Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Silang pada Tindakan Ekstraksi Gigi di Poli Gigi Rumah Sakit Siloam Manado Gabriele, Rachel; Wowor, Vonny N. S.; Supit, Aurelia
e-CliniC Vol 7, No 2 (2019): e-CliniC
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ecl.v7i2.23978

Abstract

Abstract: Prevention and control of cross infection is very important for dental health workers, especially in dental extraction because this action is directly related to blood and saliva. The risk of infection requires thorough attention of dental health workers. This study was aimed to determine the level of prevention and control of cross infection in dental extraction at Dental Clinic of Siloam Hospital Manado. This wass an observational descriptive study, with a total samples of 30 operators. The results showed that the prevention and control of cross infection before dental extraction performed was 61.71%; during dental extraction was 73.34%; and after dental extraction was 92.08%. Generally, the prevention and control of cross infection in dental extraction only achieved 75.71%. In conclusion, the prevention and control of cross infection in dental extraction at Siloam Hospital, Manado was still below maximum level.Keywords: prevention control of cross infection, dental extraction Abstrak: Pencegahan dan pengendalian infeksi silang merupakan hal yang sangat penting bagi tenaga kesehatan gigi, terlebih lagi pada ekstraksi gigi, karena tindakan ini berhubungan langsung dengan darah dan saliva. Risiko infeksi mengharuskan tenaga kesehatan gigi memerhatikan tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pencegahan dan pengendalian infeksi silang pada tindakan ekstraksi gigi di poliklinik gigi Rumah Sakit Siloam Manado. Jenis penelitian ialah deskriptif observasional, dengan jumlah subyek sebanyak 30 operator. Hasil penelitian mendapatkan pencegahan dan pengendalian infeksi silang sebelum tindakan ekstraksi gigi dilakukan sebesar 61,71%; selama tindakan ekstraksi gigi sebesar 73,34%; dan setelah tindakan ekstraksi gigi sebesar 92,08%. Secara umum, pencegahan dan pengendalian infeksi silang pada tindakan ekstraksi gigi hanya dilakukan sebesar 75,71%. Simpulan penelitian ini ialah pencegahan dan pengendalian infeksi silang pada tindakan ekstraksi gigi di poliklinik gigi Rumah Sakit Siloam Manado belum maksimal.Kata kunci: pencegahan dan pengendalian infeksi silang, ekstraksi gigi
UJI EFEK ANTI BAKTERI EKSTRAK BUNGA CENGKEH TERHADAP BAKTERI Streptococcus mutans SECARA IN VITRO Andries, Juvensius R.; Gunawan, Paulina N.; Supit, Aurelia
e-GiGi Vol 2, No 2 (2014): e-GiGi
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/eg.2.2.2014.5763

