Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

REDEFINISI HILÄ€L DALAM PERSPEKTIF FIKIH DAN ASTRONOMI Putri, Hasna Tuddar
Al-Ahkam Volume 22, Nomor 1, April 2012
Publisher : Faculty of Shariah and Law, State Islamic University (UIN) Walisongo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (232.718 KB) | DOI: 10.21580/ahkam.2012.22.1.6

Abstract

Unification of the Islamic calendar was much needed and is a major requirement for Muslims today in the running of worship. Uniformity in to worship and celebrate Islamic holy days is something that has been long awaited. An expectation of the Islamic calendar is determining who has the certainty that a better and more organized for various purposes. However, it is in conflict with a different concept of the new moon from several groups paradigm respectively, both from the perspec tive of science and religion. Hilāl is one of the main sources in the preparation of the I slamic calendar. Currently, the definition of the new moon is very diverse. Which d efinition is used for the initial determination new month of hijriyah, both from the perspective of astronomy or fiqh, or combination of them. Therefore, the article is devoted to the redefinition of the concept of the new moon from the perspective of science and fiqh, that synergy occurs between fiqh and the astronomical new moon to determine new month of Islam. So that the unity of the Islamic calendar can be realized well.***Penyatuan kalender Islam sangat dibutuhkan dan merupakan syarat utama bagi umat Islam saat ini dalam menjalankan ibadah. Keseragama n dalam beribadah dan merayakan hari besar Islam adalah sesuatu yang telah lama ditunggu. Harapan atas kalender Islam adalah sebuah kalender yang memilikikepastian (akurasi) lebih baik dan lebih terorganisir untuk berbagai keperluan. Namun dalam realitas terdapat perbedaan pandangan tentang konsep bulan baru oleh beberapa kelompok, baik dari perspektif ilmu pengetahuan maupun agama. Hilāl adalah salah satu sumber utama dalam penyusunan kalender Islam. Saat ini definisi bulan baru sangat beragam, padahal definisi inilah yang digunakan untuk penentuan awal bulan ba ru Hijriyah, baik dari sudut pandang fikih astronomi atau kombinasi dari mereka. Artikel ini difokuskan untuk mendefinisikan kembali konsep bulan baru dari sudut pandang ilmu pengetahuan (astronomi) dan fikih. Sinergi antara fikih dan ast ronomi sebagai pendekatan untuk menentukan bulan baru Islam perlu diupayakan sebagai sebuah ikhtiar untuk merumuskan kesatuan kalender Islam.***Keywords: kalender HIjriyah, hilāl , astronomi, fikih
Tinjauan Astronomi Terhadap Hisab Gerhana Bulan dalam Kitab Ittifāq Żāt al-Bain Karya Moh. Zubair Abdul Karim Hasna Tuddar Putri
Al-Marshad: Jurnal Astronomi Islam dan Ilmu-Ilmu Berkaitan Vol 6, No 2 (2020): Al-Marshad
Publisher : University of Muhammadiyah Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30596/jam.v6i2.5186

Abstract

Penentuan gerhana salah satu hisab yang memiliki algoritma yang rumit. Peranan astronomi membantu memahami hisab gerhana dalam kitab Ittifāq Żāt al-Bain menjadi lebih mudah. Istilah dalam hisab gerhana Bulan kitab tersebut bisa diterjemahkan dalam bahasa astronomi murni. Keduanya bisa saling memberi kontribusi dalam hisab gerhana bulan dari segi data maupun algoritma. Kitab tersebut mengkombinasikan data, algoritma klasik dan modern. Jika ditinjau dari segi astronomi, hisab gerhana bulan dalam kitab tersebut memiliki kekurangan dalam ketelitian dari segi data. Algoritmanya lebih minimalis daripada algoritma hisab gerhana bulan dalam astronomi modern. Namun kitab Ittifāq Żāt al-Bain memberi warna baru terhadap hisab gerhana Bulan.
Hisab Urfi Syekh Abbas Kutakarang: Kajian Etnoastronomi dalam Penentuan Awal Bulan Hijriah Hasna Tuddar Putri
Media Syari'ah Vol 21, No 1 (2019)
Publisher : Sharia and Law Faculty

