Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

KARAKTERISTIK FISIK PRODUK BATIK DAN TIRUAN BATIK Masiswo Masiswo; Joni Setiawan; Vivin Atika; Guring Briegel Mandegani
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 34, No 2 (2017): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v34i2.3439

Abstract

Metode untuk membedakan produk batik atau tiruan batik dapat dilakukan secara visual, fisika, dan kimia. Metode secara visual dapat dilakukan dengan melihat karakteristik visual seperti penampakan kain depan dan belakang, bekas goresan malam, warna, dan lain sebagainya. Untuk membuat parameter standar ciri produk batik dan tiruan batik tidak hanya mengandalkan secara visual, namun perlu diperkuat dengan parameter fisika dan kimia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik fisik kain sebelum dan setelah perlakuan proses membatik dan proses tiruan batik. Pengujian fisik kain meliputi uji parameter permeabilitas udara, kekuatan tarik dan mulur, dan penampakan dengan SEM. Hasil pengujian menunjukkan, kain dengan proses batik maupun malam dingin terlihat memiliki permukaan yang kasar serta serat yang lebih pipih dibanding kain dengan proses sablon warna dan cabut warna yang memiliki permukaan lebih halus dan serat lebih membulat.
Kesiapan Teknologi, Kelayakan Ekonomi dan Administrasi IKM Mainan di Yogyakarta Joni Setiawan; Alva Edy Tontowi; Anna Maria Sri Asih
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 32, No 2 (2015): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v32i2.1363

Abstract

ABSTRAKMainan anak mempunyai pangsa pasar yang besar, dengan populasi anak usia  sampai 14 tahun sebesar 28,7 % dari proyeksi penduduk Indonesia tahun 2015 mencapai 73,2 juta jiwa. Dalam berbagai penelitian menunjukkan baik mainan lokal maupun impor terdapat hal-hal yang mengancam kesehatan dan keselamatan anak. Sehingga pemerintah menerbitkan Permenperin No 24 Tahun 2013 tentang pemberlakuan wajib SNI Mainan. Penelitian ini bertujuan untuk menilai profil IKM mainan di Yogyakarta. Penilaian melalui 3 pendekatan yaitu kesiapan teknologi dianalisis menggunakan metode teknometrik, kelayakan ekonomi diperhitungkan dengan analisis benefit to cost ratio dan kesiapan adminsitrasi. Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa jumlah  IKM di Yogyakarta yang memenuhi persyaratan ijin industri sebesar 44,4%, persyaratan merek sebesar 22,2% dan kombinasi keduanya sebesar 16,7% dari total IKM. Untuk kesiapan teknologi 16,7% IKM mempunyai TCC kurang dari 0,3 (teknologi tradisional), 77,8% IKM mempunyai TCC antara 0,3 hingga 0,7 (teknologi semi modern) dan 5,5% IKM mempunyai TCC lebih dari 0,7 (teknologi modern). Kelayakan ekonomi persentase IKM yang memenuhi kelayakan ekonomi sebesar 61%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa IKM di DIY siap secara teknologi dan ekonomi, namun belum siap secara administrasi. Kata Kunci: SNI, mainan, IKM, sertifikasi, teknometrik ABSTRACTThe toys have a large market share, with a population of children aged up to 14 years 28.7% of the projected population of Indonesia in 2015 reached 73.2 million people. On various studies indicate both local and imported toys are threatening the health and safety of children. So the government published Permenperin No. 24/2013 concerning the implementation of mandatory Indonesian National Standard (SNI) for Toys. This study aims to assess the readiness of SMIs toys in Yogyakarta. Readiness assessment through three approaches are, readiness of technology using technometric, the calculated economic feasibility analysis of benefit to cost ratio and administration assessed. The results obtained showed that the number of SMIs in Yogyakarta which meet the requirements of industry license by 50 %, brand requirements by 22,2% and the combination of 16.7% of the total SMI. For technology readiness 16.7% of SMIs have TCC less than 0.3 (traditional technologies), 77.8% of SMIs have a TCC between 0.3 to 0.7 (semi modern technology) and 5.5% of SMIs have TCC is more than 0.7 (modern technology). Economic feasibility percentage of SMIs that meet the economic feasibility of 61%. It can be concluded that SMIs in DIY are technologically and economically ready, but not administratively.  Keywords: SNI, toys, SMIs, technometric, sertification
Pengaruh Waktu Pemutihan dengan Kaporit terhadap Kekuatan Kertas Seni Berbahan Limbah Serat Abaca Joni Setiawan
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 24 (2007): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v24i1.1021