Abstract

Abstrak: Minyak cengkeh berguna sebagai antibakteri alami. Minyak esensial dari cengkeh mempunyai fungsi anestetik dan antimikrobial. Zat yang terkandung dalam cengkeh yang bernama eugenol dapat membunuh bakteri termasuk bakteri yang resisten terhadap antibiotika, salah satunya adalah bakteri Streptococcus mutans. Bakteri ini merupakan mikroorganisme penyebab utama terjadinya karies. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui efek antibakteri ekstrak cengkeh terhadap bakteri Streptococcus mutans secara in vitro. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan post test only control group design. Penelitian ini menggunakan bahan coba ekstrak cengkeh dengan konsentrasi 40%, 60%, dan 80%, Ciprofloxacin, aquades dengan pengulangan sebanyak lima kali. Data dikumpulkan dan dianalisis dengan one-way ANOVA dan post-hoc uji LSD ( = 0,05). Berdasarkan hasil uji statistik penelitian uji efek antibakteri ekstrak cengkeh terhadap bakteri streptococcus mutans secara in vitro, dapat disimpulkaan bahwa ekstrak cengkeh memiliki efek antibakteri dalam menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans secara in vitro. Hasil uji lanjut post-hoc uji LSD menunjukan daya hambat ekstrak cengkeh 40%, 60%, 80%, lebih kecil (p<0,05) dalam menghambat Streptococcus mutans secara in vitro dibandingkan Ciprofloxacin. Kata Kunci: Ekstrak cengkeh, Streptococcus mutans.   Abstract: Clove oil is useful as a natural antibacterial agent, essential oil of clove has anesthetic and antimicrobial effect. Substances contained in clove called eugenol can kill bacteria including antibiotic resistant bacteria, one of which is the bacteria Streptococcus mutans. This bacteria is a major cause for caries. The purpose of this study was to mengetahui clove extrack antibacterial effects againts Streptococcus mutans bacteria in vitro. This study is an experimental study using a post test only control group design. This research try using clove extract with a concentration of 40%, 60%, and 80%, Ciprofloxacin, aquades repetition five times. Data collected and analyzed by one-way ANOVA and post-hoc LSD test (α = 0.05). Based on the results of the statistical test to test the effects of anti-bacterial research clove extracts against Streptococcus mutans bacteria in vitro, can disimpulkaan that clove extracts have antibacterial effects in inhibiting the growth of Streptococcus mutans bacteria in vitro.further test result post-hoc LSD test shoved its inhibitory clove extract 40%, 60%, 80% smaller (p<0,05)in hibiting Streptococcus mutans in vitro compared Ciprofloxacin. Keywords: clove extract, Streptococcus mutans
GAMBARAN STATUS KEBERSIHAN RONGGA MULUT DAN STATUS GINGIVA PADA MAHASISWA DENGAN GIGI BERJEJAL Sasea, Altriany; Lampus, B. S.; Supit, Aurelia
e-GiGi Vol 1, No 1 (2013): e-GiGi
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/eg.1.1.2013.1930

Abstract

Abstract: Dental crowding is a condition which the position of the teeth are outside the normal  tooth arrangement. This condition occasionally become problem for patient. Based from function, dental crowding is very hard to clean with tooth brush, it can accumulated plaque, which is one of the risk factor of bad oral hygiene, calculus and gingivitis. This study objectives was the find out overview of oral hygiene and gingival status of college student who had crowding teeth in Dentistry Courses Medical Faculty of Sam Ratulangi University Manado. This is a descriptive study. Population study was all college student who had crowding teeth in Dentistry Courses Medical Faculty of Sam Ratulangi University Manado. Samples were 40 person ad sampling method was total sampling. The results oral hygiene using Simplified Oral Hygiene Index (OHI-S) in the crowding of both jaws showed that the majority of 66.67% of the study have good oral hygiene and gingival status of research results by using the gingival index in both jaws partial crowding 65.22% of the study subjects had mild inflammation of gingival status. Keywords: Dental crowding, Oral hygiene, gingival status.    Abstrak: Gigi berjejal merupakan keadaan berjejalnya gigi di luar susunan gigi yang normal. Kondisi gigi berjejal terkadang menjadi masalah bagi penderitanya. Gigi berjejal sangat sulit dibersihkan dengan menyikat gigi, kondisi ini dapat menyebabkan penumpukan plak yang juga merupakan salah satu faktor resiko terjadinya kalkulus dan gingivitis. Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran status kebersihan rongga mulut dan status gingiva pada mahasiswa dengan gigi berjejal di Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Populasi penelitian ini yaitu mahasiswa yang memiliki kondisi gigi berjejal di Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado. Sampel berjumlah 40 orang dan pengambilan sampel dilakukan dengan metode total sampling. Hasil penelitian kebersihan rongga mulut dengan menggunakan Oral Hygiene Index Simplified (OHI-S) pada gigi berjejal kedua rahang menunjukkan bahwa sebagian besar 66,67% subjek penelitian memiliki kebersihan mulut baik dan hasil penelitian status gingiva dengan menggunakan indeks gingiva pada gigi berjejal kedua rahang sebagian besar 65,22% subjek penelitian memiliki status gingiva inflamasi ringan. Kata kunci: Gigi berjejal, status kebersihan rongga mulut, status gingiva.
Hubungan Stres dengan Stomatitis Aftosa Rekuren pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Universitas Sam Ratulangi Wowor, Yosef P.; Munayang, Herdy; Supit, Aurelia
e-GiGi Vol 7, No 2 (2019): e-GiGi
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/eg.7.2.2019.23930

