Setia Gumilar
Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

PELARANGAN DAN PERJUANGAN: PEMAKAIAN JILBAB PELAJAR PUTRI PADA MASA ORDE BARU TAHUN 1982-1991 Nuraeni, Leni; Nuraeni, Leni; Gumilar, Setia
Al-Tsaqafa : Jurnal Ilmiah Peradaban Islam Vol 18, No 2 (2021): Al-Tsaqafa : Jurnal Ilmiah Peradaban Islam
Publisher : Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/al-tsaqafa.v18i2.15119

Abstract

Jilbab merupakan baju kurung atau penutup kepala yang lapang dan dapat menutupi aurat perempuan kecuali wajah. Di Indonesia jilbab mulai populer dan digunakan oleh masyarakat khususnya para pelajar pada tahun 80an. Pemakaian jilbab dikalangan pelajar tersebut disebabkan oleh adanya gerakan-gerakan dakwah seperti yang terjadi di Mesjid Salman ITB dalam bentuk pelatihan LMD, SII, dan sebagainya. Maraknya pemakaian jilbab pada masa pemerintahan Orde Baru tahun 1982-1991 menimbulkan tantangan dan perjuangan bagi para pelajar, karena bertentangan dengan kebijakan  pemerintah. Untuk menjawab masalah tersebut, arah penulisan dalam artikel ini menggunakan metode penelitian sejarah yang bertujuan untuk menjelaskan Pelarangan dan Perjuangan Pemakaian Jilbab Bagi Kalangan Pelajar pada Masa Orde Baru Tahun 1982-1991. Pengumpulan data mengenai tema tersebut dilakukan melalui penelusuran literature. Temuan-temuannya yaitu berupa polemik yang terjadi antara para pelajar dan sekolah-sekolah negeri. Para pelajar memakai jilbab ke sekolah telah melanggar SK 052/C/Kep/D.1982. Polemik pemakaian jilbab tersebut tidak bisa dilepaskan dari hubungan antara umat Islam dan pemerintah Orde Baru. Dimana pada masa itu pemerintah banyak mencurigai umat Islam. Namun, diakhir pemerintahannya, pemerintah Orde Baru mendekati dan mengakomodasi Islam. Kebijakan mengenai seragam sekolah diperbaharuhi hingga di keluarkanlah SK No. 100/C/Kep/D/1991 yang memperbolehkan para pelajar memakai jilbab ke sekolah. Keluarnya SK 100, selain disebabkan oleh akomodasi pemerintah terhadap Islam, tetapi juga adanya upaya penyelesaian dari beberapa Organisasi-organisasi Massa dan MUI.
Kontribusi Aktivis Mesjid Lautze 2 Bandung dalam Merangkul Mualaf Tionghoa Tahun 2016-2021 Ilham Muhamad Nurjaman; Setia Gumilar
Jurnal Iman dan Spiritualitas Vol 1, No 4 (2021): Jurnal Iman dan Spiritualitas
Publisher : UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/jis.v1i4.13193

Abstract

Lautze 2 Mosque in Bandung was established in January 1997. The location of Lautze 2 Mosque is on Jl. Tamblong number 27 Bandung City. Lautze 2 Mosque is a branch of Lautze 1 Mosque in Jakarta. Lautze 2 Mosque in Bandung has its uniqueness, especially in the architecture of the building. Lautze 2 Mosque, conceptualized in the shape of a temple. The red, yellow, and gold paint colors that adorn the walls of the Lautze 2 Mosque reflect Chinese culture. In addition to the paint color, the ornaments that adorn the mosque also have a Chinese nuance. From 2016 to 2021, there were 151 who took the oath of faith at the Lautze 2 Mosque. In addition to religious activities, the Lautze 2 Mosque always held social programs. One of them is the iftar program and on the road a thousand dates. This activity was supported by various parties, one of which was the Salman Charity House. Not only Muslims who support this, but even many interfaith also donate to keep this activity. In writing this article, the theory used is the racial theory proposed by Murtadha Muttahari. According to him, the leading cause of historical progress is certain races.
ETOS KERJA URANG SUNDA: TI BIHARI KA KIWARI Setia Gumilar; Ahmad Sahidin
Al-Tsaqafa : Jurnal Ilmiah Peradaban Islam Vol 16, No 2 (2019): Al-Tsaqafa: Jurnal Ilmiah Peradaban Islam
Publisher : Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/al-tsaqafa.v16i2.6406

