Gde Somayana
Divisi Gastroentero Hepatologi, Departemen Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, RSUP Sanglah, Denpasar, Bali, Indonesia

Published : 12 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

Kadar Resistin Serum Berhubungan Dengan Skor Child-Turcotte Pugh Pada Penderita Sirosis Hati Koncoro, Hendra; Primadharsini, Putu Prathiwi; Mariadi, I Ketut; Somayana, Gde; Suryadarma, I Gusti Agung; Purwadi, Nyoman; Wibawa, I Dewa Nyoman
Jurnal Penyakit Dalam Udayana Vol 1 No 1 (2017): JPD Vol. 1 No.1 2017
Publisher : PAPDI BALI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (617.413 KB)

Abstract

Latar Belakang: Sirosis hati (SH) sering disertai tingginya resistensi insulin dan kondisi proinflamasi. Resistin yang merupakan suatu adipokin, diketahui memiliki hubungan dengan resistensi insulin dan inflamasi. Studi-studi resistin pada SH memperlihatkan hasil yang bervariasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari hubungan kadar resistin serum dengan skor Child-Turcotte Pugh (CTP) pada penderita SH. Metode: Penelitian observasional, studi potong lintang ini dilaksanakan di RSUP Sanglah dari September 2014 sampai dengan Juni 2015 dengan menggunakan 75 pasien sirosis hati sebagai sampel. Kriteria inklusi mencakup pasien sirosis hati tanpa memandang etiologinya dan berusia 12 tahun atau lebih. Variabel yang diperiksa pada penelitian ini yaitu skor CTP (kadar albumin serum, kadar bilirubin total serum, nilai waktu protrombin, kadar international normalized ratio (INR), tanda ascites, tanda ensefalopati hepatikum), kadar C-reactive protein (CRP), dan kadar resistin serum. Hasil: Enam puluh lima persen dari 75 sampel adalah laki-laki dan sisanya perempuan. Sebelas diantaranya (14,7%) adalah kelas CTP A, 31 (41,3%) kelas CTP B, dan 33 (44%) kelas CTP C. Rerata kadar CRP adalah 15,05 ± 15,86 mg/L. Rerata kadar resistin adalah 23,39 ± 17,79 ng/mL. Hasil uji korelasi didapatkan korelasi positif yang sedang antara kadar resistin dan skor CTP (r = 0,438; p < 0,001). Korelasi positif sedang juga didapatkan antara CRP dan resistin (r = 0,478; p < 0,001). Simpulan: Kadar resistin memiliki korelasi sedang dengan skor CTP pada pasien SH. Kadar resistin didapatkan lebih tinggi kadarnya pada SH yang berat. Hal ini menunjukkan adanya kondisi inflamasi dan resistensi insulin seiring dengan peningkatan derajat beratnya SH.
KARAKTERISTIK PENYAKIT GASTROENTERITIS AKUT PADA PASIEN DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2018 Wayan Arlis Saputra; I Ketut Mariadi; Gde Somayana
E-Jurnal Medika Udayana Vol 10 No 7 (2021): Vol 10 No 07(2021): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/MU.2021.V10.i7.P17

Abstract

ABSTRAK Gastroenteritis Akut adalah peradangan pada lambung dan usus yang menimbulkan gejala berupa diare, mual dan muntah yang berlangsung kurang dari 14 hari. Penyakit ini masih menjadi masalah utama di masyarakat yang sulit untuk ditanggulangi baik pada negara berkembang maupun negara maju, dengan prevalensi yang masih cukup tinggi di Indonesia khususnya di Provinsi Bali. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik penyakit gastroenteritis akut pada pasien di RSUP Sanglah Denpasar Tahun 2018 dengan karakteristik berdasarkan usia, jenis kelamin, etiologi dan status gizi. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian potong-lintang deskriptif, dengan melakukan pengambilan data melalui rekam medis, data tersebut akan diolah dan dianalisis dengan menggunakan program SPSS ver.25. Berdasarkan jumlah keseluruhan sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yaitu sebanyak 71 kasus dan selanjutnya dianalisis secara deskriptif sehingga diperoleh karakteristik penyakit gastroenteritis akut paling banyak ditemukan pada kelompok umur dewasa (41-60 tahun) (36,6%), secara umum distribusi paling banyak juga ditemukan pada jenis kelamin perempuan (54,9%), etiologi infeksi bakteri (71,8%) dan status gizi overweight (39,4%). Jika dilakukan tabulasi silang antara etiologi dengan distribusi paling banyak, maka diperoleh kelompok umur dewasa yang infeksi bakteri (76,9%), perempuan yang infeksi bakteri (76,9%) dan status gizi overweight yang infeksi bakteri (71,4%). Kata Kunci : Gastroenteritis akut, karakteristik gastroenteritis akut, dewasa
HUBUNGAN ANTARA BERAT BADAN LEBIH DENGAN PENYAKIT REFLUKS GASTROESOFAGEAL DI RSUP SANGLAH DENPASAR PERIODE JULI – DESEMBER 2018 I Nyoman Hardana Sasmita Purthana; Gde Somayana
E-Jurnal Medika Udayana Vol 9 No 6 (2020): Vol 9 No 06(2020): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (247.363 KB) | DOI: 10.24843/MU.2020.V09.i6.P07

