Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Pacu Itiak Sebagai Sumber Penciptaan Komposisi “SRIPANGGUNG” Pangeran Arsola; Rafiloza Rafiloza; Sahrul N
Grenek: Jurnal Seni Musik Vol 10, No 2 (2021): Grenek: Jurnal Seni Musik
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/grenek.v10i2.27428

Abstract

Sripanggung adalah sebutan untuk pemeran utama wanita dalam pertunjukan seni. Sebutan ini terinspirasi dari rasa kecintaan si pemilik itiak terhadap itiknya, dan selalu dianggap seperti primadona dalam setiap perlombaan pacu itiak. Karya ini menggunakan pendekatan deduktif dengan dengan prinsip “ekstramusikal”. Metode yang dipakai pada karya ini adalah observasi dan data lapangan yang bertujuan untuk mengetahui apa saja nilai atau suasana yang ada dalam perlombaan pacu itiak. Hasil dari pengamatan pengkarya, dalam perlombaan pacu itiak tersebut terdapat suasana persaingan/kompetisi dan euforia, dan damai. Suasana inilah yang akan diinterpretasikan kembali menjadi sebuah komposisi musik.
KOMPOSISI BAKONSI ATE KOWO Kharisma Kharisma; Andar Indra Sastra; Rafiloza Rafiloza
Melayu Arts and Performance Journal Vol 2, No 1 (2019): Melayu Art and Performance Journal
Publisher : Pascasarjana Institut Seni Indonesia Padang Panjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/mapj.v2i1.696

Abstract

Karya komposisi “Bakonsi Ate Kowo” terinspirasi dari fenomena sosial Bakonsi yang merupakan kegiatan gotong royong atau kerja sama dalam membersihkan ladang dan perkebunan di nagari Koto Tuo Kecamatan Sungai Tarab Kabupaten Tanah Datar. Kegiatan ini dilakukan oleh wanita-wanita paruh baya yang beranggotakan lima sampai dengan sepuluh orang. Hingga saat ini bakonsi menjadi mata pencaharian bagi mereka, adapun wanita-wanita paruh baya ini memiliki suka duka dalam menjalani kehidupan. Hal ini yang mendorong para pelaku bakonsi saling berkomunikasi dengan berbalas pantun sambil berdendang pada saat kegiatan membersihkan ladang dan perkebunan. Apapun dendang yang mereka nyanyikan, mereka menyebutnya dengan dendang Ate Kowo dan  pantun-pantun yang mereka lantunkan berisikan tentang parasaian iduik. Berdasarkan dari kegiatan bakonsi ini maka dapatlah suatu prinsip kerja yang hadir dalam kegiatan tersebut.
GEMA DI WAKTU SUBUH Yogi Elga Rianggi; Rafiloza Rafiloza; Wilma Sriwulan
Melayu Arts and Performance Journal Vol 2, No 2 (2019): Melayu Art and Performance Journal
Publisher : Pascasarjana Institut Seni Indonesia Padang Panjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/mapj.v2i2.977

Abstract

ABSTRACTGema di Waktu Subuh (in English, it’s translated into Echo at the Dawn Time) is the work of multimedia music with the method of sound exploration in the form of sound-design composition. This composition consists of manipulative sounds that describe the atmosphere occurring at the time of Subuh prayer in Salayo Tanang Bukit Sileh, Lembang Jaya sub-district, Solok district. This composition includes in illustration music that explores the sounds of nature at dawn such as river sound, cicada’s sound, rooster’s sound, vehicle sound, the sound of people’s reciting verses in Quran, and Shalawat Tahrim as the sign of the entrance of Subuh prayer time. Gema di Waktu Subuh was processed through the application of Digital Audio Workstation (DAW) cubase5 with the assistance of Virtual Sound Technology (VST) namely Waves 9, processed with producing 3d sound. Keywords: Multimedia Music, Manipulation, Exploration, Breaking Dawn Echo.  ABSTRAKGema di Waktu Subuh merupakan karya musik multimedia dengan metode eksplorasi bunyi dalam bentuk penggarapan Sound Design. Karya ini merupakan suara-suara manipulasi yang menggambarkan suasana yang terjadi ketika akan masuknya waktu sholat subuh di daerah Salayo Tanang Bukit Sileh Kecamatan Lembang Jaya Kabupaten Solok .Karya ini termasuk musik ilustrasi mengeksplorasi suara-suara Alam diwaktu  subuh, seperti: bunyi sungai, bunyi jangkrik, bunyi ayam berkokok, bunyi kendaraan, bunyi orang yang membacakan Tilawah ayat suci Al-Qur’an, dan Shalawat Tahrim sebagai penanda masuknya waktu sholat Subuh.Gema di Waktu Subuh diolah melalui sarana pengaplikasian Digital Audio Workstation (DAW) cubase5 dengan bantuan Virtual Sound Technology (VST) yaitu Waves 9, diolah dengan menghasilkansuara 3d sound. Kata kunci: Musik-Multimedia, Manipulasi, Eksplorasi, Gema-Shubuh. 
Komposisi Musik Satanggak Duo Rono Sebagai Representasi Kesenian Qasidah Rabano di Ambun Pagi Kabupaten Agam Hasan Basri Durin; Susandra Jaya; Rafiloza Rafiloza
Jurnal Musik Nusantara Vol 1, No 1 (2021): Jurnal Musik Etnik Nusantara
Publisher : Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (471.312 KB) | DOI: 10.26887/musik nusantara.v1i1.2012