Abstract

Abstract: Recurrent aphtosa stomatitis (RAS) or aphthous ulcer on the oral mucosa can be triggered by several predisposing factors, inter alia stress. This study was aimed to determine the relationship between stress and RAS among students of Dentistry Study Program of Sam Ratulangi University. This was an analytical study with a cross sectional design. Samples were obtained by using total sampling method. There were 64 students as respondents. This study was conducted by examination of the oral cavity of the respondents, and filling the SAR question list as well as the perceived stress scale (PSS) questionnaire. The results showed that 48% of respondents experienced RAS and 51.6% did not. Moreover, 25% of respondents experienced mild stress, 45.3% moderate stress, and 29.7% severe stress. The chi-square test showed a p-value of 0.000. In conlusion, there was a significant relationship between stress and recurrent aphthous stomatitis among students at Dentistry Study Program of Sam Ratulangi University.Keywords: recurrent aphthous stomatitis, stress level Abstrak: Stomatitis aftosa rekuren (sar) atau ulkus aftosa pada mukosa mulut yang bersifat rekuren dapat dipicu oleh beberapa faktor predisposisi salah satunya stres. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan stres dengan stomatitis aftosa rekuren pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Universitas Sam Ratulangi. Jenis penelitian ialah analitik dengan desain potong lintang. Pengambilan sampel menggunakan metode total sampling seluruh mahasiswa di Program Studi. Terdapat total 64 mahasiswa sebagai responden penelitian. Penelitian dilakukan melalui pemeriksaan rongga mulut, serta pengisian daftar pertanyaan SAR dan kuesioner perceived stress scale (PSS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa 48% responden mengalami SAR dan 51,6% yang tidak mengalami SAR. Selain itu, 25% responden mengalami tingkat stres ringan, 45,3% sedang, dan 29,7% berat. Hasil analisis uji chi-square menunjukkan nilai p=0,000. Simpulan penelitian ini ialah terdapat hubungan bermakna antara stres dengan stomatitis aftosa rekuren pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Universitas Sam Ratulangi.Kata kunci: stomatitis aftosa rekuren, tingkat stress
Perbedaan Penyembuhan Luka Pasca Ekstraksi Gigi Antara Pasien Perokok Dengan Bukan Perokok Di RSGM Unsrat Kewo, Lidia A.; Pangemanan, Damajanty H.C.; Supit, Aurelia
e-GiGi Vol 7, No 2 (2019): e-GiGi
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/eg.7.2.2019.25141