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22373/jms.v21i1.6476

Abstract

Perkembangan keilmuan falak merupakan buah karya atas kembalinya para ulama ke Indonesia dari Makkah maupun Timur Tengah. Mulai saat itu lahir beberapa tokoh falak dengan karyanya dengan model perhitungan yang bermacam-macam dan terus berkembang hingga sekarang. Salah satu ulama Aceh yang masih dikenal adalah Syekh Abbas Kutakarang. Ia terkenal sebagai ahli astronomi maupun astrologi di dunia Melayu. Berangkat dari hal tersebut, maka penulis ingin menelusuri bagaimana kontribusi Syekh Abbas Kutakarang tentang hisab penentuan awal bulan Hijriah. Penulis menggunakan penelitian jenis library research untuk mengumpulkan data tentang pemikiran Syekh Abbas Kutakarang dengan karyanya Tāj al-Mulūk yang terkait dengan hisab penentuan awal bulan Hijriah sebagai sumber primer. Hasil penelitian menyebutkan karya Syekh Abbas Kutakarang yang fenomenal adalah kitab Tāj al-Mulūk, di dalamnya terdapat konsep hisab urfi yang hampir sama dengan hisab aboge. Selama ini hisab urfi seperti aboge hanya dikenal di Jawa. Faktanya, Syekh Abbas Kutakarang juga menggunakan hisab seperti sistem aboge tetapi dengan konsep yang berbeda. Hisab urfi Syekh Abbas Kutakarang unik dan berbeda dengan hisab aboge dalam penentuan awal bulan Hijriah. Ia menggunakan kaidah ilmu falak tidak hanya untuk keperluan ibadah, melainkan untuk menghitung hari baik dan buruk, untuk pertanian dan menghitung musim. Hisab urfi Syekh Abbas Kutakarang dalam kajian ilmu falak tergolong dalam kajian etnoastronomi yaitu kajian yang menghubungkan antara astronomi dan budaya dalam penggunaan kaidah falak.Abstract: The development of astronomy is a work of the return of the scholars to Indonesia from Mecca and the Middle East. From then on, several celestial figures were born with their work with various calculation models and continue to grow until now. One of the Acehnese scholars who is still well known is Sheikh Abbas Kutakarang. He is famous as an astronomer and astrologer in the Malay world. Departing from this, the authors want to explore how the contribution of Sheikh Abbas Kutakarang about hisab of the beginning of the Hijri month. The author uses research library type research to collect data about the thoughts of Sheikh Abbas Kutakarang with his work Tāj al-Muluk related to hisab of early Hijri months as a primary source. The results of the study mention the phenomenal work of Sheikh Abbas Kutakarang is the book of Taj al-Muluk, in which there is a concept of  urfi hisab which is almost the same as aboge hisab. So far, hisab of Ufi like Aboge is only known in Java. In fact, Sheikh Abbas Kutakarang also uses hisab like the aboge system but with a different concept. Hisab urfi Sheikh Abbas Kutakarang is unique and different from the hisab aboge in the determination of the beginning of the Hijri month. He uses the principle of astronomy not only for religious purposes, but to count good and bad days, for agriculture and for seasons. Hisab urfi Sheikh Abbas Kutakarang in the study of astronomy belongs to the study of ethnoastronomy, the study that connects astronomy and culture in the use of astronomical rules.
ACEH LOCAL WISDOM IN THE METHOD OF DETERMINING THE HIJRI CALENDAR Hasna Tuddar Putri; Ibnu Qodir
Al-Hilal: Journal of Islamic Astronomy Vol 4, No 1 (2022)
Publisher : Fakultas Syari'ah dan Hukum UIN Walisongo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/al-hilal.2022.4.1.11321

