Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

Identitas Sosial Gereja Arly de Haan; Anika Chatarina Takene; Darniyati Amtiran
Matheteuo: Religious Studies Vol. 1 No. 2 (2021): December
Publisher : Institut Agama Kristen negeri Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (391.44 KB)

Abstract

This article discusses the social identity of the early church according to the book of Acts. Social identity is understood as a value that is built together in a group and this value becomes the identity of the group. In obtaining the results of the study, we used the literature study method to examine the literature including examining key words in Greek. There are six keywords, namely pisteuontes, homothumadon, sunegmenoi, diakonein, douleon, and huperetein. These six words describe the values ??that became the identity of the early church, namely living in fellowship and service. The Holy Spirit makes the church community is a community of of fellowship. This term describes the ritual aspect that is carried out continuously to maintain a solid community, which is based on God's love. Another aspect that is strengthened is the aspect of loving service, which is part of the actual life of the community. Serving of love is done holistically, not only exclusively for the fellowship community but also for the society. This ministry is a distinguishing feature for the church community, as well as the most effective means of evangelism. Keywords: fellowship, church, identity, Acts
MEMAHAMI KONSEP KARL MARX "AGAMA ADALAH CANDU MASYARAKAT" DALAM PERILAKU BERIBADAH JEMAAT SEMAU UTARA, KLASIS SEMAU Arly E.M. de Haan; Anika Chatarina Takene
NUSANTARA : Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial Vol 8, No 6 (2021): NUSANTARA : Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial
Publisher : Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31604/jips.v8i6.2021.1596-1609

Abstract

Jemaat Semau Utara terletak di Pulau Semau, Kupang-Nusa Tenggara Timur. Jemaat ini terdiri atas dua suku besar yaitu Helong dan Rote, yang bermata pencaharian sebagai nelayan dan petani musiman (ladang dan rumput laut. Pekerjaan yang tidak tetap membuat keadaan ekonomi jemaat ini sulit dan terpapar kemiskinan. Meskipun demikian, jemaat terlibat aktif dalam berbagai kegiatan peribadahan yang diprogramkan Gereja, dengan asumsi bahwa ibadah dilakukan untuk mendapatkan kenyamanan dan ketenangan sejenak dari berbagai kesulitan hidup.Sejalan dengan asumsi di atas, kami menemukan adanya konteks yang kurang lebih sama dengan masyarakat pada masa Marx, yang juga berada dalam tekanan sosial-ekonomi yang berat. Masyarakat ini "berlari" untuk mendapatkan kenyamanan di dalam gereja, yang melalui ajarannya menekankan tentang kehidupan dan kebahagiaan yang kekal. Marx melakukan kritik kepada gereja waktu itu dengan konsepnya die religion, ...ist das opium des Volkes (agama adalah opium bagi masyarakat). Agama memiliki kekuatan yang besar dengan membentuk ilusi akan kebahagiaan di dalam pikiran manusia dan menjadi semacam ‘opium’ bagi orang-orang yang sakit sebab bisa meredakan penyakit dan kesengsaraan. Bagi Marx, kesadaran palsu yang diciptakan oleh agama melalui ajarannya, dapat melemahkan perlawanan terhadap ketertidasan, juga upaya keluar dari kemiskinan.Kondisi seperti inilah yang juga dialami oleh Jemaat Semau Utara yang mengedepankan nilai panggilan, nilai janji dan hukuman, serta nilai kebersamaan dalam komunitas. Bagi mereka, keterlibatan dalam aktivitas pelayanan melebihi apapun, termasuk upaya untuk keluar dari ketertindasan dan kemiskinan. Berhadapan dengan keadaan seperti ini, gereja harus menjadi agent of change, yang mengubah pola pikir, bersama menemukan potensi dan peluang sehingga terciptanya transformasi sosial di Jemaat Semau Utara.
GEREJA DAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL: KAJIAN LUKAS 14:12-14 DAN PERSOALAN KEMISKINAN DI GMIT Anika Chatarina Takene; Arly E.M. de Haan
NUSANTARA : Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial Vol 8, No 6 (2021): NUSANTARA : Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial
Publisher : Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31604/jips.v8i6.2021.1610-1628