Abstract

ABSTRAKObesitas dan berat badan lebih masih menjadi faktor risiko dari berbagai jenis penyakit seperti diabetesmellitus, penyakit jantung koroner, osteoartritis, dan penyakit refluks gastroesofageal (GERD). Penelitianini dilakukan untuk mencari hubungan antara berat badan lebih dengan penyakit refluks gastroesofageal.Sebanyak 70 orang pasien Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) SanglahDenpasar tahun 2018 diikutkan dalam penelitian ini. Sampel diukur berat badannya dalam kilogram, dantinggi badannya dalam meter, kemudian dicari Indeks Massa Tubuhnya (IMT) dengan cara membagiberat badan dengan tinggi badan kuadrat. Sampel juga diwawancarai menggunakan kuesioner GERDQuest (GERD-Q). Selanjutnya data dikumpulkan, diolah, dan dianalisis menggunakan uji Chi-Squaredengan aplikasi Statistical Package for Social Science (SPSS) versi 21. 44 (62,9%) dari 70 sampelmerupakan orang dengan IMT berat badan lebih dan 26 (37,1%) dengan IMT bukan berat badan lebih. 9(12,9%) orang ditemukan memperoleh skor GERD-Q >8, yang terdiri dari 4 (44,44%) orang kategoriberat badan lebih dan 5 (55,56%) orang bukan kategori berat badan lebih. Data tersebut dijadikan tabel2x2 yang kemudian dilakukan uji Chi-Square. Diperoleh hasil beda proporsi sebesar 0,04 (p=0,45) danrasio prevalen (PR) sebesar 0,34 dengan interval kepercayaan (IK) sebesar 0,22-2,51. Dari hasil penelitianini dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara IMT kategori berat badan lebih denganGERD.Kata Kunci: IMT, berat badan lebih, GERD.
PREVALENSI DAN GAMBARAN UMUM DRUG-INDUCED LIVER INJURY AKIBAT OBAT ANTI TUBERKULOSIS PADA PASIEN TUBERKULOSIS RSUP SANGLAH DENPASAR PERIODE AGUSTUS 2016 – JULI 2017017 Jessica Raphaela Pranata; I Ketut Mariadi; Gde Somayana
E-Jurnal Medika Udayana Vol 8 No 9 (2019): Vol 8 No 9 (2019): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (600.884 KB)

