Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

PERAN TERAPI KELUARGA EKSPERIENSIAL DALAM KONSELING ANAK UNTUK MENGELOLA EMOSI Mintarsih, Widayat
SAWWA Vol 8, No 2 (2013): sawwa
Publisher : SAWWA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Keberhasilan proses konseling anak sangat membutuhkan perandari anggota keluarga. Keluarga merupakan tempat yang pertamabagi anak untuk mendapatkan pendidikan bagaimana mengelolaemosi dengan baik.Tujuannya adalah agar anak dapat melaksanakantugas perkembangan secara optimal sesuai dengan potensiyang dimilikinya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan olehkeluarga untuk mengatasi jika terjadi masalah pada anak adalahdengan melakukan konseling anak berbasis terapi keluarga eksperiensialdengan melibatkan seluruh anggota keluarga.Terapi keluarga eksperiensial menekankan pada proses pertumbuhanalamiah dalam keluarga untuk meningkatkan rasa memiliki keluargadan memberikan kebebasan sebagai individu dalam keluarga agarmemiliki pengalaman dalam mengekspresikan emosi. Terapi eksperiensialbersifat eksistensial, humanistik, dan fenomenologis.Tujuan terapi ini adalah membantu memperjelas komunikasi dalamkeluarga, menghindarkan adanya keluhan-keluhan, sehingga adausaha untuk menemukan solusi. Untuk itu seluruh anggota keluargaikut aktif terlibat dalam proses konseling dan tetap mempertahankanharga diri yang positif.Konseling anak dengan terapi keluarga eksperiensial diharapkanmampu melahirkan efek fungsi terapis dan dinamika psikologis bagianak dalam berperilaku yang positif, sesuai dengan peran dalam memenuhikebutuhan emosionalnya. Cara yang dilakukan anak untukmemenuhi kebutuhan emosionalnya berdasarkan cara pandang yangterbaik menurut yang mereka ketahui. Hal itu merupakan tantanganbagi orang tua dan anggota keluarga bagaimana menghadapi danmengelola perkembangan emosional secara positif yang terjadi padaanak. Kata Kunci: konseling anak, terapi keluarga eksperiensial,mengelola emosi
PERAN TERAPI KELUARGA EKSPERIENSIAL DALAM KONSELING ANAK UNTUK MENGELOLA EMOSI Mintarsih, Widayat
Sawwa: Jurnal Studi Gender dan Anak Vol 8, No 2 (2013): April 2013
Publisher : Sawwa: Jurnal Studi Gender dan Anak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (250.909 KB) | DOI: 10.21580/sa.v8i2.658

Abstract

Keberhasilan proses konseling anak sangat membutuhkan peran dari anggota keluarga. Keluarga merupakan tempat yang per­tama bagi anak untuk mendapatkan pendidikan bagaimana me­nge­lola emosi dengan baik.Tujuannya adalah agar anak dapat me­laksana­kan tugas perkembangan secara optimal sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh keluarga untuk mengatasi jika terjadi masalah pada anak ada­lah dengan melakukan konseling anak berbasis terapi keluarga eks­periensial dengan melibatkan seluruh anggota keluarga. Terapi keluarga eksperiensial menekankan pada proses per tumbuh­an alamiah dalam keluarga untuk meningkatkan rasa memiliki keluarga dan memberikan kebebasan sebagai individu dalam keluarga agar memiliki pengalaman dalam meng­ekspresikan emosi. Terapi eks­periensial bersifat eksistensial, humanistik, dan feno­meno­logis. Tujuan terapi ini adalah mem­bantu memperjelas ko­munikasi dalam keluarga, menghindarkan adanya keluhan-keluhan, sehingga ada usaha untuk menemukan solusi. Untuk itu seluruh anggota keluarga ikut aktif terlibat dalam proses konseling dan tetap mempertahankan harga diri yang positif. Konseling anak dengan terapi keluarga eksperiensial diharapkan mampu melahirkan efek fungsi terapis dan dinamika psikologis bagi anak dalam berperilaku yang positif, sesuai dengan peran dalam me­menuhi kebutuhan emosionalnya. Cara yang dilakukan anak untuk memenuhi kebutuhan emosionalnya berdasarkan cara pandang yang terbaik menurut yang mereka ketahui. Hal itu me­rupa­kan tantangan bagi orang tua dan anggota keluarga bagaimana menghadapi dan mengelola perkembangan emosional secara positif yang terjadi pada anak.
PENDAMPINGAN KELAS IBU HAMIL MELALUI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM UNTUK MENGURANGI KECEMASAN PROSES PERSALINAN Mintarsih, Widayat
Sawwa: Jurnal Studi Gender Vol 12, No 2 (2017): April 2017
Publisher : Pusat Studi gender dan Anak (PSGA) Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (315.063 KB) | DOI: 10.21580/sa.v12i2.1545