Abstract

Kemiskinan adalah masalah klasik dan banyak orang, organisasi atau negara berusaha untuk mengatasi kemiskinan tetapi kemiskinan tidak pernah berakhir dan masih menjadi kenyataan dunia. Di sisi lain, kemiskinan telah menyebabkan dan disebabkan oleh banyak aspek kehidupan. Oleh karena itu perlu dikaji permasalahan ini agar dapat ditemukan cara-cara mengatasi kemiskinan. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan makna tanggung jawab sosial berdasarkan Lukas 14:12-14 bahkan makna tanggung jawab sosial menurut teologi Lukas pada umumnya. Hasil kajian ini hendaknya memberikan sumbangan bagi Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) dalam menghadapi persoalan kemiskinan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksegesis Lukas 14:12-14. Penelitian ini menemukan bahwa keramahtamahan atau “hospitalitas”  merupakan fokus teologi Lukas. Keramahtamahan atau penerimaan antara setiap anggota dalam persekutuan GMIT menjadi nilai penting dalam menghadapi realitas kemiskinan di Nusa Tenggara Timur.
Teologi Keanggotaan Gereja di Era Digital Eritrika A. Nulik; Arly E. M. de Haan; Anika C. Takene
DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 8, No 1 (2023): Oktober 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Intheos Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30648/dun.v8i1.917

Abstract

Abstract. Churches of the reformation tradition interpret church membership juridically. The question arises, what about church membership in the digital age? In the digital era, a person can become a member of another church's digital channel, besides remaining a juridical member of the original church, and can even participate in the fellowship of worship and service through the online church channel. This paper aimed to show reflectively that the church needs to interpret its existence in the digital era by revisiting its membership theology. The approach used in this research is qualitative with phenomenological methods. The findings of this study showed that the choice of human subjectivity and connectivity factors determine church membership in the digital era. In the end, it is concluded that the idea of discipleship can bring together aspects of church legitimacy and subjective human choice.Abstrak. Gereja-gereja dengan latar belakang tradisi reformasi memaknai keanggotaan gereja secara yuridis. Muncul pertanyaan, bagaimana dengan keanggotaan gereja di era digital? Di era digital seseorang bisa menjadi anggota pada channel digital gereja lain, selain tetap menjadi anggota secara yuridis dari gereja asal, bahkan dapat berpartisipasi dalam persekutuan ibadah dan pelayanan melalui channel gereja online tersebut. Tulisan ini bertujuan untuk menunjukkan secara reflektif bahwa gereja perlu memaknai keberadaannya di era digital dengan melihat kembali teologi keanggotaannya. Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini ialah kualitatif dengan metode fenomenologi. Temuan dałam penelitian ini menunjukkan bahwa faktor pilihan subjektivitas manusia dan konektivitas turut menentukan keanggotaan gereja di era digital. Pada akhirnya disimpulkan bahwa gagasan murid dapat mempertemukan aspek legitimasi gereja dan pilihan subjektif manusia.
Kesiapan Guru Dalam Pembelajaran Berbasis Teknologi di Perbatasan Indonesia-Timor Leste Seprianus Arwadi Nenotek; Arly E. M. de Haan; Lusia L Nifu; Elisabeth Lindimara
EDUKATIF : JURNAL ILMU PENDIDIKAN Vol 5, No 5 (2023): October
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/edukatif.v5i5.5462