Abstract

Indonesia merupakan negara dengan prevalensi TB terbanyak kedua di dunia. Pemberian ObatAnti Tuberkulosis (OAT) merupakan standar penanganan Tuberkulosis (TB) di Indonesia. Namun,tidak semua pasien dapat menyelesaikan pengobatan TB dikarenakan efek samping dari OAT.Salah satu efek samping yang berat dari konsumsi OAT sehingga dapat menghentikan pengobatanTB adalah Drug Induced Liver Injury (DILI). Penelitian cross-sectional analitik ini bertujuanuntuk mengkaji prevalensi dan gambaran umum DILI akibat OAT pada pasien TB di Rumah SakitUmum Pusat (RSUP) Sanglah periode Agustus 2016 – Juli 2017. Sebanyak 120 pasienterdiagnosis TB yang memiliki tes fungsi hati minimal 3 hari setelah konsumsi OAT danmemenuhi kriteria penelitian direkrut sebagai sampel penelitian. Data serum aminotransferase,bilirubin total, jenis kelamin, usia, berat badan, tinggi badan, indeks massa tubuh, dan lokasi TBdiperoleh dari rekam medis. DILI akibat OAT ditemukan pada 17 dari 120 (14,17%) pasiendengan rentang awitanDILI pada 7 – 72 hari (median 23 hari) setelah konsumsi OAT. Median usiapasien TB dengan DILI adalah sebesar 37 ± 13,07. Proporsi laki-laki yang mengalami DILI lebihbesar daripada perempuan dan proporsi DILI akibat OAT lebih besar pada kelompok usia ?35tahun. Kelompok status gizi kurang lebih banyak yang mengalami DILI akibat OAT daripadakelompok status gizi cukup. Proporsi DILI akibat OAT lebih besar pada kelompok dengan TBekstraparu dibandingkan kelompok dengan TB paru. Dapat disimpulkan bahwa prevalensi DILIakibat OAT pada pasien TB adalah 14,17%. Jenis kelamin, usia, status gizi, dan lokasi TB tidakmemiliki hubungan yang signifikan dengan DILI akibat OAT pada penelitian ini. Kata kunci: Tuberkulosis, obat anti tuberkulosis, Drug Induced Liver Injury, prevalensi,gambaran umum
HUBUNGAN ANTARA DERAJAT KEPARAHAN SIROSIS HEPATIS DENGAN KEJADIAN PERITONITIS BAKTERIAL SPONTAN Putu Bagus Darmayasa; Gede Somayana
E-Jurnal Medika Udayana Vol 7 No 9 (2018): Vol 7 No 9 (2018): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (246.269 KB)

Abstract

Spontaneous Bacterial Peritonitis (SBP) merupakan komplikasi parah yang sering terjadi pada pasien sirosis dengan asites. Kejadian SBP berada pada angka 10-30% kasus dengan angka mortalitas sebesar 20-40%. Diagnosis SBP ditegakkan berdasarkan jumlah polymorphonuclear leucocyte count (PMN count) melebihi 250/mm3 dengan ataupun tanpa kultur mikrobial yang positif pada cairan asites. Kunci penanganan SBP yakni memiliki pengetahuan mengenai regimen antibiotik yang tepat dan dengan mengetahui setting dimana infeksi dapat muncul, terutama pada pasien dengan risiko tinggi. Studi ini dilakukan untuk mengetahui angka prevalensi SBP serta mengevaluasi apakah ada hubungan antara derajat keparahan sirosis hepatis dengan angka kejadian SBP. Sebanyak 104 sampel didapatkan prevalensi SBP sebesar 14,4%. Analisis bivariat tidak menunjukkan kemaknaan (RO=2,365; IK 95%=0,815-5,253). Kata kunci: Spontaneous Bacterial Peritonitis (SBP), Sirosis Hepatis, skoring CTP
Transient Elastography sebagai Alat Skrining Kecurigaan Hipertensi Portal pada Penderita Sirosis Hepatis I Made Wisnu Wardhana; Gde Somayana; Ketut Mariadi; I Dewa Nyoman Wibawa
Intisari Sains Medis Vol. 11 No. 2 (2020): (Available online: 1 August 2020)
Publisher : DiscoverSys Inc.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (684.178 KB) | DOI: 10.15562/ism.v11i2.620