Abstract

Dinamika kehidupan di era revolusi industri 4.0 menuntut kesiapan dari berbagi komponen untuk mengahdapinya. Salah satu kesiapannya adalah sikap mental atau etos kerja yang harus dimiliki oleh setiap orang atau sekelompok orang dari sebuah entitas. Penguasaan teknologi menjadi ciri utama dari era ini yang akan memengaruhi terhadap pola interaksi manusia. Berbagai aspek kehidupan akan ditentukan oleh alat-alat teknologi yang supercanggih, bahkan keberadaan manusia pun layaknya sebagai mesin saja. Dampaknya terjadi dehumanisasi, hakekat manusia mengalami disrupsi. Kenyataann ini, menimpa salah satu etnis, yaitu etnis sunda. Oleh karena itu, keberadaan Orang Sunda di era ini sangat ditentukan oleh etos kerja yang dilakukannya. Etos kerja ini sangat dipengaruhi oleh motivasi hidup yang diperankan oleh orang Sunda yang bersumberkan pada pandangan hidupnya. Aspek lain, ditentukan oleh keyakinan yang berkembang di tatar Sunda. Dua aspek inilah yang menenetukan etos kerja orang Sunda Meningkatnya kedua aspek tersebut ditetentukan pula oleh pola pendidikan yang dikembangkan oleh orang Sunda. Pola pendidikan yang bersifat menumbuhkan kesadaran menjadi tawaran bagi problem pendidikan dewasa ini. Selain itu, faktor yang mempengaruhi etos kerja orang sunda, ditentukan oleh aspek-aspek lainnya, yang sifatnya bukan kultur, seperti peraturan formal, ekonomi, dan gaya kepemimpinan yang harus dijadikan perhatian dalam meningkatkan etos kerja. Temuan faktor-faktor inilah yang melengkapi faktor faktor yang mempengaruhi terhadap etos kerja, sebagaimana diutarakan oleh Ajip Rosjidi.Kata Kunci: Revolusi industri 4.0, etos kerja, orang Sunda
NILAI-NILAI KEISLAMAN DALAM TRADISI SENI GEMBYUNG DI KABUPATEN SUBANG Lilis Liani; Setia Gumilar
Al-Tsaqafa : Jurnal Ilmiah Peradaban Islam Vol 19, No 1 (2022): AL-TSAQAFA : JURNAL ILMIAH PERADABAN ISLAM
Publisher : Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/al-tsaqafa.v19i1.15309

Abstract

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejarah awal kesenian Gembyung di Kabupaten Subang dari mulai penyajian Gembyung, unsur waditra, dan fungsinya serta perkembangan dan upaya pelestarian kesenian Gembyung di Kabupaten Subang dari tahun 1990 sampai 2021. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode penelitian sejarah. Dalam penelitian ini, penulis berupaya untuk menggali sejarah awal kesenian Gembyung di Kabupaten Subang agar dapat dinarasikan ke dalam tulisan sejarah. Tahapan-tahapannya sendiri memiliki empat tahap, yaitu: heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kesenian Gembyung merupakan kesenian peninggalan para wali yang digunakan untuk media dakwah dan tersebar sampai ke Kabupaten Subang dan mengalami banyak perubahan sampai sekarang. Hal itu bertujuan agar lebih diminati oleh masyarakat dan tidak mengalami kepunahan.
Tridharma Religion in Indonesia: Reading Hikmah Tridharma and Tjahaja Tri-Dharma Magazines during the 1970s-1980s Deni Miharja; Setia Gumilar; Asep Sandi Ruswanda; Moh Zaimil Alivin
Religious: Jurnal Studi Agama-Agama dan Lintas Budaya Vol 6, No 2 (2022)
Publisher : UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/rjsalb.v6i2.17395

Abstract

In religious conversations, syncretism is often perceived negatively even though it is actually a healthy process. One form of syncretism that emerged in Indonesia is the religion of Tridharma which consists of Buddhism, Confucianism, and Daoism. This paper discusses syncretism in the religion of Tridharma in Indonesia. Using a historical approach during the 1970s, this paper is a literature study of two magazines affiliated with the religion of Tridharma, namely the Hikmah Tridharma magazine and the Tjahaja Tri-Dharma magazine. This paper rethinks the concept of syncretism as a dirty word, or at least negative form, to one of neutrality. Considering religion as dynamic, syncretism in the religion of Tridharma or Sam Kauw has been a historical process since the Ming dynasty in Mainland China. The Hikmah Tridharma magazine and the Tjahaja Tri-Dharma magazine during the 1970s illustrate how syncretism in the body of Tridharma religion occurs not only between Buddism, Confucianism, and Daoism but also with Hinduism and group of theosophy. As one element of the dynamics of religious belief, the politics of recognition is important. In Indonesia, the state gave a different attitude to Chinese religions or all things Chinese-affiliated in general during the New Order era, and the era of transition to reform, Gus Dur. This then triggered contestation between Chinese religions themselves in Indonesia, especially between the religion of Tridharma and Confucianism.
Hasan al-Banna and Ikhwanul Muslimin’s Da’wah Movement in Egypt Setia Gumilar; Firman Maulana Noor
Ilmu Dakwah: Academic Journal for Homiletic Studies Vol 16, No 2 (2022): Ilmu Dakwah: Academic Journal for Homiletic Studies
Publisher : Faculty of Da'wah and Communication, UIN Sunan Gunung Djati, Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/idajhs.v16i2.20982

Abstract

This study aims to explain the ability of the Ikhwanul Muslimin in mobilizing and framing their da’wah movement. The research was conducted by analyzing the concept of Hasan al-Banna’s da’wah movement and its impact on the existence of the Ikhwanul Muslimin’s da’wah movement. This study uses a qualitative method with a Social Movement Theory approach. This research seeks to explain the ability of the IM in mobilizing and framing its da’wah movement to maintain its existence against various resistances. The results of this study indicate that three important factors have caused the IM to maintain its existence until now, namely Internal Organizational Solidity, External Community Support, and the Moderation of the Ikhwanul Muslimin. With these three factors, the IM has become a modern Islamic organization that can withstand various pressures both from within the country and from outsiders.