Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

KUALITAS PEWARNAAN EKSTRAK KAYU TEGERAN (Cudrania javanensis) PADA BATIK Vivin Atika; Irfa'ina Rohana Salma
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 34, No 1 (2017): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v34i1.2642

Abstract

ABSTRAKEkstrak kayu Tegeran digunakan sebagai sumber warna kuning untuk soga batik. Penggunaanya sebagai pewarna tunggal batik sangat jarang karena menurut perajin batik mudah luntur dan warna kurang cerah.  Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa ekstrak kayu Tegeran sebagai zat warna tunggal pada batik. Kayu Tegeran diekstraksi pada suhu kamar, 50ºC, 75ºC dan 100ºC menggunakan pelarut air selama 1 jam. Pewarnaan batik dilakukan dengan ekstrak kayu Tegeran sebanyak 8 kali pada suhu kamar. Proses pelepasan malam (lilin batik) dilakukan dengan pelarut air pada suhu 100ºC selama 1 jam. Batik dianalisa dengan menggunakan parameter uji arah, ketuaan warna, ketahanan luntur warna terhadap gosokan basah, pencucian dan sinar matahari. pH larutan ekstrak kayu Tegeran hasil ekstraksi pada suhu kamar, 50ºC, 75ºC dan 100ºC berturut-turut sebesar 5, 4, 4-5, 3-4. Arah warna batik hasil pewarnaan dengan kayu Tegeran yaitu kuning hingga cokelat tua. Nilai ketuaan warna batik katun hasil pewarnaan dengan kayu Tegeran antara 22,24 – 40,33 dan batik sutera bernilai antara 38,39 – 46,75. Nilai pengujian ketahanan luntur warna batik hasil pewarnaan dengan kayu Tegeran terhadap gosokan basah rata-rata memberikan nilai (4 – 5), sedangkan nilai ketahanan luntur warna terhadap pencucian dan sinar matahari langsung rata-rata memberikan nilai 4. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ekstrak kayu Tegeran dapat digunakan sebagai pewarna batik dengan warna cerah dan ketahanan luntur baik. ABSTRACTThe Tegeran wood extract has been used as the yellow color source for batik soga. As a single color for batik, it is rarely used because tend to have poor color fastness and less bright color. This research aim is to analyze Tegeran wood extract as a single dye for batik. Tegeran wood extracted on various temperature (room temperature, 50ºC, 75ºC, 100ºC) using water as the solvent for an hour. Then it is used for batik dyeing with 8 times soaking at room temperature. The batik wax releasing process is conducted by base hot water for an hour. Batik is then analyzed using various testing parameters such as shade, color intensities and color fastness properties. The acidity of Tegeran extract from extraction process at room temperature, 50ºC, 75ºC dan 100ºC are in line 5, 4, 4-5, 3-4. Shades of color are yellow to dark brown. Color intensity score for cotton batik range is 22,24 – 40,33 and for silk batik is 38,39 – 46,75. The color fastness score to wet rubbing is (4 – 5), and to washing and direct sunlight is 4. From the result, it can be concluded that Tegeran wood extract can be used as batik dye with bright color and good color fastness properties.   
Kopi dan Kakao dalam Kreasi Motif Batik Khas Jember Irfa'ina Rohana Salma; Anugrah Ariesahad Wibowo; Yudi Satria
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 32, No 2 (2015): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v32i2.1362

Abstract

ABSTRAK Batik Jember selama ini identik dengan motif daun tembakau. Visualisasi daun tembakau dalam motif Batik Jember cukup lemah, yaitu kurang berkarakter karena motif yang muncul adalah seperti gambar daun pada umumnya. Oleh karena itu perlu diciptakan desain motif batik khas Jember yang sumber inspirasinya digali dari kekayaan alam lainnya dari Jember yang mempunyai bentuk spesifik dan karakteristik sehingga identitas motif bisa didapatkan dengan lebih kuat. Hasil alam khas Jember tersebut adalah kopi dan kakao. Tujuan penciptaan seni ini adalah untuk menghasilkan motif batik  baru yang mempunyai ciri khas Jember. Metode yang digunakan yaitu pengumpulan data, pengamatan mendalam terhadap objek penciptaan, pengkajian sumber inspirasi, pembuatan desain motif, dan perwujudan menjadi batik. Dari penciptaan seni ini berhasil dikreasikan 6 (enam) motif batik yaitu: (1) Motif Uwoh Kopi; (2) Motif Godong Kopi;  (3) Motif Ceplok Kakao; (4) Motif Kakao Raja; (5) Motif Kakao Biru; dan (6) Motif Wiji Mukti. Berdasarkan hasil penilaian “Selera Estetika” diketahui bahwa motif yang paling banyak disukai adalah Motif Uwoh Kopi dan Motif Kakao Raja. Kata kunci: Motif Woh Kopi, Motif Godong Kopi, Motif Ceplok Kakao, Motif Kakao Raja, Motif Kakao Biru, Motif Wiji Mukti ABSTRACTBatik Jember is synonymous with tobacco leaf motif. Tobacco leaf shape is quite weak in the visual appearance characterized as that motif emerges like a picture of leaves in general. Therefore, it is necessary to create a distinctive design motif extracted from other natural resources of Jember that have specific shapes and characteristics that can be obtained as the stronger motif identity. The typical natural resources from Jember are coffee and cocoa. The purpose of the creation of this art is to produce the unique, creative and innovative batik and have specific characteristics of Jember. The method used are data collection, observation of the object, reviewing inspiration sources, design motifs creation and the embodiment of batik. From the creation of this art successfully created into 6 (six) motif, namely: (1) Motif Uwoh Kopi; (2) Motif Godhong Kopi; (3) Motif Ceplok Kakao; (4) Motif Kakao Raja; (5) Motif Kakao Biru; and (6) Motif Wiji Mukti. Based on the results of the “Aesthetics assessment taste" has been noticed that the most widely preferred motif is a Uwoh Kopi motif and Kakao Raja motif. Keywords: Motif Uwoh Kopi, Motif Godong Kopi, Motif Ceplok Kakao, Motif Kakao Raja, Motif Kakao Biru, Motif Wiji Mukti
Pengembangan Motif Batik Khas Bali Irfa'ina Rohana Salma; Masiswo Masiswo; Yudi Satria; Anugrah Ariesahad Wibowo
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 32, No 1 (2015): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v32i1.1168