Abstract

Background: Portal hypertension was causes by extensive fibrosis on liver cirrhosis. The diagnosis of portal hypertension can only be identified by invasive procedure. Transient elastography (TE) is a non-invasive examination to determine the level of liver fibrosis by liver stiffness (LS).Objective: Transient elastography is expected to predict the possibility of portal hypertension in liver cirrhosis.Methods: The study used a cross-sectional design, where data were analyzed using a receiver operating curve (ROC) to determine the area under the curve (AUC). Data was collected from 2015 to 2018 using consecutive sampling. Analysis were done using SPSS and Medcalc to determine the cut-off point that has the best sensitivity, specificity, positive likelihood ratio (+ LR) and negative likelihood ratio (-LR).Results: In this study we found 69 patients with hepatic cirrhosis which consisted of 57 men (82.6%) and 12 women (17.4%) with a mean age of 48.57. From 69 patients with cirrhosis, portal hypertension manifestations were found by endoscopy in 45 patients (65.2%), while 24 (34.8%) were absent. TE was examined to determine LS, where the lowest value was 11.0 kPa, the highest value was 75.0 kPa, with mean value of 29.89 kPa. AUC results for LS were 0.763 (95% CI 0.645-0.857, p <0.001). The best cut-off point for LS is above 17.5 kPa with a sensitivity of 82.22% (95% CI 67.9-92.0%), specificity 62.50% (95% CI 40.6-81.2%), + LR 2.19 (95% CI 1.3-3.7), and -LR 0.28 (95% CI 0.1-0.6).Conclusion: Transient elastography with liver stiffness above 17.5 kPa can be used as a screening tool to predict manifestations of portal hypertension in patients with liver cirrhosis. Latar belakang: Hipertensi portal adalah dampak fibrosis ekstensif pada sirosis hepatis. Dimana diagnosis hipertensi portal hanya dapat ditegakkan melalui prosedur invasif. Transient elastography (TE) merupakan pemeriksaan non invasif untuk mengetahui tingkat fibrosis hati dengan hasil berupa liver stiffness (LS).Tujuan: TE diharapkan dapat digunakan sebagai alat screening bagi penderita sirosis hepatis yang memerlukan tindakan endoskopi. Metode: Penelitian menggunakan desain potong lintang, dimana data dianalisis dengan menggunakan receiver operating curve (ROC) untuk menentukan area under curve (AUC). Data dikumpulkan dari tahun 2015 hingga 2018 secara konsekutif. Analisis menggunakan SPSS dan Medcalc untuk menentukan titik potong yang memiliki sensitivitas, spesifisitas, positive likelihood ratio (+LR) dan negative likelihood ratio (-LR).Hasil: Pada penelitian ini didapatkan 69 penderita sirosis hepatis yang terdiri dari 57 orang laki-laki (82,6%) dan 12 orang perempuan (17,4%) dengan rata-rata usia 48,57 tahun. Dari 69 penderita sirosis hepatis dilakukan dievaluasi dengan menggunakan endoskopi dimana didapatkan 45 orang (65,2%) mengalami manifestasi hipertensi portal, sedangkan 24 orang (34,8%) lainnya tidak. Kemudian dilakukan pemeriksaan TE untuk mengetahui LS, dimana didapatkan nilai terendah adalah 11,0 kPa, nilai tertinggi 75,0 kPa, dengan rata-rata 29,89 kPa. Analisis kurva ROC terhadap LS yang diperoleh dari TE, diperoleh hasil AUC 0,763 (95% CI 0,645-0.857, p<0,001). Titik potong untuk LS adalah >17,5 kPa dengan sensitivitas 82,22% (95% CI 67,9-92,0%), spesifisitas 62,50% (95% CI 40,6-81,2%), +LR 2,19 (95% CI 1,3-3,7), dan -LR 0,28 (95% CI 0,1-0,6).Simpulan: TE dengan LS>17,5 kPa dapat digunakan sebagai alat screening untuk memprediksi adanya manifestasi hipertensi portal dengan interpretasi sedang. 
Profil klinis pasien dengan gejala gangguan motilitas predominan konstipasi di unit endoskopi gastrointestinal rumah sakit tersier Godfried Erycesar Yeremia Saragih; I Dewa Nyoman Wibawa; I Ketut Mariadi; Gde Somayana
Intisari Sains Medis Vol. 12 No. 1 (2021): (Available online : 1 April 2021)
Publisher : DiscoverSys Inc.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (433.573 KB) | DOI: 10.15562/ism.v12i1.855