Abstract

Kesenian kasidah rabano adalah kesenian bernuansa religi yang berkembang di Jorong Kuok Tigo Koto Nagari Ambun Pagi Kecamatan Matua Mudiak Kabupaten Agam. Dalam kesenian kasidah rabano terdiri dari radad dan empat lagu yaitu: Nabi Barampeh, Musajik di Madinah, Kanak-kanak Dalam Sarugo dan Fatimah Manangih. Prinsip irama dalam kesenian kasidah rabano bersifat repetitif dengan scale minor diatonic. Pada lagu Musajik di Madinah, memiliki fenomena musikal yaitu terdapat perubahan irama yang bergerak naik dengan teknik malismatik pada frase akhir lagu Musajik di Madinah. Pola ritme rabano dimainkan sedikit energik dalam bentuk pola yang berulang-ulang dan batingkah. Saat ini kesenian kasidah rabano tidak lagi berkembang, hal tersebut menjadi urgensi bagi pengkarya dengan mengembangkan kembali kesenian kasidah rabano dalam bentuk pendekatan tradisi yang terdiri dari dua bagian. Bagian pertama terfokus pada teknik permainan acapella dan bagian kedua terfokus pada teknik permainan kontras dengan judul Satanggak Duo Rono, yang berarti penggarapan dua bentuk irama dan pola ritme rabano yang bersumber dari lagu Musajik di Madinah dalam kesenian kasidah rabano yang dihadirkan dalam kemasan seni pertunjukan. Kata Kunci: Satanggak Duo Rono; Kasidah Rabano; Radad; Musajik di Madinah; Musik Tradisi ABSTRACTKasidah rabano art is a religious art that developed in Jorong Kuok Tigo Koto Nagari Ambun Pagi District Matua Mudiak Agam Regency. In the art of kasidah rabano consists of radad and four songs namely: Nabi Barampeh, Musajik Di Madinah, Children In Sarugo and Fatimah Manangih. The rhythmic principle in the art of kasidah rabano is repetitive with diatonic minor scales. In The Medina's Musajik song, there is a musical phenomenon that is a change in rhythm that moves up with malmismatic techniques in the final phrase of the song Musajik Di Madinah. Rabano's rhythmic patterns are played a little energetic in the form of repetitive patterns and batteries. Currently the art of kasidah rabano is no longer developed, it becomes an urgency for the craftsman by redeveloping the art of kasidah rabano in the form of a traditional approach consisting of two parts. The first part focuses on acapella game techniques and the second part focuses on game techniques in contrast to the title Satanggak Duo Rono, which means the use of two forms of rhythm and rabano rhythm patterns sourced from the song Musajik Di Madinah in the art of kasidah rabano presented in the packaging of performing arts. Keywords: Satanggak Duo Rono; Kasidah Rabano; Radad; Musajik In Medina; Traditional Music 
Bentuk dan Fungsi Pertunjukan Saluang Panjang pada Masyarakat Nagari Luak Kapau Kecamatan Pauh Duo Kabupaten Solok Selatan Dori Saputra; Misda Elina; Firdaus Firdaus; Rafiloza Rafiloza
Jurnal Musik Nusantara Vol 2, No 1 (2022): Jurnal Musik Etnik Nusantara
Publisher : Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/jmen.v2i1.3090