Abstract

Calendars with cultural nuances are part of local wisdom that should be preserved, one of which is the formulation of Sheikh Abbas Kutakarang's calendar from Aceh. This article aims to see how Sheikh Abbas Kutakarang shaped local wisdom in the method of determining the classical Hijri calendar in Aceh. This article is qualitative in nature by using library data with content analysis method. The primary data source used is the book of Tāj al-Mulūk by Sheikh Abbas Kutakarang. This article finds that there are characteristics of local wisdom in determining the classical Hijri calendar in Aceh in different methods and algorithms from classical Javanese reckoning. These differences have an impact on differences in determining the beginning of the Hijri year. This method is a representation of local wisdom in the Hijri calendar in Aceh.
Pendampingan Penyusunan Bahan Ajar Ilmu Falak Berbasis Kurikulum Pesantren Muadalah di Dayah Salafiyah Raudhatul Maarif Cot Trueng Aceh Utara Ismail Ismail; Hasna Tuddar Putri
IHSAN : JURNAL PENGABDIAN MASYARAKAT Vol 5, No 1 (2023): Ihsan: Jurnal Pengabdian Masyarakat (April)
Publisher : University of Muhammadiyah Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30596/ihsan.v5i1.13185

Abstract

Pondok Pesantren Raudhatul Ma'arif Cot Trueng is one of the islamic boarding schools in North Aceh Regency, Aceh Province that has organized a muadalah islamic boarding school curriculum system as regulated in PMA. No. 18 of 2014, where the subject of falak science is one of the subjects of the Islamic family that must be taught for the Aliyah level. Limitations in the availability of falak science teaching materials and teaching staff for falak science subjects are the main obstacles in implementing the muadalah curriculum in the Islamic boarding school. This community service program is aimed at aliyah teachers at the Raudhatul Ma'arif Cot Trueng Islamic Boarding School, which teaches falak science subjects, because several problems include: 1) the teachers who teach falak science subjects have not been able to master the falak science material optimally; 2) teachers are not used to compiling teaching materials that are in accordance with the existing curriculum; 3) The lack of falak science literature in Islamic boarding schools causes teachers to be unable to compile teaching materials optimally. From these problems, assistance activities will be sought, especially in compiling teaching materials in accordance with the muadalah curriculum which is a guideline in the implementation of the curriculum at the Raudhatul Ma'arif Islamic boarding school. This assistance aims to allow teachers to teach falak science independently and falak science material can be taught comprehensively based on the teaching materials they have compiled. The result obtained from this assistance is that teachers have been able to understand mastering falak science so that they can produce falak science teaching materials in the form of textbooks that are in accordance with the competencies in the muadalah curriculum. These results are obtained from the results of mentoring starting from the planning stage, action stage, observation and ending with reflection.
ROADSHOW TELESKOP DI DAYAH JABAL NUR ACEH UTARA Ismail Ismail; Hasna Tuddar Putri; Laiyina Ukhti; Syahri Ramadhani
Jurnal Pengabdian Masyarakat Multidisiplin Vol 6 No 3 (2023): Juni
Publisher : LPPM Universitas Abdurrab

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36341/jpm.v6i3.3323

Abstract

Jurusan Ilmu Falak di Indonesia masih tergolong baru dan masih kurang familiar di kalangan masyarakat, terutama di kalangan pelajar pada jenjang terakhir yang akan melanjutkan kuliah, hal ini dibuktikan hampir seluruh jurusan ilmu falak di Indonesia menjadi jurusan langka peminat. Metode yang digunakan dalam pengabdian ini berupa sosialisasi dan edukasi yang menggunakan alat peraga berupa teleskop pada santri kelas VI Dayah Jabal Nur Aceh Utara. Materi yang disampaikan berupa pengenalan ilmu falak dan penggunaan teleskop. Pengabdian ini bertujuan untuk memperkenalkan ilmu falak dalam bentuk sebuah profesi dan studi lanjut yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Hasil pengabdian ini terlihat para santri sangat antusias dalam mengikuti acara dan adanya perubahan dalam memahami tentang ilmu falak dan teleskop. Diharapkan acara pengabdian seperti ini terus berlanjut dengan alat peraga yang berbeda-beda di sekolah dan dayah agar peminat melanjutkan pendidikan ke jenjang sarjana di jurusan ilmu falak.