Anika Chatarina Takene
Fakultas Teologi - Universitas Kristen Artha Wacana

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Pendampingan Pastoral Bagi Keluarga Duka Pasien Covid 19 Endang Damaris Koli; Anika Ch. Takene
Ra'ah: Journal of Pastoral Counseling Vol. 1 No. 1 (2021): June
Publisher : Institut Agama Kristen Negeri Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (534.321 KB)

Abstract

The Covid-19 pandemic is a challenge for pastoral care. The characteristics of this pandemic form a method of prevention by limiting physical interaction. This changes various habits in people's lives, including when someone gets sick and dies, the services provided by the family and the hospital are not as usual. A patient who was infected with Covid-19 and then passed away brought great sorrow to his family. The family didn't have the chance to take care of him for the last time. This is a big trauma for the family. Our study aims to determine the trauma experienced by the family after the death of a family member. We are also trying to find a form of pastoral care that is able to restore the power of family life after the sad event. The method we use in this research is a qualitative approach. The research instrument used descriptive data (interviews), observation notes and literature studies. The results of our research include narratives of family grief, traumas and acts of pastoral care by the church. Our discussion refers to the retraumatization process as an effort to recover the family from grief.
Identitas Sosial Gereja Arly de Haan; Anika Chatarina Takene; Darniyati Amtiran
Matheteuo: Religious Studies Vol. 1 No. 2 (2021): December
Publisher : Institut Agama Kristen negeri Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (391.44 KB)

Abstract

This article discusses the social identity of the early church according to the book of Acts. Social identity is understood as a value that is built together in a group and this value becomes the identity of the group. In obtaining the results of the study, we used the literature study method to examine the literature including examining key words in Greek. There are six keywords, namely pisteuontes, homothumadon, sunegmenoi, diakonein, douleon, and huperetein. These six words describe the values ??that became the identity of the early church, namely living in fellowship and service. The Holy Spirit makes the church community is a community of of fellowship. This term describes the ritual aspect that is carried out continuously to maintain a solid community, which is based on God's love. Another aspect that is strengthened is the aspect of loving service, which is part of the actual life of the community. Serving of love is done holistically, not only exclusively for the fellowship community but also for the society. This ministry is a distinguishing feature for the church community, as well as the most effective means of evangelism. Keywords: fellowship, church, identity, Acts
MEMAHAMI KONSEP KARL MARX "AGAMA ADALAH CANDU MASYARAKAT" DALAM PERILAKU BERIBADAH JEMAAT SEMAU UTARA, KLASIS SEMAU Arly E.M. de Haan; Anika Chatarina Takene
NUSANTARA : Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial Vol 8, No 6 (2021): NUSANTARA : Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial
Publisher : Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31604/jips.v8i6.2021.1596-1609

Abstract

Jemaat Semau Utara terletak di Pulau Semau, Kupang-Nusa Tenggara Timur. Jemaat ini terdiri atas dua suku besar yaitu Helong dan Rote, yang bermata pencaharian sebagai nelayan dan petani musiman (ladang dan rumput laut. Pekerjaan yang tidak tetap membuat keadaan ekonomi jemaat ini sulit dan terpapar kemiskinan. Meskipun demikian, jemaat terlibat aktif dalam berbagai kegiatan peribadahan yang diprogramkan Gereja, dengan asumsi bahwa ibadah dilakukan untuk mendapatkan kenyamanan dan ketenangan sejenak dari berbagai kesulitan hidup.Sejalan dengan asumsi di atas, kami menemukan adanya konteks yang kurang lebih sama dengan masyarakat pada masa Marx, yang juga berada dalam tekanan sosial-ekonomi yang berat. Masyarakat ini "berlari" untuk mendapatkan kenyamanan di dalam gereja, yang melalui ajarannya menekankan tentang kehidupan dan kebahagiaan yang kekal. Marx melakukan kritik kepada gereja waktu itu dengan konsepnya die religion, ...ist das opium des Volkes (agama adalah opium bagi masyarakat). Agama memiliki kekuatan yang besar dengan membentuk ilusi akan kebahagiaan di dalam pikiran manusia dan menjadi semacam ‘opium’ bagi orang-orang yang sakit sebab bisa meredakan penyakit dan kesengsaraan. Bagi Marx, kesadaran palsu yang diciptakan oleh agama melalui ajarannya, dapat melemahkan perlawanan terhadap ketertidasan, juga upaya keluar dari kemiskinan.Kondisi seperti inilah yang juga dialami oleh Jemaat Semau Utara yang mengedepankan nilai panggilan, nilai janji dan hukuman, serta nilai kebersamaan dalam komunitas. Bagi mereka, keterlibatan dalam aktivitas pelayanan melebihi apapun, termasuk upaya untuk keluar dari ketertindasan dan kemiskinan. Berhadapan dengan keadaan seperti ini, gereja harus menjadi agent of change, yang mengubah pola pikir, bersama menemukan potensi dan peluang sehingga terciptanya transformasi sosial di Jemaat Semau Utara.
GEREJA DAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL: KAJIAN LUKAS 14:12-14 DAN PERSOALAN KEMISKINAN DI GMIT Anika Chatarina Takene; Arly E.M. de Haan
NUSANTARA : Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial Vol 8, No 6 (2021): NUSANTARA : Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial
Publisher : Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31604/jips.v8i6.2021.1610-1628

Abstract

Kemiskinan adalah masalah klasik dan banyak orang, organisasi atau negara berusaha untuk mengatasi kemiskinan tetapi kemiskinan tidak pernah berakhir dan masih menjadi kenyataan dunia. Di sisi lain, kemiskinan telah menyebabkan dan disebabkan oleh banyak aspek kehidupan. Oleh karena itu perlu dikaji permasalahan ini agar dapat ditemukan cara-cara mengatasi kemiskinan. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan makna tanggung jawab sosial berdasarkan Lukas 14:12-14 bahkan makna tanggung jawab sosial menurut teologi Lukas pada umumnya. Hasil kajian ini hendaknya memberikan sumbangan bagi Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) dalam menghadapi persoalan kemiskinan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksegesis Lukas 14:12-14. Penelitian ini menemukan bahwa keramahtamahan atau “hospitalitas”  merupakan fokus teologi Lukas. Keramahtamahan atau penerimaan antara setiap anggota dalam persekutuan GMIT menjadi nilai penting dalam menghadapi realitas kemiskinan di Nusa Tenggara Timur.