Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

PANDANGAN ORMAS ISLAM TERHADAP DRAF KRITERIA BARU PENENTUAN KALENDER HIJRIAH DI INDONESIA Ahmad Fadholi
istinbath Vol 17 No 1 (2018): Juni
Publisher : Universitas Islam Negeri Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (376.233 KB) | DOI: 10.20414/ijhi.v17i1.41

Abstract

Discussion of the proposed draft of new MABIMS criteria and draftof MUI criteria was made for a common interest and agreement deliberately forthe unification of the Hijri calendar in Indonesia. Some Islamic Organizationsin Indonesia had provided various views and attitudes towards the draft of thenew criteria. The views and attitudes of these mass organizations was various,and only the Islamic Union (Persis) had accepted and used these criteria since2012. The other organizations’ views were as follows: Nahdlatul Ulama(NU),expressly stipulated that the initial stipulation of Ramad}an, Syawal, danZulhijjah was based on rukyat, with hisab support. As like NU, al-Irsyad al-Islamiyyah was still guided with rukyat. For it, hisab was just as a tool forthe implementation of rukyat properly and effectively. Similarly al-Jam’iyatulWasliyah, which was consisten guided on rukyat, but chose to use the criteriaof the workshop results in Cisarua Bogor in 2011M. While Muhammadiyahuntil now had not determined the official attitude about the draft. Pembahasan terhadap usulan draf kriteria baru MABIMS dan drafkriteria MUI sengaja dibuat untuk sebuah kepentingan dan kesepakatanbersama guna penyatuan kalender Hijriah di Indonesia. Beberapa OrmasIslam di Indonesia telah memberikan berbagai pandangan dan sikap terhadapdraf kriteria baru tersebut. Pandangan dan sikap dari ormas-ormas tersebutberbagai macam, dan hanya Persatuan Islam (Persis) yang menerima danmenggunakan kriteria tersebut sejak tahun 2012. Adapun pandangan ormaslainnya sebagai berikut: Nahdlatul Ulama (NU), dengan tegas menyatakanbahwa penetapan awal bulan Ramadhan, Syawal, dan Zulhijjah berdasarkanpada rukyat, dengan dukungan hisab. Sama seperti NU, al-Irsyad al-Islamiyyahtetap berpedoman rukyat. Baginya, hisab hanya sebagai alat pembantu untukpelaksanaan rukyat secara tepat dan efektif. Begitu pula al-Jam’iyatul Wasliyah,yang tetap berpedoman pada rukyat, namun memilih menggunakan kriteriahasil dari lokakarya di Cisarua Bogor tahun 2011M.Sedangkan Muhammadiyahsampai saat ini belum menentukan sikap resmi tentang adanya draf tersebut.
Ideal Moral Penetapan Awal Bulan Kamariah Ahmad Fadholi
Al-Marshad: Jurnal Astronomi Islam dan Ilmu-Ilmu Berkaitan Vol 3, No 1 (2017)
Publisher : University of Muhammadiyah Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (82.775 KB) | DOI: 10.30596/jam.v3i1.1071

Abstract

AbstrakFazlur Rahman sangat berkepentingan untuk membangunkan kembali kesadaran umat Islam akan tanggungjawab sejarahnya dengan fondasi moral yang kokoh. Fondasi ini, hanya mungkin  bisa diciptakan jika al-Qur’an sebagai sumber ajaran moral yang sempurna dipahami secara utuh dan padu. Untuk mendukung tujuan tersebut, maka perlu bangunan metodologi yang benar dan akurat. Harus memahaminya dengan komprehensif, bukan parsial.Perbedaan penentuan awal bulan Ramadan dan Syawal atau awal bulan lainnya seperti sudah menjadi pemandangan umum umat Islam di Indonesia. Perbedaan ini bisa menjadi rahmat namun bisa malah menjadi laknat jika muslim yang berbeda merayakan tidak mau saling menghormati dan malah jadi jurang pemisah ukhuwah. Meskipun sudah sering berbeda namun alangkah baiknya jika perbedaan ini bisa disamakan demi kepentingan bersama. Untuk menyamakan cara penentuan ini, penulis memilih model pembaharuan pemikiran Islam Fazlur Rahman dari aspek metodologinya yakni metode penafsiran double movement atau gerakan gandanya adalah respon terhadap model penafsiran  dan  pemahaman  al-Qur’an yang bersifat ‛atomistik‛ serta pemahaman dan pendekatan yang sepotong-potong  terhadap  al-Qur’an  yang  biasa  digunakan para mufassir abad pertengahan, bahkan juga para mufassir tradisional era kontemporer sekarang ini.Kata Kunci: ideal moral, awal bulan, hisab-rukyah
IJMA’ SEBAGAI PENYATUAN PERBEDAAN AWAL BULAN QAMARIAH Ahmad Fadholi
Comparativa: Jurnal Ilmiah Perbandingan Mazhab dan Hukum Vol. 1 No. 1 (2020)
Publisher : Program Studi Perbandingan Mazhab, Fakultas Syariah, Universitas Islam Negeri (UIN) Datokarama Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (336.855 KB) | DOI: 10.24239/comparativa.v1i1.1