Abstract

Physical and psychological changes cause problems for pregnant women such as: lack of confidence, dependence on partner, even worried and anxious. To reduce the anxiety, women need assistance through the process of Islamic guidance and counseling services. It is an effort to help individual overcome such deviations of religious nature as well as accept his role as khalifah that create good relationship with God, man and the universe. The lack of Islamic guidance and counseling services provided by health workers from hospital or village midwives brings the enthusiasm to get Islamic counseling especially for pregnant women, their families, integrated services post (Posyandu) cadres, and society in general to be able to overcome their problems. Method of PAR (Participatory Action Research) through awarenes actions towards their condition was used in this research. Assistance through Islamic counseling services meets the needs of pregnant women to reduce anxiety in order to maintain physiological, psychological, and spiritual health. In addition, this kind of services gives an increasing knowledge and insight cognitively, affectively, and psycho­motor for pregnant women. Internal cares both medically and through Islamic guidance and counseling services to reduce anxiety for pregnant women is done by themselves, their husband and family while external assistance can be done by the cadres of integrated services post, midwives, and community leaders. An increase and decrease in anxiety were measured by Hamilton Rating Scale for Anxiety’s theory (HRS-A) in Hawari. The result analysis showed that there were 11 clients experiencing decreased anxiety after receiving the Islamic counseling services. Before services, it was found a person suffering from slight category of anxiety, in which indicated the range of 14-20. Moreover, it was found 10 people suffering from medium category of anxiety, with total criteria of assessment from range 21-27._________________________________________________________Perubahan fisik dan psikologis menyebabkan problematika bagi ibu hamil, seperti kurang percaya diri, ketergantungan kepada pasangan, bahkan sampai merasa khawatir dan cemas Untuk mengurangi kecemasan dibutuhkan pendampingan melalui pro­ses layanan bimbingan dan konseling Islam. Minimnya layan­an bimbingan dan konseling Islam yang diberikan oleh petugas ke­sehatan dari Puskesmas atau bidan desa menyebab­kan antusias warga khususnya ibu hamil menginginkan diadakannya layanan bimbingan dan konseling Islam khususnya ibu hamil, keluarga ibu hamil, kader Posyandu, dan masyarakat pada umumnya agar mampu mengatasi masalah yang mereka alami. Metode Peng­abdian yang dilakukan berbasis PAR (Participatory Action Research) melalui penyadaran tindakan menuju perbaikan kon­disi kehidupan mereka. Pendampingan melalui layanan bim­bingan dan konseling Islam memenuhi kebutuhan ibu hamil untuk mengurangi kecemasan sehingga bisa menjaga ke­sehatan fisiologis, psikologis, dan spiritual, serta ada pe­ningkat­an pe­nge­tahuan dan wawasan dari segi kognitif, afektif, dan psiko­motorik. Pendampingan secara medis dan melalui layanan bim­bingan dan konseling Islam untuk mengurangi ke­cemasan inter­nal ibu hamil dilakukan oleh diri sendiri, suami, dan keluarga sedangkan pendampingan eksternal bisa dilakukan oleh kader Posyandu, para bidan, dan tokoh masyarakat. Pe­ningkatan dan penurunan kecemasan didiagnosa mengguna­kan alat ukur teori Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A) dalam Hawari yang menghasilkan analisis bahwa terdapat 11 klien yang mendapat­kan layanan bimbingan dan konseling Islam meng­alami pe­nurunan kecemasan. Sebelum mendapatkan laya­n­an, ter­dapat 1 orang mengalami kecemasan kategori ringan dengan kriteria total penilaian dari rentang 14-20 dan kategori ke­cemasan sedang ada 10 orang dengan kriteria total penilaian dari rentang 21-27.
PENDAMPINGAN KELAS IBU HAMIL MELALUI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM UNTUK MENGURANGI KECEMASAN PROSES PERSALINAN Mintarsih, Widayat
Sawwa: Jurnal Studi Gender Vol 12, No 2 (2017): April 2017
Publisher : Pusat Studi gender dan Anak (PSGA) Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (315.063 KB) | DOI: 10.21580/sa.v12i2.1545

