Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

MENELAAH FEMINISME DALAM ISLAM Suryorini, Ariana
Sawwa: Jurnal Studi Gender dan Anak Vol 7, No 2 (2012): April 2012
Publisher : Sawwa: Jurnal Studi Gender dan Anak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (252.399 KB) | DOI: 10.21580/sa.v7i2.647

Abstract

Istilah “feminisme” dikenal di dunia Islam kira-kira sudah sejak awal abad ke-20, misalnya lewat pemikiran-pemikiran Aisyah Taymuniah (penulis dan penyair Mesir), Zainab Fawwaz (eseis Libanon), Rokeya Sakhawat Hosein, Nazzar Sajjad Haydar dan Ruete (Zanzibar), Taj Sultanah (Iran), Huda Sya’rawi, Malak Hifni Nasir dan Nabawiyah Musa (Mesir), Fatma Aliye (Turki). Semua mereka ini dikenal sebagai perintis-perintis besar dalam me­numbuh­kan ke­sadaran atas persoalan-persoalan sensitif gender, termasuk dalam melawan kebudaya­an dan ideologi masyarakat yang me­marginal­kan perempuan.Salah satu persoalan yang mendapatkan prioritas dalam feminisme Islam adalah soal “patriarkhi” yang oleh para feminis muslim sering dianggap sebagai asal usul dari seluruh ke­cenderungan “missoginis” yang menjadi dasar penulisan buku-buku teks keagamaan yang bias kepenting­an laki-laki. Kenyataan bahwa jarang sekali buku-buku dalam hal relasi gender yang ditulis oleh kaum perempuan sendiri berakibat bukan saja pada tidak tersentuhnya “perasaan” kaum per­empuan, namun juga memunculkan dominasi kepentingan laki-laki itu sendiri. Akibat berikut­nya, terbentuklah pemikiran-pemikiran atau masyarakat patriarkhi yang menomorduakan kemakhlukan perempuan. Sebagaimana feminisme pada umumnya, feminisme dalam Islam tidaklah muncul dari satu pemikiran teo­ritik dan gerakan tunggal yang berlaku bagi seluruh perempuan Di negara Islam. Secara umum feminisme Islam menjadi gerakan atau alat analisis yang selalu bersifat historis dan konstekstual seiring dengan kesadaran yang terus ber­kembang dalam menjawab permasalahan-permasalahan yang dihadapi per­empu­an menyangkut ke­tidakadil­an dan ke­tidaksetara­an. Istilah “feminisme” dikenal di dunia Islam kira-kira sudah sejak awal abad ke-20, misalnya lewat pemikiran-pemikiran Aisyah Taymuniah (penulis dan penyair Mesir), Zainab Fawwaz (eseis Libanon), Rokeya Sakhawat Hosein, Nazzar Sajjad Haydar dan Ruete (Zanzibar), Taj Sultanah (Iran), Huda Sya’rawi, Malak Hifni Nasir dan Nabawiyah Musa (Mesir), Fatma Aliye (Turki). Semua mereka ini dikenal sebagai perintis-perintis besar dalam me­numbuh­kan ke­sadaran atas persoalan-persoalan sensitif gender, termasuk dalam melawan kebudaya­an dan ideologi masyarakat yang me­marginal­kan perempuan.[1]Salah satu persoalan yang mendapatkan prioritas dalam feminisme Islam adalah soal “patriarkhi” yang oleh para feminis muslim sering dianggap sebagai asal usul dari seluruh ke­cenderungan “missoginis” yang menjadi dasar penulisan buku-buku teks keagamaan yang bias kepenting­an laki-laki. Kenyataan bahwa jarang sekali buku-buku dalam hal relasi gender yang ditulis oleh kaum perempuan sendiri berakibat bukan saja pada tidak tersentuhnya “perasaan” kaum per­empuan, namun juga memunculkan dominasi kepentingan laki-laki itu sendiri. Akibat berikut­nya, terbentuklah pemikiran-pemikiran atau masyarakat patriarkhi yang menomorduakan kemakhlukan perempuan. Sebagaimana feminisme pada umumnya, feminisme dalam Islam tidaklah muncul dari satu pemikiran teo­ritik dan gerakan tunggal yang berlaku bagi seluruh perempuan Di negara Islam. Secara umum feminisme Islam menjadi gerakan atau alat analisis yang selalu bersifat historis dan konstekstual seiring dengan kesadaran yang terus ber­kembang dalam menjawab permasalahan-permasalahan yang dihadapi per­empu­an menyangkut ke­tidakadil­an dan ke­tidaksetara­an.[1] Budhy Munawar-Rachman, “Islam dan Feminisme: Dari Sentralisme kepada Kesetaraan” dalam Mansour Fakih dkk., Membincang Feminisme, (Surabaya: Risalah Gusti, 1995), h. 181-206.
Pemberdayaan Masjid sebagai Fungsi Sosial dan Ekonomi bagi Jamaah Pemegang Saham Unit Usaha Bersama Suryorini, Ariana
Dimas: Jurnal Pemikiran Agama untuk Pemberdayaan Vol 19, No 2 (2019)
Publisher : LP2M of Institute for Research and Community Services - UIN Walisongo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (495.349 KB) | DOI: 10.21580/dms.2019.192.5126