Abstract

ABSTRAKIndustri batik berkembang pesat di Bali, namun motif-motif batiknya tidak mencerminkan identitas khas daerah. Oleh karena itu perlu diciptakan desain motif batik khas Bali yang sumber inspirasinya digali budaya dan alam Bali. Tujuan penelitian dan penciptaan seni ini adalah untuk menghasilkan motif batik yang mempunyai bentuk  unik dan karakteristik sehingga dapat mencerminkan budaya dan alam Bali. Metode yang digunakan yaitu pengumpulan data, perancangan motif, perwujudan menjadi batik, serta uji estetikanya. Dari penciptaan seni ini berhasil diciptakan 5 motif batik yaitu: (1) Motif Jepun Alit; (2) Motif Jepun Ageng; (3) Motif Sekar Jagad Bali; (4) Motif Teratai Banji; dan (5) Motif Poleng Biru. Berdasarkan hasil penilaian “Selera Estetika” diketahui bahwa motif yang paling banyak disukai adalah Motif Jepun Alit, Motif Sekar Jagad Bali,  dan Motif Teratai Banji. Kata kunci: Motif Jepun Alit, Motif Jepun Ageng, Motif Sekar Jagad Bali, Motif Teratai Banji, Motif Poleng Biru ABSTRACT Batik industry is growing rapidly in Bali, but its batik motifs do not reflect the typical regional identities. Therefore, it is necessary to create a distinctive design motif source of Bali excavated  from the repertoire of traditional Balinese arts and culture. The purpose of this research and its art creation is to produce batik motifs that have a unique shape and characteristics  to reflect the Balinese culture and natural surroundings. The method used by gathering and collecting data, designing motifs to  become the embodiment of batik. From the creation of this art had been created 5 motifs, namely: (1) Motif Jepun Alit; (2) Motif Jepun Ageng; (3) Motif Sekar Jagad Bali; (4) Motif Teratai Banji; and (5) Motif Poleng Biru. Based on the results of aesthetical assessment known that the most preferred motif are  Motif Jepun Alit, Motif Sekar Jagad Bali, and Motif Teratai Banji. Key words: Motif Jepun Alit, Motif Jepun Ageng, Motif Sekar Jagad Bali, Motif Teratai Banji, Motif Poleng Biru
RUPA KARSA: EKSPLORASI KAYU LIMBAH DALAM SENI KAJIAN ESTETIKA PADA KARYA EDI ESKAK Vasiliki Ralli; Irfa'ina Rohana Salma
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 30, No 2 (2013): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v30i2.1152