Abstract

Wilayah perbatasan Indonesia-Timor Leste seperti di kabupaten Timor Tengah Utara di kategorikan sebagai daerah terdepan, terpencil dan tertinggal sehingga memerlukan perhatian lebih besar dari pemerintah di semua sektor, termasuk pendidikan, Artikel ini bertujuan untuk melihat kesiapan guru dalam menghadapi perkembangan dunia pendidikan, khususnya dalam hal teknologi. Data diperoleh melalui penelitian dengan metode pengamatan dan wawancara. Hasil penelitian menunjukan bahwa pemahaman tentang digitalisasi pendidikan hanya terbatas pada penggunaan peralatan teknologi informasi dan komunikasi, bukan penggunaan berbagai platform pembelajaran berbasis teknologi dalam pembelajaran. Terdapat bantuan pemerintah untuk mengatasi digitalisasi pendidikan ini tetapi masih sangat terbatas. Faktor infrastuktur dan ekonomi menjadi hambatan. Selain itu, kurangnya motivasi dan kemauan guru untuk beralih ke pembelajaran berbasis teknologi menjadi faktor penting yang membuat bantuan pemerintah itu seperti tidak efektif. Bantuan infrastuktur teknologi harus bersamaan dengan mempersiapkan guru tidak hanya cara mengoperasikan peralatan teknologi tetapi penggunaan platform dan media pembelajaran berbasis teknologi
PELATIHAN BAGI GURU SEKOLAH MINGGU DAN PENGAJAR JEMAAT IMANUEL EKATETA, KLASIS FATULEU TIMUR Anika Chatarina Takene; Arly E. M. de Haan
Jurnal Gembira: Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 1 No 05 (2023): OKTOBER 2023
Publisher : Media Inovasi Pendidikan dan Publikasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Perkembangan dunia yang sangat pesat membawa dampak yang positif maupun negatif. Perkembangan dan dampak ini mempengaruhi setiap orang termasuk termasuk anak-anak. Ada dampak negatif yang bisa mempengaruhi pertumbuhan dan karakter seorang anak. Untuk itu, diperlukan peran semua pihak untuk mengawasi dan mendidik anak-anak di tengah perkembangan dunia ini, termasuk gereja. Tugas mendidik anak dengan tujuan pertumbuhan iman bisa diwujudkan melalui kegiatan belajar di sekolah minggu. Sayangnya, tidak semua guru sekolah minggu dan pengajar mempunyai pengetahuan dan keahlian yang cukup untuk melaksanakan proses belajar yang efisien. Hal ini juga yang menjadi realita dari jemaat Imanuel Ekateta, Klasis Fatuleu Timur. Untuk itu melalui program Pengabdian kepada Masyarakat ini akan diadakan Pelatihan bagi guru sekolah minggu dan pengajar jemaat Imanuel Ekateta. Pelatihan dimaksud berkaitan dengan dua hal yaitu pemahaman dan pengetahuan tentang metode dan Teknik mengajar yang efisien serta pengembangan media pembelajaran yang sesuai dengan konteks dan kebutuhan anak-anak. Harapannya, program Pengabdian ini akan membantu guru sekolah minggu dan para pengajar jemaat Imanuel Ekateta untuk meningkatkan kualitas Pendidikan di gereja.
Menemukan Makna Penderitaan Pasca Bencana Badai Seroja Menurut Teks Yohanes 9:1-3 dalam Konteks Jemaat Solafide Motamaro Anika C. Takene; Arly E.M. de Haan
Jurnal Cahaya Mandalika ISSN 2721-4796 (online) Vol. 4 (2023): Jurnal Cahaya Mandalika
Publisher : Institut Penelitian Dan Pengambangan Mandalika Indonesia (IP2MI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36312/jcm.v4i1.1318

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan pemahaman jemaat GMIT Solafide Motamaro tentang makna penderitaan ketika berhadapan dengan bencana badai Seroja pada April 2021. Pemahaman jemaat GMIT Solafide Motamaro ini didasarkan pada hasil membaca teks Yohanes 9:1-3. Tidak disangkali bahwa pemahaman Jemaat Solafide Motamaro bertolak juga dari pemahaman budaya tentang penderitaan. Penderitaan merupakan upah dosa, suatu pemahaman yang tidak jatuh sama dengan pengajaran yang disampaikan oleh Yesus dalam Injil Yohanes 9:1-3. Metode penelitian yang dipakai adalah metode penelitian kualitatif untuk menjelaskan dan menganalisis fenomena dan dinamika sosial termasuk persepsi dan sikap jemaat GMIT Solafide Motamaro. Selain itu, dalam hubungan dengan analisa teks, penelitian ini menggunakan metode Reader response atau reader response criticism untuk mendapatkan makna dari teks Yohanes 9:1-3 oleh jemaat Solafide Motamaro. Pada saat membaca teks Yohanes 9:1-3, Jemaat Solafide Motamaro memahami bahwa ada penekanan terhadap pengakuan akan kuasa Allah yang nyata dalam kehidupan umat-Nya. Namun, kuasa dan karya Allah itu juga nyata melalui penderitaan yang dialami umat-Nya. Jadi melalui penderitaan, Allah dikenal dan kuasa-Nya diakui sekaligus untuk menyadarkan umat dari dosanya. Jadi, sekalipun ada penderitaan yang bukan merupakan upah dosa namun penderitaan mempunyai hubungan dengan dosa manusia.
STUDI KEPUSTAKAAN TENTANG PEMBELAJARAN PASING BAWAH PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Louk, Michael Johannes Hadiwijaya; Timuneno, Riswandi; de Haan, Arly Elizabeth Maria
Jurnal Ilmu Pendidikan Jasmani Kesehatan Dan Olahraga Vol 2 No 1 (2021): Jurnal Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Olahraga
Publisher : Nusa Cendana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35508/jpehss.v2i1.5325