Abstract

Abstract: To date, there are lots of documentations about the adverse effects of smoking on the oral cavity. Albeit, smoking is still considered as a casual thing in our community. Chemicals contained in the cigarette smoke can irritate the gums and soft tissues of the mouth, thus inhibiting wound healing after tooth extraction. This study was aimed to determine the difference in post-extraction dental wound healing between smokers and non-smokers. This was a comparative analytical study with a cross sectional design. Samples were obtained by using total sampling method. Subjects consisted of 16 smokers and 16 non-smokers that fulfilled the study eligibility criteria. Their oral cavities were examined to check the signs of inflammation (calor, dolor, rubor, tumor, and functio laesa). The results showed that there was a difference in post-extraction wound healing in inflammatory phase between smokers and non-smokers. As many as 9.4% of smoker patients and 34.4% of non-smoker patients recovered at 7 days post extraction. The Mann Whitney U test showed a p-value of 0.005. In conclusion, there was a significant difference in post-extraction wound healing between smokers and non-smokers.Keywords: smokers, non-smokers tooth extraction, wound healing Abstrak: Kebiasaan merokok bukan merupakan hal asing di masyarakat walaupun banyak dokumentasi mengenai akibat buruk dari merokok terhadap rongga mulut. Bahan kimia yang terdapat dalam asap rokok dapat mengiritasi gusi dan jaringan lunak mulut sehingga menghambat penyembuhan luka pasca ekstraksi gigi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan penyembuhan luka pasca ekstraksi gigi antara pasien perokok dengan bukan perokok. Jenis penelitian ialah analitik komparatif dengan desain potong lintang. Pengambilan sampel menggunakan total sampling yang memenuhi kriteria penelitian. Terdapat sebanyak 16 orang perokok dan 16 orang bukan perokok sebagai subyek penelitian. Pemeriksaan rongga mulut dilakukan untuk melihat tanda-tanda inflamasi (kalor, dolor, rubor, tumor, dan fungsio laesa). Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan penyembuhan luka 7 hari pasca ekstraksi gigi pada fase inflamasi antara pasien perokok dengan yang bukan perokok; sebanyak 9,4% pasien perokok dan 34,4% pasien bukan perokok yang sudah sembuh. Hasil uji Mann Whitney U mendapatkan nilai p=0,005. Simpulan penelitian ini ialah terdapat perbedaan bermakna dalam penyembuhan luka pasca ekstraksi gigi antara pasien perokok dengan yang bukan perokokKata kunci: perokok, bukan perokok, ekstraksi gigi, penyembuhan luka
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PENCABUTAN GIGI PADA MASYARAKAT KELURAHAN KOMBOS BARAT BERDASARKAN PENDIDIKAN DAN PEKERJAAN Lethulur, Vita A.; Pangemanan, Damajanti H. C.; Supit, Aurelia
e-GiGi Vol 3, No 1 (2015): e-GiGi
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/eg.3.1.2015.6397

Abstract

Abstract: Dental health as an integral part of public health needs attention of the government and society. Efforts to provide dental care to the community in the field of curative usually a tooth extraction. Lack of knowledge about tooth extraction causes the general public, especially people in West Kombos village avoid prolonged pain even though the tooth can still be maintained. This study aimed to describe the level of public knowledge about tooth extraction based on education and jobs in West Kombos village. This was a cross sectional study. Data were taken by using stratified random sampling method in which the number of samples taken at 5 areas. The result showed that the level of knowledge based on public education 39.7% were in primary school education and the level of knowledge based on jobs 35.87% were housewives. Conclusion: Based on education and jobs, the level of knowledge about tooth extraction among West Kombos people were largely categorized bad.Keywords: knowledge, tooth extractionAbstrak: Kesehatan gigi sebagai bagian integral dari kesehatan umum perlu mendapat perhatian dari pemerintah maupun masyarakat. Upaya pemberian pelayanan kesehatan gigi pada masyarakat dibidang kuratif umumnya berupa pencabutan gigi. Kurangnya pengetahuan tentang pencabutan gigi menyebabkan masyarakat umum khususnya masyarakat di kelurahan Kombos Barat melakukan pencabutan agar terhindar dari rasa sakit berkepanjangan meskipun gigi tersebut masih bisa dipertahankan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan masyarakat tentang pencabutan gigi berdasarkan pendidikan dan pekerjaan di kelurahan Kombos Barat. Penelitian ini menggunakan rancangan potong lintang. Data diambil menggunakan metode proportional stratified random sampling dimana jumlah sampel diambil pada 5 lingkungan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan masyarakat berdasarkan pendidikan yaitu 39,7% pendidikan sekolah dasar dan tingkat pengetahuan berdasarkan pekerjaan yaitu 35,87% ibu rumah tangga. Simpulan: Tingkat pengetahuan masyarakat kelurahan Kombos Barat tentang pencabutan gigi berdasarkan pendidikan dan pekerjaan sebagian besar dikategorikan buruk.Kata kunci: pengetahuan, pencabutan gigi
GAMBARAN KECEMASAN PASIEN SAAT MENJALANI PROSEDUR EKSTRAKSI GIGI SAMBIL MENDENGARKAN MUSIK MOZART DI PUSKESMAS Tangkere, Harlye; Opod, Hendry; Supit, Aurelia
e-GiGi Vol 1, No 1 (2013): e-GiGi
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/eg.1.1.2013.1932