Abstract

The function of the mosque is very universal, other than in the religious field, the mosque also has other functions which include religious/worship functions, educational functions, unifying functions of the people, social functions and economic functions. Islam places the mosque in a strategic position. Considering the strategic function of the mosque, it is necessary to provide good guidance, in terms of the physical building and the aspects of its prosperity. The mosque is expected to be a center of social and economic activity for its worshipers, not just a center for worship activities. Mosque empowerment is very important because it can provide a positive perspective related to the utilization of human resources through the empowerment of mosques for the welfare of Muslims. In the economic function of the empowerment of the Sirathal Mustaqim mosque through the activities of the Joint Business Unit (UB), whose ownership is pilgrims who have equity participation or capital ownership, which they refer to as shares of the business units they run, where profits are distributed to the owners or accompanying members of the capital in a meeting of capital owner members every year. The Joint Business Unit (UB) is named UB Rejeki Barokah, whose economic function activities are very diverse, both in the retail business of kiosks, services and goods credit business. Fungsi masjid sangat universal, selain di bidang keagamaan, masjid juga mempunyai fungsi lain yang meliputi fungsi keagamaan/peribadatan, fungsi pendidikan, fungsi pemersatu umat, fungsi sosial dan fungsi ekonomi. Islam menempatkan masjid dalam posisi yang strategis. Mengingat fungsi masjid yang strategis maka perlu pembinaan secara baik, dari segi fisik bangunan maupun segi kegiatan pemakmurannnya. Masjid diharapkan bisa menjadi pusat aktivitas sosial dan ekonomi bagi para jamaahnya, tidak hanya menjadi pusat kegiatan ibadah saja. Pemberdayaan masjid menjadi hal yang sangat penting karena dapat memberikan perspektif positif terkait pemanfaatan sumber daya manusia melalui pemberdayaan masjid untuk kesejahteraan umat Islam. Dalam fungsi ekonomi pemberdayaan masjid Sirathal Mustaqim melalui aktivitas unit Usaha Bersama (UB), yang kepemilikannya adalah jamaah yang mempunyai penyertaan atau kepemilikan modal, yang mereka sebut seperti saham dari unit usaha yang mereka jalankan, dimana keuntungannya dibagikan kepada jamaah pemilik atau penyerta modal tersebut dalam rapat anggota Pemilik modal setiap tahunnya. Unit Usaha Bersama (UB) tersebut bernama UB Rejeki Barokah, yang aktivitas fungsi ekononominya sangat beragam, baik dalam usaha retail kios, jasa maupun usaha perkreditan barang.
MENELAAH FEMINISME DALAM ISLAM Suryorini, Ariana
Sawwa: Jurnal Studi Gender Vol 7, No 2 (2012): April 2012
Publisher : Pusat Studi gender dan Anak (PSGA) Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (252.399 KB) | DOI: 10.21580/sa.v7i2.647