Abstract

The teachings of Islam can be understood, because Islam brought by Prophet Muhammad pbuh. at 14 centuries ago, who was sent to convey Islamic teachings with the holy book, al-Qur’an as the principal teachings of Islam. While the second source is as-Sunnah. Both of them, al-Quran and as-Sunnah, are the principal source of Islamic teachings. Along with the times increasingly complex, the problems in people's lives are more and more undiscovered in these two sources. it is necessary for an ijtihad to finish its problems by way of ijma 'as a method of solving problems of religion. Ijma 'itself is an agreement of the mujtahid at some time after Prophet Muhammad on a syar'i law about a particular event. Events of the law faced by Muslims did’n stop by the death of the Prophet Muhammad pbuh. This problem, both in types and quality, is always developed according with evolution of time. Therefore, alternatives taken to determine the laws of any event are through ijtihad and make decisions together. That joint decision is called ijma ' and is the third argument agreed by sholars to be sources of law. Then by agreement as a third source of law, it have power in the Islamic legal system. The power of ijma' has been suggested by the Prophet in a hadith "La tajtami'u ummati' ala al-dhallah".
PENDAMPINGAN PELATIHAN FAHMIL QURAN DAN SYARHIL QURAN BAGI SANTRI PONDOK PESANTREN BAHRUL HUDA SARANGMANDI BANGKA TENGAH Muhammad Amin; Winarno Winarno; Ahmad Fadholi; Muhammad Anwar; Muhammad Basir
Al-Khidmat Vol 6, No 1 (2023): Jurnal Al-Khidmat : Jurnal Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : Pusat Pengabdian kepada Masyarakat LP2M UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/jak.v6i1.25218

Abstract

AbstrakArtikel ini diformulasikan sebagai laporan pengabdian pendampingan pelatihan fahmil Quran dan Syarhil Quran di Pondok Pesantren Bahrul Huda Sarangmandi. Metode yang digunakan dalam pengabdian adalah Community Based Research (CBR). Dengan menggunakan metode ini, maka tim pengabdi melakukan lima langkah pengabdian yaitu: Laying foundations, Planning, Gathering and Analysis Information,Action on Finding, Monitoring dan Evaluasi. Berdasarkan hasil kajian, ditemukan empat problem utama yang dihadapi oleh subyek pengabdian yaitu: sulitnya kaderisasi peserta, sebaran materi Fahmil Quran dan Syarhil Quran yang tidak merata, belum dikuasainya soft-skill pendukung, dan belum adanya pengalaman perlombaan. Untuk menjawab problem ini, tim pengabdian melakukan 10 kali kegiatan pendampingan di lapangan. Problem yang ada dihadapi dengan cara: Pertama, kaderisasi bertingkat yaitu membangun tim MFQ dan MSQ dengan keanggotaan kelas berjenjang (mulai kelas VII hingga kelas X). Kedua, membagikan materi fahmil terbaru sesuai dengan silabus Lembaga Pengembangan Tilawatil Quran Naisonal tahun 2022 dan membagi tiga naskah MSQ standar nasional. Ketiga, memberikan pelatihan soft-skill seperti penguasaan bel, penguasaan tilawah, perhitungan waris, hingga pencarian ayat al-Quran. Keempat, mendorong pesantren Bahrul Huda untuk mengadakan liga al-Quran pada perayaan tahun baru Islam atau pada malam-malam di bulan Ramadhan. AbstractThis article is formulated as a report on the service of mentoring the Quran fahmil and Syarhil Quran training at the Bahrul Huda Sarmandi Islamic Boarding School. The method used in the service is Community Based Research (CBR). By using this method, the service team performs five steps of service, namely: Laying foundations, Planning, Gathering and Analysis Information, Action on Finding, Monitoring and Evaluation. Based on the results of the study, it was found that there were four main problems faced by the subjects of service, namely: the difficulty of cadre of participants, the uneven distribution of Fahmil Quran and Syarhil Quran materials, not yet mastered supporting soft-skills, and no competition experience. To answer this problem, the service team carried out 10 assistance activities in the field. The existing problems are dealt with by: First, multilevel regeneration, namely building MFQ and MSQ teams with tiered class membership (from class VII to class X). Second, distributing the latest fahmil material according to the 2022 National Tilawatil Quran Development Institute syllabus and dividing three national standard MSQ texts. Third, providing soft-skill training such as mastering the bell, mastering recitations, calculating inheritance, and searching for verses of the Koran. Fourth, encourage the Bahrul Huda Islamic boarding school to hold an al-Quran league at the celebration of the Islamic new-year or on nights in the month of Ramadan.