Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

OPTIMASI PENCELUPAN KAIN BATIK KATUN DENGAN PEWARNA ALAM TINGI (Ceriops tagal) DAN INDIGOFERA Sp Titiek Pujilestari
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 34, No 1 (2017): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v34i1.2606

Abstract

Pencelupan menggunakan zat warna alam pada proses pembuatan batik dilakukan berulang kali agar dihasilkan warna yang kuat. Sedangkan, penyerapan warna oleh serat kain dibatasi oleh kejenuhan serat. Pencelupan berulang tanpa memperhatikan hasil yang diperoleh dapat menambah biaya, tenaga, dan waktu proses pewarnaan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pengulangan pencelupan yang optimum dalam menghasilkan warna kain batik katun yang kuat. Penelitian dilakukan menggunakan media kain katun, zat warna alam tingi dan indigofera, serta bahan fiksasi kapur, tunjung, dan tawas. Pewarnaan dilakukan secara berulang masing-masing 5, 8, 11, dan 14 kali pencelupan. Fiksasi warna tingi dengan menggunakan tawas, kapur, dan tunjung dilakukan setelah proses pewarnaan. Pengujian pada kain katun batik meliputi ketahanan luntur warna terhadap sinar matahari dan pencucian, serta uji beda warna (L*a*b*). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi optimum pencelupan untuk memperoleh arah warna coklat tua/gelap menggunakan pewarna alami tingi dengan fiksasi tunjung adalah 5 dan 8 kali pencelupan, untuk tawas 11 kali pencelupan. Fiksasi dengan tunjung menghasilkan warna kain katun batik lebih tua apabila dibandingkan dengan fiksasi tawas. Perlakuan optimum dalam pencelupan menggunakan pewarna alam indigofera pada kain katun batik adalah sebanyak 8 kali pencelupan dengan hasil arah warna biru paling kuat.Kata Kunci : pencelupan, batik, warna alam, tingi, indigofera 
PEMANFAATAN ZAT WARNA ALAM DARI LIMBAH PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DAN KAKAO SEBAGAI BAHAN PEWARNA KAIN BATIK Titiek Pujilestari; Farida Farida; Endang Pristiwati; Agus Haerudin; Vivin Atika
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 33, No 1 (2016): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v33i1.1119

Abstract

ABSTRAKPenelitian pemanfaatan limbah perkebunan kelapa sawit dan kakao sebagai bahan pewarna pada batik bertujuan untuk menggali sumber daya alam limbah perkebunan yang belum dimanfaatkan dan mencoba bahan baku baru untuk pewarna batik. Limbah perkebunan cangkang kelapa sawit dan kulit buah kakao merupakan sisa hasil proses pengolahan yang tidak termasuk dalam produk utama yang dianggap berpotensi menjadi beban pencemaran lingkungan jika tidak dikelola dengan baik. Kegiatan ini dibatasi pada pengambilan zat warna dari cangkang kelapa sawit dan kulit buah kakao dengan memakai pelarut air dan pelarut organik. Zat warna alam yang diperoleh digunakan sebagai pewarna pembatikan pada kain katun dan sutera. Fiksasi dilakukan dengan tiga jenis fiksator yaitu tawas, kapur dan tunjung. Pewarnaan dilakukan pada kain katun dan sutera dengan sistem celupan dingin sebanyak enam kali. Pengujian dilakukan terhadap ketahanan luntur warna akibat pencucian dan gosokan, arah dan beda warna. Hasil pengujian ketahanan luntur warna terhadap pencucian dan gosokan rata-rata menunjukan hasil cukup sampai baik sekali (3-5). Nilai kelunturan warna terhadap pencucian pada kain katun dengan pewarna cangkang kelapa sawit lebih baik daripada kulit buah kakao. Arah warna cangkang kelapa sawit menunjukkan warna coklat muda sampai coklat tua, sedang kulit buah kakao memberikan arah warna abu-abu sampai coklat tua. Pembacaan uji beda warna diperoleh rata-rata warna berada pada daerah antara kuning ke merah. Kata Kunci: cangkang kelapa sawit, kulit buah kakao, warna alam, batik  ABSTRACTUtilization of plantation waste as batik dyes research aims to explore the plantation waste potential asraw materials for batik dyeing. Plantation waste of palmkernel shell and cocoa fruit peel are side products of the main process thatbecome environmental pollution if not managed properly. This activity is restricted to making dyes from palmkernel shells and cocoa fruit peel by using water solvent and organic solvent. Natural dyes obtained are used as batik dyes on cotton and silk. Fixation is done each with alum, lime and ferrosulphate. Dyeing on cotton and silk fabric is done with six times cold immersion. The testing are include color fastness of washing and rubbing, color shades and color difference. The test results of color fastness to washing and rubbing shows enough to excellent results (3-5). The average yield value of color fastness to washing in cotton cloth with palm kernel shells dyes is better than using cocoa peel dyes. The color shade of coconut shell dye is tanish to brownish, while cocoa peel is greyish to brownish. The color difference testing average result is color coordinate located between yellowish to reddish area. Keywords: palm kernel shell, cocoa peel, natural dye, batik.