Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Kombinasi Nanopartikel Quercetin-Kaempferol Berpolimer Kitosan sebagai Penatalaksanaan Kanker Kolorektal Anak Agung Bagus Putra Indrakusuma; Aizar Vesa Prasetyo; Nareswara Pawestri; Ketut Adhi Pramana Sinardja
Essence of Scientific Medical Journal Vol 19 No 2 (2021): Volume 19 No. 2 (Juli - Desember 2021) Essential: Essence of Scientific Medical
Publisher : Kelompok Ilmiah Hippocrates Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/ESTL.2021.v19.i02.p02

Abstract

ABSTRAK Pendahuluan: Kanker kolorektal merupakan jenis kanker yang berasal dari jaringan usus besar. Kanker kolorektal telah mengakibatkan 2 juta kasus baru dan 1 juta kematian secara global. Di Indonesia, prevalensi kanker kolorektal adalah 12,8% per 100.000 penduduk usia dewasa dengan mortalitas sebesar 9,5%. Penanganan kanker kolorektal saat ini seperti pembedahan, radioterapi, dan pemberian obat anti-kanker dinilai kurang efektif karena mahal dan memicu efek samping. Pembahasan: Quercetin dan kaempferol merupakan zat flavonoid yang dapat mengobati kanker kolorektal melalui serangkaian mekanisme pada tahapan proses karsinogenesis, yaitu menghalangi proliferasi dengan menghambat NF-kB, meningkatkan proses apoptosis dengan memengaruhi gen CASP2, CLEC4M, dan NTR3K, serta menimbulkan efek antiangiogenesis dengan menurunkan ekspresi MMP-2 dan MMP-9. Keterbatasan modalitas ini ialah rendahnya bioavailabilitasnya sehingga dikemas dalam bentuk nanopartikel berpolimer kitosan. Quercetin terbanyak diperoleh dari kulit bawang sedangkan kaempferol diperoleh dari daun bawang. Pembuatan nanopartikel kitosan quercetin-kaempferol menggunakan metode top down (maserasi). Modalitas ini diadministrasikan secara oral. Kitosan sebagai polimer akan larut saat memasuki asam lambung. Farmakokinetik dari modalitas akan dimulai dengan absorpsi oleh usus halus dan diakhiri oleh ekskresi oleh ginjal serta eliminasi oleh usus besar. Quercetin 15 ?M-30 ?M mampu menurunkan cell viability menjadi 63 ± 1,3% hingga 41 ± 0,3%. Sedangkan, kaempferol 30 ?M-60 ?M mampu menurunkan cell viability menjadi 62 ± 0,83% hingga 26 ± 0,91%. Simpulan: Kombinasi quercetin dan kaempferol dapat meningkatkan proses apoptosis secara eksternal maupun internal serta menghambat proliferasi dan angiogenesis sel kanker kolorektal. Kata kunci: Kanker kolorektal, Quercetin, Kaempferol
Potensi Kuersetin Terenkapsulasi PLGA sebagai Terapi dalam Penatalaksanaan Kanker Payudara Putu Risya Sadhu Putra; Aizar Vesa Prasetyo; Putu Sinta Elix Wahyuni
Essence of Scientific Medical Journal Vol 20 No 1 (2022): Volume 20 No. 1 (Januari - Juli 2022) Essential: Essence of Scientific Medical J
Publisher : Kelompok Ilmiah Hippocrates Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/ESTL.2022.v20.i01.p03

Abstract

Pendahuluan: Kanker payudara adalah jenis kanker utama yang terlibat dalam kematian wanita di dunia. Kanker ini merupakan salah satu kanker yang paling umum diderita di seluruh dunia dengan angka kejadian sekitar dua juta kasus per tahun. Kuersetin merupakan jenis senyawa aktif flavonoid. Senyawa aktif ini menginduksi apoptosis sel dan mempengaruhi siklus sel sehingga berpotensi dalam pengobatan kanker payudara. Akan tetapi efek kuersetin memilik keterbatasan pada sifatnya yang larut dalam air, tidak stabil pada struktur kimianya, serta sukar diserap pada jalur gastrointestinal sehingga bioavaibilitasnya buruk. Formulasi nano dari kuersetin dengan memanfaatkan Poly (lactic-co-glycolic acid) PLGA dapat menjadi pilihan dalam meningkatkan efek anti-kanker dari kuersetin. Pembahasan: Hasil tinjauan pustaka pada berbagai studi literatur menunjukkan bahwa kuersetin terenkapsulasi PLGA menunjukkan peningkatan aktivitas apoptosis (dini, terlambat) secara dignifikan sebesar 53,37% dan 6,78% dibandingkan dengan kontrol dan PLGA. Dibandingkan dengan PLGA tanpa kuersetin, kuersetin yang dienkapsulasi PLGA mampu memiliki aktivitas anti kanker yang sangat baik dengan menurunkan viabilitas sel hingga 40% dalam kisaran konsentrasi 0-2 µg. / mL. Simpulan: Oleh karena itu terapi kuersetin terenkapsulasi PLGA dalam penatalaksanaan kanker payudara memiliki potensi yang menjanjikan sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut.
Potensi Photodynamic Therapy (PDT) Berbasis Inhalable Curcumin sebagai Modalitas Terapi COVID-19 Aizar Vesa Prasetyo; Putri Ayu Wulandari; Putu Sinta Elix Wahyuni
Essence of Scientific Medical Journal Vol 20 No 2 (2022): Volume 20 No. 2 (Juli - Desember 2022) Essential: Essence of Scientific Medical
Publisher : Kelompok Ilmiah Hippocrates Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/essential.v20i2.84933

Abstract

Pendahuluan: COVID-19 telah menjadi krisis kesehatan baru yang mengancam dunia. Upaya preventif seperti edukasi dan vaksinasi telah dilakukan. Satu-satunya pilihan yang tersedia adalah penggunaan obat antivirus spektrum luas, tetapi beberapa obat tersebut cenderung mahal dan memiliki efek samping yang berbahaya. Curcumin memiliki efek terapeutik potensial untuk COVID-19 karena efek antivirus dan anti-inflamasinya. Curcumin dapat dikemas dalam bentuk inhalable dengan memformulasinya menjadi bubuk kering. Penggunaan photodynamic therapy (PDT) dapat meminimalisasi toksisitas sistemik dan efek samping yang tidak diinginkan. Pembahasan: Curcumin telah terbukti menghambat replikasi virus dengan menghambat glikoprotein S dan ACE 2, menghambat aksi TMPRSS2, Main protease (Mpro), dan menurunkan ekspresi pompa vakuolar (ATPase). Curcumin juga dapat menurunkan respon inflamasi dengan menghambat aktivasi translokasi NF-kB yang dimediasi STAT3. Formulasi terapi inhalasi Curcumin sebagai produk serbuk kering dapat meningkatkan bioavailabilitas Curcumin dan kepatuhan pasien. Curcumin-PDT pada sel Vero yang terinfeksi SARS-CoV2 memberikan efek anti-COVID-19 secara in vitro tanpa menyebabkan sitotoksisitas dan apoptosis dalam sel, dan tidak memiliki efek buruk pada kualitas plasma. Simpulan: Inhalable Curcumin berbasis terapi fotodinamik berpotensi sebagai inovasi terapi COVID-19.