Abstract

Background: Investigating constipation requires careful evaluation of general examinations cascaded into specifics to identify treatable or significant causes for early detection. This study aims to determine patients' clinical profile with symptoms of motility disorders, predominantly constipation, in the gastrointestinal endoscopy unit of the tertiary hospital.Methods: This descriptive cross-sectional study involved 82 participants collected through consecutive sampling. Patients with predominant constipation symptoms who underwent colonoscopy in Sanglah Hospital Endoscopy Unit from 2017 to 2018 were recruited. Primary data comprising clinical assessments, laboratory test results, and colonoscopy and histopathology interpretation were analyzed accordingly. Constipation and fecal incontinence severity was indicated by Patient Assessment of Constipation – Symptoms (PAC-SYM) and Jorge-Wexner score. Data was analyzed using SPSS version 25 for Windows.Results: Most of the respondents were male (62.2%). The PAC-SYM and Jorge-Wexner Score were relatively low, with mean values of 2.44±0.73 and 2.18±0.99, respectively. The prevalence of patients initially assessed with chronic constipation (57.32%) remained high (26.83%) despite adjustment being done after colonoscopic exclusion.Conclusion: Diagnostic challenges of constipation exceeded the exhaustive efforts utilizing extensive diagnostic modalities. Suboptimal treatment would be inevitable in the absence of a good-quality management algorithm. Latar Belakang: Investigasi konstipasi memerlukan kecermatan dalam mengevaluasi pemeriksaan umum yang berjenjang menjadi spesifik untuk mengidentifikasi kausa yang dapat ditangani atau bermakna terhadap deteksi dini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil klinis pasien dengan gejala gangguan motilitas predominan konstipasi di unit endoskopi gastrointestinal Rumah Sakit Tersier.Metode: Penelitian deskriptif potong lintang ini melibatkan 82 responden yang dikumpulkan melalui pengambilan sampel secara konsekutif. Pasien dengan gejala dominan konstipasi yang menjalani kolonoskopi di Unit Endoskopi RSUP Sanglah selama tahun 2017 hingga 2018 direkrut. Data primer yang terdiri dari penilaian klinis, hasil tes laboratorium, dan interpretasi kolonoskopi maupun histopatologi dianalisis. Tingkat keparahan konstipasi dan inkontinensia feses ditunjukkan pada skor Patient Assessment of Constipation – Symptoms (PAC-SYM) dan Jorge-Wexner. Data dianalisis menggunakan SPSS versi 25 untuk Windows.Hasil: Sebagian besar atau responden berjenis kelamin laki-laki (62,2%). Skor PAC-SYM dan Jorge-Wexner relatif rendah dengan nilai rata-rata masing-masing 2,44±0,73 dan 2,18±0,99. Prevalensi pasien yang awalnya dinilai dengan konstipasi kronis (57,32%) tetap tinggi (26,83%) meskipun penyesuaian dilakukan setelah eksklusi kolonoskopi.Simpulan: Tantangan diagnostik konstipasi melebihi upaya maksimal dengan memanfaatkan modalitas diagnostik yang luas. Terapi yang kurang optimal tidak dapat dihindari jika tidak ada algoritma manajemen yang berkualitas baik.
Age and Alarm Symptoms Predict Upper Gastrointestinal Malignancy among Patients with Dyspepsia Hendra Koncoro; I Ketut Mariadi; Gde Somayana; IGA Suryadarma; Nyoman Purwadi; IDN Wibawa
The Indonesian Journal of Gastroenterology, Hepatology, and Digestive Endoscopy VOLUME 14, NUMBER 2, August 2013
Publisher : The Indonesian Society for Digestive Endoscopy

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (414.743 KB) | DOI: 10.24871/142201373-80

Abstract

Background: Upper gastrointestinal (UGI) malignancy is one of the major causes of cancer related death. Endoscopy in dyspeptic patients above 45 years, or those with alarm symptoms may detect this condition. There were only limited data in Indonesia about age and alarm symptoms to predict UGI malignancy. This study was aimed to determine the prevalence of UGI malignancy among dyspepsia patients and to develop a simple clinical prediction model.Method: A cross-sectional study to 390 patients with dyspepsia underwent endoscopy in Endoscopy Unit of Sanglah Hospital Denpasar between July 2012 and June 2013 was conducted. Demography and alarm symptoms were documented. Chi-square and logistic regression test analysis were conducted to analyze variables associated with UGI malignancy.Results: Twenty (5.13%) of 390 patients with dyspepsia had UGI malignancy. Of the 20 patients, 65% were gastric cancer and 30% were esophageal cancer. The mean age was 59 ± 12 years. Variables associated with UGI malignancy were weight loss (OR = 8.2), dysphagia (OR = 6.2), age 45 years old (OR = 5.6), gastrointestinal bleeding (OR = 5.5), persistent vomiting (OR = 5.4), and anemia (OR = 4.9). Using a simplified rule of age 45 years and the presence of any alarm symptom, sensitivity was 85% and specificity was 67.57%.Conclusions: UGI malignancy was found in 5.13% of patients with dyspepsia who underwent endoscopy. Simple clinical prediction model states that age above 45 years and alarm symptoms may be used as a screening tool to predict UGI malignancy.Keywords: dyspepsia, alarm symptoms, upper GI malignancy, clinical prediction model
FAKTOR RISIKO DAN GAMBARAN ESOFAGOGASTRODUODENOSKOPI PENGGUNA OBAT ANTI INFLAMASI NON-STEROID DI RSUP SANGLAH TAHUN 2016-2018 Magat, Renaldy Frederich Nathanael; Wibawa, I Dewa Nyoman; Somayana, Gde; Mariadi, I Ketut
E-Jurnal Medika Udayana Vol 11 No 1 (2022): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/MU.2022.V11.i01.P07