Abstract

Penelitian tentang pengaruh lama pemutihan dengan kaporit pada kekuatan dan  derajat putih kertas berbahan baku limbah serat abaca teah dilakukan di Laboratorim Balai Besar Kerajinan dan Batik Yogyakarta tahun 2007. Percobaan menggunakan tiga kondisi yaitu tanpa pemutihan, satu dan dua jam pemutihan dengan kaporit. Kekuatan tarik, kekuatan sobek dan derajat putih kertas diukur dan dibandingkan. Hasil penelitian kemudian dianalisa dengan Analisa Varian dan Duncan. Setelah diamati temyata kaporit menurunkan kekuatan tarik dan sobeknya tetapi tidak cukup waktu untuk memutihkan kertas. Kata kunci : serat abaca, pemutihan, kekuatan tarik dan sobek, derajat putih kertas
Kajian Proses Pembuatan Perhiasan Perak Cara Manual dan Masinal Joni Setiawan; Surti Indriastuti
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 25 (2008): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v25i1.1022

Abstract

Perhiasan dapat dibuat dengan 2 cara yaitu manual dan masinal. Masing-masing cara mempunyai kekurangan dan kelebihan. Oleh karena itu perlu adanya kajian dari dua cara tersebut sehingga bisa mengetahui cara apa yang lebih optimal dalam memproduksi perhiasan. Dalam kajian ini perhiasan yang dibuat adalah cincin dengan bahan perak 100 gram dan dicampur dengan tembaga 5 gram dengan 2 (dua) model yaitu model A (cincin motif polos) dan model B (cincin motif parang).Metode yang dipakai adalah dengan membandingkan hasil produk dari dua cara tersebut. Parameter yang dibandingkan adalah kualitas, waktu dan biaya dari produk tersebut.Hasil kajian menunjukkan bahwa kadar produk rata-rata dengan cara masinal lebih tlnggi 1,25%dibanding cara manual, dimensi produk rata-rata dengan cara masinal lebih presisi dibanding cara manual. Waktu proses rata-rata dengan cara masinal lebih cepat 97% dibanding cara manual dan biaya produksi cara masinal lebih rendah 63% dibanding cara manual.Dengan melihat hasil kajian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa cara masinal lebih efisien dan efektif dibanding cara manual.
Penelitian Waktu Optimal Pengeluaran Gas pada Pembuatan Cetakan Karet dengan RTV Silicone Rubber Joni Setiawan
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 28 (2010): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v28i1.1150

Abstract

Penelitian tentang waktu optimal untuk proses pengeluaran gas (degassing) pada cetakan karet silicon telah dilakukan di Laboratorium Perhiasan Balai Besar Kerajinan dan Batik Yogyakarta pada tahun 2009. Untuk mendapatkan cetakan karet yang sempurna dibutuhkan kondisi karet yang terbebas dari rongga udara di dalamnya. Sehingga membutuhkan proses pengeluaran gas (degassing) dengan bantuan mesin vakum. Degassing ini diperlukan agar produk yang dicetak dengan proses pengecoran tidak cacat. Hasil pengujian menunjukkan bahwa waktu optimum untuk proses pengeluaran gas adalah antara 45-60 detik dengan kekuatan vakum -0,8 sampai dengan -1 bar. Kata kunci: RTV Silicone Rubber, degassing, cetakan karet