Abstract

Abstract: Tooth extraction is one of the dental treatment done in Community Health Center. Tooth extraction frequently can create anxiety and become a problem if it hamper the performance of the dentist. Various methods have already been done to overcome anxiety, such as listening to classical music, one of the classical music used is Mozart. The purpose of this research is to get an overview of patient’s anxiety when undergoing tooth extraction while listening to the music of Mozart in Community Health Center. This research used descriptive sampling method. The sample consist of 30 adults with 17-65 age, grouped by 18 people who have experienced tooth extraction and 12 people who have not. The data were collected by physical examination and Visual Analogue Scale (VAS) before and after listening to the music of Mozart during extraction procedure. The result showed that those who have not experienced tooth extraction before, 50% of that group had reduction in anxiety according to blood pressure measurement, 8.33% of the group in blood pulse measurement were decreased and 16.67% of the group in respiration measurement, 16.67% of the group in the VAS measurement showed a decrease in anxiety from uncomfortable to mild, 75% from mild to no pain. In the group which have experienced tooth extraction procedure before, 16.67% of the group increased anxiety in blood pressure measurement, there were no reduction in blood pulse measurement, and decreased 11.11% of the group in respiration measurement, according to VAS 22.22% of this group showed that their anxiety decreased from uncomfortable to mild, and 55.56% from mild to no pain. Keywords: extraction procedure, anxiety, Mozart music.   Abstrak: Tindakan ekstraksi gigi merupakan salah satu jenis perawatan gigi yang dilaksanakan di Poli Gigi dan Mulut Puskesmas. Prosedur ekstraksi gigi seringkali menjadi pencetus kecemasan pasien dan dapat menjadi penghambat kinerja dokter gigi. Berbagai metode telah dilakukan untuk mengatasi kecemasan termasuk penggunaan musik klasik, dan salah satu musik klasik yang sering digunakan adalah musik ciptaan Mozart. Penelitian ini dilakukan untuk melihat gambaran kecemasan pasien saat menjalani prosedur ekstraksi gigi sambil mendengarkan musik Mozart di Puskesmas. Penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan metode pengambilan sampel purposif. Jumlah sampel 30 orang dewasa berusia 17-63 tahun yang terdiri dari 18 orang pernah dan 12 orang belum pernah menjalani prosedur ekstraksi gigi sebelumnya. Data diambil berdasarkan pemeriksaan fisik dan Visual Analogue Scale (VAS) sebelum dan sesudah mendengarkan musik Mozart selama prosedur ekstraksi gigi. Hasil dari kelompok yang belum pernah menjalani ekstraksi gigi, terjadi penurunan kecemasan sejumlah 50% pasien pada pengukuran tekanan darah, sejumlah 8.33% pasien pada pengukuran nadi dan sejumlah 16.67% pasien pada pemeriksaan respirasi, sejumlah 16.67% pasien pada pemeriksaan VAS terjadi penurunan kecemasan dari rasa sakit yang membuat tidak nyaman ke rasa sakit ringan, sejumlah 75% pasien dari rasa sakit ringan ke tidak ada rasa sakit. Bagi kelompok yang pernah menjalani prosedur ekstraksi gigi sejumlah 16.67% pasien mengalami kenaikan kecemasan pada pengukuran tekanan darah, pada pengukuran nadi tidak ada pasien yang mengalami kecemasan, sejumlah 11.11% pasien mengalami penurunan kecemasan pada pengukuran respirasi, sejumlah 22.22% pasien pada pemeriksaan VAS turun dari rasa sakit yang membuat tidak nyaman ke rasa sakit ringan dan sejumlah 55.56% pasien dari rasa sakit ringan ke tidak ada rasa sakit.Kata kunci: Prosedur ekstraksi gigi, kecemasan, musik Mozart.
GAMBARAN TUMPATAN AMALGAM DAN SEMEN IONOMER KACA PADA MASYARAKAT KELURAHAN KALUMPANG KECAMATAN TERNATE TENGAH Marhaban, Andi I. A.; Mintjelungan, Christy; Supit, Aurelia
Jurnal Biomedik : JBM Vol 5, No 1 (2013): JURNAL BIOMEDIK : JBM Suplemen
Publisher : UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/jbm.5.1.2013.2638