Abstract

Istilah “feminisme” dikenal di dunia Islam kira-kira sudah sejak awal abad ke-20, misalnya lewat pemikiran-pemikiran Aisyah Taymuniah (penulis dan penyair Mesir), Zainab Fawwaz (eseis Libanon), Rokeya Sakhawat Hosein, Nazzar Sajjad Haydar dan Ruete (Zanzibar), Taj Sultanah (Iran), Huda Sya’rawi, Malak Hifni Nasir dan Nabawiyah Musa (Mesir), Fatma Aliye (Turki). Semua mereka ini dikenal sebagai perintis-perintis besar dalam me­numbuh­kan ke­sadaran atas persoalan-persoalan sensitif gender, termasuk dalam melawan kebudaya­an dan ideologi masyarakat yang me­marginal­kan perempuan.Salah satu persoalan yang mendapatkan prioritas dalam feminisme Islam adalah soal “patriarkhi” yang oleh para feminis muslim sering dianggap sebagai asal usul dari seluruh ke­cenderungan “missoginis” yang menjadi dasar penulisan buku-buku teks keagamaan yang bias kepenting­an laki-laki. Kenyataan bahwa jarang sekali buku-buku dalam hal relasi gender yang ditulis oleh kaum perempuan sendiri berakibat bukan saja pada tidak tersentuhnya “perasaan” kaum per­empuan, namun juga memunculkan dominasi kepentingan laki-laki itu sendiri. Akibat berikut­nya, terbentuklah pemikiran-pemikiran atau masyarakat patriarkhi yang menomorduakan kemakhlukan perempuan. Sebagaimana feminisme pada umumnya, feminisme dalam Islam tidaklah muncul dari satu pemikiran teo­ritik dan gerakan tunggal yang berlaku bagi seluruh perempuan Di negara Islam. Secara umum feminisme Islam menjadi gerakan atau alat analisis yang selalu bersifat historis dan konstekstual seiring dengan kesadaran yang terus ber­kembang dalam menjawab permasalahan-permasalahan yang dihadapi per­empu­an menyangkut ke­tidakadil­an dan ke­tidaksetara­an. Istilah “feminisme” dikenal di dunia Islam kira-kira sudah sejak awal abad ke-20, misalnya lewat pemikiran-pemikiran Aisyah Taymuniah (penulis dan penyair Mesir), Zainab Fawwaz (eseis Libanon), Rokeya Sakhawat Hosein, Nazzar Sajjad Haydar dan Ruete (Zanzibar), Taj Sultanah (Iran), Huda Sya’rawi, Malak Hifni Nasir dan Nabawiyah Musa (Mesir), Fatma Aliye (Turki). Semua mereka ini dikenal sebagai perintis-perintis besar dalam me­numbuh­kan ke­sadaran atas persoalan-persoalan sensitif gender, termasuk dalam melawan kebudaya­an dan ideologi masyarakat yang me­marginal­kan perempuan.[1]Salah satu persoalan yang mendapatkan prioritas dalam feminisme Islam adalah soal “patriarkhi” yang oleh para feminis muslim sering dianggap sebagai asal usul dari seluruh ke­cenderungan “missoginis” yang menjadi dasar penulisan buku-buku teks keagamaan yang bias kepenting­an laki-laki. Kenyataan bahwa jarang sekali buku-buku dalam hal relasi gender yang ditulis oleh kaum perempuan sendiri berakibat bukan saja pada tidak tersentuhnya “perasaan” kaum per­empuan, namun juga memunculkan dominasi kepentingan laki-laki itu sendiri. Akibat berikut­nya, terbentuklah pemikiran-pemikiran atau masyarakat patriarkhi yang menomorduakan kemakhlukan perempuan. Sebagaimana feminisme pada umumnya, feminisme dalam Islam tidaklah muncul dari satu pemikiran teo­ritik dan gerakan tunggal yang berlaku bagi seluruh perempuan Di negara Islam. Secara umum feminisme Islam menjadi gerakan atau alat analisis yang selalu bersifat historis dan konstekstual seiring dengan kesadaran yang terus ber­kembang dalam menjawab permasalahan-permasalahan yang dihadapi per­empu­an menyangkut ke­tidakadil­an dan ke­tidaksetara­an.[1] Budhy Munawar-Rachman, “Islam dan Feminisme: Dari Sentralisme kepada Kesetaraan” dalam Mansour Fakih dkk., Membincang Feminisme, (Surabaya: Risalah Gusti, 1995), h. 181-206.
Management of Entrepreneurship Soft Skill Training for Santri Pondok Pesantren Fadhlul Fadhlan Mijen Semarang Zakiyah, Amalia; Hakim, Lukmanul; Suryorini, Ariana
Munazzama: Journal of Islamic Management and Pilgrimage Vol. 2 No. 1 (2022): June 2022
Publisher : Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/mz.v2i1.11001