Abstract

The use of non-stereoidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs) for a certain time and dose can cause abnormalities in the digestive tract ranging from asymptomatic, ulcers, bleeding to perforation. This study aims to determine the distribution of the proportion of patients with abnormality in gastric and duodenal due to NSAIDs based on esophagogastroduodenoscopy (EGD) results, age, gender, H. Pylori infection, type of NSAIDs, history of smoking, history of anticoagulants, history of corticosteroids and risk factors for EGD abnormalities in the gastric and duodenal due to NSAIDs use at Sanglah General Hospital in 2016-2018. This study is a retrospective cross-sectional study based on the medical records of patients who underwent endoscopy at Sanglah General Hospital in 2016-2018. The sampling technique was total sampling, then all data were analyzed using bivariate analysis of the chi-square test and multivariate logistic regression analysis. From 92 patients who met the criteria, men (54.3%) and women (45.7%) with the majority of the age group ³ 60 years (95.7%), EGD abnormalities were obtained in the form of superficial gastritis (33.7%), erosival gastritis (28.3%), gastric ulcer (28.3%), duodenal ulcer (5.4%). With ulcer characteristic are Forrest III (90.3%) and single (74.2%). The majority of patients used non-selective NSAIDs (94.5%), namely ketorolac 30 mg (40.2%). From the biopsy examination, the patient had H. pylori infection (20.5%). Based on medical records, the patients had a history of smoking (59.8%). Patients also found a history of use of anticoagulants (16.3%) and corticosteroids (35.9%). In this study, there was a significant relationship between H. pylori infection and severe EGD abnormalities in NSAID users (P = 0.012). In this study, there were no independent risk factors for severe EGD abnormalities in NSAID users, but there was a significant relationship between H. pylori infection and severe EGD abnormalities in NSAID users Keywords : NSAIDs, EGD, EGD abnormalities in NSAIDs user.
Severity of Liver Injury and Its Relation to Clinical Outcome and Duration of Hospitalization in COVID 19 Patients Kumbara, Cokorde Istri Yuliandari Krisnawardani; Mariadi, I Ketut; Somayana, Gde; Wibawa, I Dewa Nyoman; Sindhughosa, Dwijo Anargha
The Indonesian Journal of Gastroenterology, Hepatology, and Digestive Endoscopy Vol 25, No 1 (2024): VOLUME 25, NUMBER 1, April, 2024
Publisher : The Indonesian Society for Digestive Endoscopy

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24871/251202447-52

Abstract

Background: Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) can affect not only the respiratory system but also other organs such as the liver. Liver injury tends to occur in severe disease of COVID-19 patients and might contribute to clinical outcomes for patients. This study aimed to find the relationship between the severity of liver injury with clinical outcome and duration of hospitalizations.Methods: This study was a retrospective study of hospitalized COVID-19 patients period April 2020 to April 2021. The inclusion criteria were severe COVID-19 patients who developed a liver injury. The severity of the liver injury was classified into mild, moderate, and severe. The relationship between the severity of liver injury with clinical outcome and duration of hospitalization was analyzed. Univariate and logistic regression were used. Results: 90 samples fill the inclusion criteria. The liver injury severity was statistically significantly related to clinical outcome patients (p= 0.047), which is the increase in liver injury severity resulting in poor clinical outcomes. No significant relationship was found between the severity of liver injury with the duration of hospitalization.Conclusion: liver injury increases mortality in severe COVID-19 patients.