Abstract

The purpose of this study was to determine the lower level of learning in the students of SMP Negeri 3 Amarasi Barat. The subject of this research is to find out the low-passing learning of the students of SMP Negeri 3 Amarasi Barat. The location of this research is SMP Negeri 3 Amarasi Barat, Kupang Regency. Lower pasing learning is a process of learning the lower pass movement skills in volleyball with the correct techniques in accordance with the desired expectations. The method used in this research is descriptive with a qualitative approach. The instrument used in this study was in the form of documentation guidelines, based on the findings obtained by researchers in the field, students did not understand and did not understand how to do good and correct passing down: 1. Where the body posture is not as good or both legs not opened shoulder width apart so that when picking up the ball the ball does not bounce properly, 2. Both hands are not extended forward or both hands are not straightened forward so that when picking up the ball, the ball does not bounce properly or when returning the ball is not on the intended target, 3. Hands are not held together when taking the ball, 4. Do not focus on the ball so that when taking and returning the ball it is not directed at the intended target. It can be concluded that the good and correct bottom line in the lesson plan (RPP) is to provide knowledge and insight into the literature study of the lower level volleyball learning at SMP Negeri 3 Amarasi Barat.
Employee Engagement Pendeta GMIT dan Dampaknya bagi Spiritualitas Pelayanan Pendeta di Jemaat-Jemaat Se-Klasis Kupang Barat Koli, Endang Damaris; De Haan, Arly Elizabeth Maria; Taneo, Rolin Ferdilianto Sandelgus
JURNAL LUXNOS Vol. 10 No. 1 (2024): LUXNOS: JURNAL SEKOLAH TINGGI TEOLOGI PELITA DUNIA EDISI JUNI 2024
Publisher : STT Pelita Dunia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47304/qces5c90

Abstract

Abstract: The Evangelical Christian Church in Timor has two ecclesiastical positions, namely ministry positions and organizational positions. The pastor is a church official who carries these two positions. As servants of Christ, pastors together with other church officials are given the task of translating the vision of the Kingdom of God and leading the implementation of the mission that Christ has entrusted to their church. In the GMIT Code, pastors are also referred to as employees. As employees, pastors are Expected to have involvement, motivation and dedication or employee engagement as a commitment to Christ through the church. With employee engagement, it is hoped that the spirituality of service will be maintained. This research aims to find out how employee engagement operates in the duties of GMIT pastors, especially in the West Kupang classist area and whether this influences the spirituality of their ministry. This research uses library study and field research methods. The results obtained in interviews with resource persons were then elaborated with theories related to the field study material. The results of the research show that GMIT pastors in the West Kupang area still have commitment as organizational officials and maintain spirituality as ministry officials.
Penerapan Konseling Lintas Budaya dan Studi Feminis Poskolonial Terhadap Penindasan Budaya Patriarki Loppies, Paula Alfa; de Haan, Arly Elisabeth Maria
Ciencias : Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Vol. 1 No. 1 (2018)
Publisher : Universitas Persatuan Guru 1945 NTT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (0.272 KB) | DOI: 10.70942/ciencias.v1i1.14

Abstract

The purpose of this research is to know the context of oppression in patriarchal culture of the women of Timor, know the efforts made by the women of East Timor for overcoming the cultural oppression of patriarchy, and designed the cross cultural Counseling efforts (Cross-culture counseling) in bridging the different understanding between women of Timor (ex-migrant workers) and the local community. To achieve that goal then the research method used is the method of qualitative phenomenological studies that are descriptive- analysis. Results of the study stated that the issue of the oppression of women in a patriarchal society culture, particularly in the village of Tetaf still continue to occur. This is also the reason for some women to get out of the village of Tetaf and became migrant workers woman. Experience being Labor Lady gives a change of perception for women of Timor, but it is not able to change their position as 'the second' when they returned to the village of Tetaf. Patriarchal culture remained the colonizer for them, since their return to Tetaf, their opinions remain dominated by men, even their dreams to use the money to improve the lives of being dispersed. Cross cultural counseling model that can be offered are: Counselor, client, with the introduction of observation culture (positive to negative values), brings together the values in line, and provides a workaround option.