAN PESISIR DI MUARA SUNGAI GLIDIK, LUMAJANG Andik Isdianto; Muhammad Javier Irsyad; Rarasrum Dyah Kasitowati; Aulia Lanudia Fathah; Arief Setyanto; Berlania Mahardika Putri; Supriyadi Supriyadi
JURNAL EDUCATION AND DEVELOPMENT Vol 12 No 2 (2024): Vol 12 No 2 Mei 2024
Publisher : Institut Pendidikan Tapanuli Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37081/ed.v12i2.5740

Abstract

Total Suspended Matter (TSM) merupakan keseluruhan zat padat atau partikel-partikel yang tersuspensi dalam perairan. Apabila kadarnya berlebih, dapat mengakibatkan perubahan lingkungan dan penurunan kualitas perairan. Muara Sungai Glidik dipengaruhi oleh aktivitas antropogenik dan hasil erupsi Gunung Semeru, di mana kedua hal ini menyebabkan banyaknya TSM yang berada di sekitar muara tersebut. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kondisi arus, kadar dan persebaran TSM, serta melihat korelasi kedua variabel tersebut. Metode purposive random sampling dengan mengambil data TSM dan kecepatan arus secara primer dan sekunder pada 4 stasiun pengamatan di Muara Sungai Glidik. Hasil Kecepatan arus tertinggi di badan sungai yaitu berkisar 1,28 m/s dan kecepatan arus terendah di laut bagian timur yaitu berkisar 0,56 m/s. Perkembangan TSM dari Tahun 2000-2020 mengalami fluktuasi setiap 5 tahunnya secara berturut-turut tahun 2000-2005 terjadi kenaikan konsentrasi sebesar 269,91%, tahun 2005-2010 terjadi penurunan konsentrasi sebesar 47,85%, Tahun 2010-2020 terjadi kenaikan konsetrasi tertinggi sebesar 292,12%. Fluktuasi ini disebabkan oleh faktor manusia dan alam. Korelasi antara kecepatan arus terhadap TSM sebesar 0.94 yang menandakan hubungan yang sangat kuat dan positif. Terdapat hubungan yang sangat kuat antara kecepatan arus terhadap TSM, yang berarti semakin tingginya kecepatan arus maka nilai TSM juga akan meningkat.