Abstract

ABSTRAKKarya seni dewasa ini semakin menunjukkan perkembangan yang dinamis. Banyak eksperimen yang dilakukan seniman dalam menciptakan karya. Seniman yang banyak berkarya dengan bereksplorasi dan bereksperimen memanfaatkan kayu limbah adalah Edi Eskak. Hal ini menarik karena merupakan seni alternatif yang menawarkan inovasi teknik dan menghasilkan karya seni yang ramah lingkungan. Kajian terhadap karya Edi Eskak dalam tema “Rupa Karsa” ini dilakukan dengan pengamatan terhadap objek karya seni, yang kemudian dianalisis menggunakan pendekatan teori estetika. Hasilnya menunjukkan bahwa karya seni yang dihasilkan mempunyai nilai estetika berupa keunikan rupa yang terbentuk dari mozaik laminasi kayu. Karyanya berkarakter serta mempunyai makna filosofis. Karakteristik karya dihasilkan dari penggunaan kayu limbah sehingga karya mudah dikenali karena berbeda dengan karya seniman lainnya. Makna filosofi “Rupa Karsa” adalah tentang kepala sebagai tempat berpikir dan berekspresi sehingga makna karya dapat dijadikan sebagai refleksi dari kehidupan bersama. Kajian ini diharapkan dapat menginspirasi kreativitas pemanfaatan bahan limbah untuk penciptaan kreatif lainnya. Kata Kunci : rupa karsa, eksplorasi, kayu limbah, seni, Edi Eskak. ABSTRACTWorks of art increasingly show dynamic development nowadays. Many experiments carried out by the artists in creating works. One of many artists works in exploring and experimenting by utilizing wood waste is Edi Eskak. This is interesting because it is an alternative way that offers innovative art techniques and produce  environmentally friendly works of art. Review of the work of Edi Eskak in "Rupa Karsa" theme has done by observing the artwork and creation concept, then analyzed using a theoretical approach of aesthetical meanings. The results indicate that the resulting artwork has a unique aesthetic value in such a mosaic formed from laminated wood. His work has meaning and philosophical character. Characteristics of the work result from the use of waste wood that easily recognizable as different as from the works of other artists. Philosophical meaning "Karsa Arts" is about the head as a place of thought and expression and therefore the meaning of the work can be used as a reflection of life. This study is expected to inspire the use of the utilization of waste materials for the more creative creation. Keywords: rupa karsa, exploration, waste wood, art, Edi Eskak.
PENINGKATAN KECERAHAN DAN DAYA REKAT WARNA PADA PRODUK GERABAH BATIK Edi Eskak; Irfa'ina Rohana Salma; Hadi Sumarto
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 34, No 2 (2017): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v34i2.3389

Abstract

Penerapan  teknik batik untuk dekorasi pada gerabah, mempunyai kendala yaitu hasil pewarnaan kurang cerah dan daya rekat warna pada permukaan gerabah kurang kuat. Tujuan penelitian ini adalah melakukan optimasi bahan dan proses pembuatan gerabah batik untuk meningkatkan kecerahan dan daya rekat warnanya.  Metode yang digunakan yaitu: (1) Pemilihan gerabah, (2) Pembuatan desain motif, (3) Penyantingan/pembatikan, (4) Pewarnaan (5) Pelorodan/pembersihan lilin, (6) Finishing, dan (7) Pengujian ketahanan luntur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan pewarna rapid dan naphthol menghasilkan warna yang lebih cerah. Peningkatan kecerahan warna ini dilakukan dengan langkah awal berupa pemilihan gerabah yang berwarna terang serta dilakukan pelapisan cat transparan. Pengujian dilakukan terhadap ketahanan luntur warna terhadap gosok dan cahaya tengah hari, dengan skor penilaian angka 1 – 5.  Hasil pengujian ketahanan luntur warna terhadap gosokan kering dan basah memperoleh nilai 3-4 (cukup baik). Ketahanan luntur warna terhadap cahaya terang hari memperoleh angka 4-5 (baik). Kecerahan dan ketahanan luntur (daya rekat kuat) terhadap warna yang dilapisi cat transparan memperoleh nilai 5 (sangat baik). 
PIRANTI TRADISI DALAM KREASI BATIK PAPUA Irfa'ina Rohana Salma; Suryawati Ristiani; Anugrah Ariesahad Wibowo
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 34, No 2 (2017): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v34i2.3326

Abstract

Perkembangan IKM Batik Papua mengalami berbagai kendala, antara lain stagnasi pembuatan motif yang hanya berorientasi pada maskot daerah yaitu burung cederawasih. Oleh karena itu perlu dilakukan diversifikasi desain dengan mengambil ide alternatif dari budaya masyarakat Papua. Tujuan penelitian ini adalah untuk menciptakan desain motif batik  yang inspirasinya diambil dari piranti tradisi masyarakat Papua. Piranti tradisi yaitu alat-alat tradisional yang biasa digunakan oleh masyarakat Papua ketika di rumah, saat bekerja, berperang suku, dan berkesenian. Metode yang digunakan yaitu pengumpulan data, pengkajian sumber inspirasi, pembuatan desain motif, dan perwujudan menjadi batik. Hasilnya berupa 6 motif batik yaitu: (1) Motif Honai Besar, (2) Motif Honai Kecil, (3) Motif Tifa Besar, (4) Motif Tifa Kecil, (5) Motif Tambal Ukir Besar, dan (6) Motif Tambal Ukir Kecil. Hasil uji kesukaan terhadap motif kepada 50 responden menunjukkan bahwa motif yang paling disukai yaitu Motif Honai Kecil. Hasil selengkapnya:  Motif Honai Kecil 21 %, Motif Tifa Kecil 19 %, Motif Honai Besar 17 %, Motif Tambal Ukir Kecil 16 %, Motif Tambal Ukir Besar 15%, dan Motif  Tifa Besar 12 %.