Abstract

Abstract: Until now, dental caries is a major issue in dental health problems. Dental restoration is a conservative effort to reduce caries index. Dental restoration is done by putting the restorative material into cavities that have been cleaned and prepared. Restorative materials vary depending on the location and function of the tooth. Restorative materials that are commonly used in community health centers are amalgam and glass ionomer cement (GIC). This study aimed to determine the description of amalgam and GIC restoration and the reason for using it, as well as evaluating the patients’satisfaction concerning the result of dental restoration at Kalumpang, Central Ternate District. This was a descriptive study with a cross-sectional design. Total samples were 100 individuals who were selected by using a purposive sampling method. Data retrieval was done by physical examination and questionnaires. The results showed that from the 100 samples, there were 65% who had amalgam restoration and 35% with GIC restoration. It was found that 92.31% of the respondents were satisfied with the result of the amalgam restoration, and 82.86% of the respondents were satisfied with the result of the GIC restoration. Conclusion: The majority of the respondents at Kalumpang, Central Ternate District, were satisfied  with the aesthetics, function, strength, and durability of both the amalgam and GIC restoration results. Of those included in the study, only a small percentage of the respondents had their amalgam or GIC restorations at the local community health center at Kalumpang. Keywords: amalgam restoration, glass ionomer cement (GIC) restoration     Abstrak: Sampai saat ini masalah kesehatan gigi yang banyak ditemukan yaitu kasus karies gigi dengan prevalensi yang cukup tinggi di berbagai daerah. Penumpatan gigi merupakan salah satu upaya konservatif untuk menurunkan indeks karies. Penumpatan gigi ialah suatu tindakan perawatan dengan cara meletakkan bahan tumpat pada gigi berlubang yang sudah dibersihkan. Bahan tumpat bervariasi tergantung letak dan fungsi gigi tersebut.Tumpatan yang umum digunakan di puskesmas yaitu tumpatan amalgam dan semen ionomer kaca (SIK). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tumpatan amalgam dan SIK, alasan penggunaan tumpatan, dan kepuasan terhadap tumpatan yang digunakan pada masyarakat Kelurahan Kalumpang Kecamatan Ternate Tengah. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan cross-sectional design. Jumlah sampel sebanyak 100 orang yang diambil secara purposive sampling. Pengambilan data dilakukan dengan pemeriksaan langsung dan pengisian kuisioner. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa dari 100 sampel, terdapat 65% yang menggunakan tumpatan amalgam dan 35% tumpatan SIK. Sejumlah 92,31% responden puas dengan hasil tumpatan amalgam dan 82,86% yang puas dengan hasil tumpatan SIK. Simpulan: Sebagian besar responden di Kelurahan Kalumpang Kecamatan Ternate Tengah baik yang menggunakan amalgam maupun SIK menyukai estetik, fungsi, kekuatan, dan keawetan bahan tumpatan tersebut dan puas dengan hasil tumpatan. Sebagian kecil dari responden ditumpat baik dengan amalgam maupun SIK di Puskesmas Kalumpang. Kata kunci: tumpatan amalgam, tumpatan SIK