Abstract

ABSTRAKSaluang Panjang adalah salah satu kesenian tradisi yang pada dahulunya sering ditampilkan pada acara pesta perkawinan, kajo uwak lambai (pengangkatan raja), sukuran panen, hiburan anak muda dan hiburan pribadi di Nagari Luak Kapau Kecamatan Pauh Duo Kabupaten Solok Selatan. Saat ini kesenian Saluang Panjang  mulai  dilupakan karena masyarakat lebih tertarik menampilkan musik modern. Sebagai upaya pelestarian kesenian, Saluang Panjang ditampilkan sebagai pengiring musik tari, musik randai,  hiburan pada kegiatan gotong royong dan pada acara festival Seribu Rumah Gadang. Tujuan  penelitian ini untuk mendeskripsikan bentuk, fungsi dan pandangan masyarakat terhadap kesenian Saluang Panjang di Nagari Luak Kapau. Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi pertunjukan Saluang Panjang di lapangan. Hasil penelitian menunjukan bahwa bentuk pertunjukan Saluang Panjang memiliki tiga karekter warna bunyi yaitu, tinggi, sedang dan rendah, dari ke tiga karakter warna bunyi Saluang Panjang tersebut, seiring dengan melodi pantun yang juga memiliki tinggi, sedang dan rendah. fungsi Saluang Panjang adalah sebagai hiburan, fungsi ekspresi, fungsi penghayatan, fungsi komonikasi, fungsi kesenambungan dari norma-norma lain. Pandangan masyarakat terhadap kesenian Saluang Panjang oleh kaum adat, kaum ulama, seniman tradisi, kaum tua, kaum muda-mudi dan masyarakat pada umumnya memberikan dampak yang positif terhadap kesenian Saluang Panjang, karena dapat membangkitkan atau memelihara nilai-nilai budaya sebagai indentitas suatu daerah yang terpelihara dan dijaga keberadaannya. Kata kunci: Bentuk; Fungsi; Saluang Panjang; Luak kapau   ABSTRACTSaluang Panjang is one of the traditional arts that used to be often performend at weddings, kajo uwak lambai (appointment of king), harvest celebrations, youth entertainment and personal entertainment in Nagari Luak Kapau, Pauh Duo sub-district, South Solok Regency. Currently Saluang Panjang art is starting to be forgotten because people are more interested in performing modern music. As an effort to preserve the arts, Saluang Panjang is performed as an accompaniment to dance music, randai music, entertainment at mutual cooperation activities and at the Thousand Houses Gandang festival. The purpose of this study is to describe the form, function and public viem of the Saluang Panjang art in Nagari Luak Kapau. The study used qualitative methods with data collection carried out by means of observation, interviews and documentation of Saluang Panjang performances in the field. The results showed that the form of the Saluang Panjang performance has three sound color characteristics, namely, high, medium and low, from the three characters of Saluang Panjang’s sound color, along with the melody of the rhyme which also has high, medium and low. Saluang Panjang function is as entertainment, expression function, appreciation function, communication function, continuity function from other norms. The public’s view of Saluang Panjang art by indigenous peoples, scholars, traditional artists, the elderly, young people and the community in general has a positive impact on Saluang Panjang art, because it can generate or maintain cultural values as the identity of an area that maintained and maintained.Keywords: Form; Function; Saluang Panjang; Luak Kapau       
Transformasi dan Pengembangan Pola Ritem Gandang Sarunai Pada Komposisi Musik “ Never Alone” Nadya Fitria Yunita; Susandrajaya Susandrajaya; Yurnalis Yurnalis; Rafiloza Rafiloza
Jurnal Musik Nusantara Vol 2, No 2 (2022): Jurnal Musik Etnik Nusantara
Publisher : Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/jmen.v2i2.3203

Abstract

-Gandang Sarunai merupakan salah satu intrumen tradisonal yang berasal dari Minangkabau tepatnya di Kabupaten Solok Selatan. Karya komposisi musik karawitan yang berjudul “Never Alone” terinspirasi dari kesenian tradisi Gandang Sarunai yaitu pada repertoar Gandang Duo Iliu yang berkembang di Nagari Pasia Talang Kecamatan Sungai Pagu. Gandang Sarunai biasanya dihadirkan dalam acara upacara adat, mananti tamu, acara batagak penghulu dan pernikahan. Repertoar Gandang Duo Iliu memiliki unsur musikal yang menarik yaitu sifat Interlocking karena Gandang Paningkah dan Gandang palalu pada permainan Gandang Duo Iliu saling terjalin. Selain Interlocking pada permainan Gandang Sarunai juga terkesan Kajau Mangajau (kejar mengejar). Karya komposisi musik “Never Alone” di garap dengan menggunakan metode pendekatan World Music. Karya ini bertujuan untuk mewujudkan ide/gagasan yang bersumber dari kesenian Gandang Sarunai repertoar Gandang Duo Iliu yang mencoba menghadirkan beberapa bentuk kebaruan dengan mengembangkan interlocking atau Kajau Mangajau yang berbeda menjadi sebuah komposisi musik karawitan, selain itu pengkarya ingin berbagi pengalaman musikal yang bisa memberikan inspirasi serta motivasi demi perkembangan komposisi musik itu sendiri.
The Song Of Gandang Tambua Azizi Afwan; Rafiloza Rafiloza; Rosmegawaty Tindaon
Gestus Journal: Penciptaan dan Pengkajian Seni Vol 1 No 2 (2021): GESTUS JOURNAL : PENCIPTAAN DAN PENGKAJIAN SENI
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gsts.v1i2.27414

Abstract

The Song Of Gandang Tambua is a work of sound art inspired by the phenomenon of the traditional art of Gandang Tasa in Pariaman, West Sumatra. The phenomenon of the existence of Gandang Tasa is the main interest of this paper. The author formulates three things that are the reasons why Gandang Tasa still exists today: œdiversity, œcohesiveness, and people's œlove for the art of Gandang Tasa are the three reasons why Gandang Tambua still exists today. With these three backgrounds, the artist was inspired to create a programa music using traditional western music techniques such as Retrograde, Augmentation, Diminusion, Imitation, Repetition, Sequence and Canon. The method of creation is carried out by several work groupings: Concept Development Method (Observation, Interview, Data Collection and Concept Formulation); and Methods of Realizing the Concept (Exploration, Experimentation, and Application). In describing expression, this musical composition is made in the form of three parts, each of which is entitled œRagam, œKompak and œCinta with a mixed ensemble formation.Keywords: Gandang Tambua, Gandang Tasa, Program Music.