Abstract

ABSTRACTThe current era of disruptive and Industrial Revolution has experienced an economic boom. But everyone is helping, rising poverty rates are caused by a lack of ability to change the times, especially in this fast-paced technological age. Therefore, the younger generation in the future must be able to manage themselves and have good abilities in terms of religion or the world as well as soft skills that are not less competitive so that they are not shaken by the onslaught of the times. So we need a generation of strong faith, and strong reason in critical thinking in solving any problem with creative and innovative abilities that should not be left behind. Islamic boarding schools are the right place for the Islamic generation, the cottage is the oldest place of education and can adapt to the times without changes like a hurricane. This research method uses descriptive qualitative research. Data collection techniques used in this study were observation, interviews, and documentation. Checking and checking the validity of the data is done through observation and triangulation of data. The data analysis technique was carried out in several stages starting from data reduction, data presentation, and conclusions. The results of this study are management training with elements of good training management and application of knowledge and the benefits of da'wah for students who are applied at the Fadhlul Fadhlan Mijen Islamic Boarding School Semarang. Keywords: Management, Entrepreneurship Soft Skills, Da'wah, Santri and Islamic Boarding Schools
Analysis of Visitor Satisfaction Based on the 4A Aspects at the Tomb of Sheikh Armia bin Kurdi Tegal Risqi, Aulia Rima Dini; Rofi'ah, Haning; Suryorini, Ariana; Listyowati, Listyowati
Munazzama: Journal of Islamic Management and Pilgrimage Vol. 5 No. 1 (2025): June
Publisher : Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/mz.v5i1.26615

Abstract

Visitor satisfaction is an important aspect of the successful development of a tourist spot. Tourist attractions will act wisely by measuring visitor satisfaction regularly, because that is one of the keys to retaining visitors. Therefore, to find out the level of visitor satisfaction, it must be seen from the aspects of the components of tourist destinations that are at the Tomb of Sheikh Armia Bin Kurdi Kurdi Tegal. This study aims to determine and explain visitor satisfaction based on the components of tourist destinations (4A) consisting of indicators of attraction, accessibility, amenity and ancillary religious tourism at the Tomb of Sheikh Armia Bin Kurdi Tegal. This research is located at the Tomb of Sheikh Armia Bin Kurdi, Cikura Village, Bojong District, Tegal Regency with a sample of 70 visitors who have visited the Tomb of Sheikh Armia Bin Kurdi Tegal. This study uses quantitative research, the sampling technique used in this study is purposive sampling. This type of online questionnaire using Google Form is used for the data collection method. This study uses IPA (Importance Performance Analysis) analysis. The results showed that visitor satisfaction consisted of the very good/high tourist destination component (4A) from the Performance level (Reality) while the Expectation Performance (Urgency) was not good/moderate and visitor satisfaction was categorized as good/high indicating visitors to Religious Tourism at the Sheikh's Tomb Armia Bin Kurdi Tegal is feeling Satisfied.