Abstract

Physical and psychological changes cause problems for pregnant women such as: lack of confidence, dependence on partner, even worried and anxious. To reduce the anxiety, women need assistance through the process of Islamic guidance and counseling services. It is an effort to help individual overcome such deviations of religious nature as well as accept his role as khalifah that create good relationship with God, man and the universe. The lack of Islamic guidance and counseling services provided by health workers from hospital or village midwives brings the enthusiasm to get Islamic counseling especially for pregnant women, their families, integrated services post (Posyandu) cadres, and society in general to be able to overcome their problems. Method of PAR (Participatory Action Research) through awarenes actions towards their condition was used in this research. Assistance through Islamic counseling services meets the needs of pregnant women to reduce anxiety in order to maintain physiological, psychological, and spiritual health. In addition, this kind of services gives an increasing knowledge and insight cognitively, affectively, and psycho­motor for pregnant women. Internal cares both medically and through Islamic guidance and counseling services to reduce anxiety for pregnant women is done by themselves, their husband and family while external assistance can be done by the cadres of integrated services post, midwives, and community leaders. An increase and decrease in anxiety were measured by Hamilton Rating Scale for Anxiety’s theory (HRS-A) in Hawari. The result analysis showed that there were 11 clients experiencing decreased anxiety after receiving the Islamic counseling services. Before services, it was found a person suffering from slight category of anxiety, in which indicated the range of 14-20. Moreover, it was found 10 people suffering from medium category of anxiety, with total criteria of assessment from range 21-27._________________________________________________________Perubahan fisik dan psikologis menyebabkan problematika bagi ibu hamil, seperti kurang percaya diri, ketergantungan kepada pasangan, bahkan sampai merasa khawatir dan cemas Untuk mengurangi kecemasan dibutuhkan pendampingan melalui pro­ses layanan bimbingan dan konseling Islam. Minimnya layan­an bimbingan dan konseling Islam yang diberikan oleh petugas ke­sehatan dari Puskesmas atau bidan desa menyebab­kan antusias warga khususnya ibu hamil menginginkan diadakannya layanan bimbingan dan konseling Islam khususnya ibu hamil, keluarga ibu hamil, kader Posyandu, dan masyarakat pada umumnya agar mampu mengatasi masalah yang mereka alami. Metode Peng­abdian yang dilakukan berbasis PAR (Participatory Action Research) melalui penyadaran tindakan menuju perbaikan kon­disi kehidupan mereka. Pendampingan melalui layanan bim­bingan dan konseling Islam memenuhi kebutuhan ibu hamil untuk mengurangi kecemasan sehingga bisa menjaga ke­sehatan fisiologis, psikologis, dan spiritual, serta ada pe­ningkat­an pe­nge­tahuan dan wawasan dari segi kognitif, afektif, dan psiko­motorik. Pendampingan secara medis dan melalui layanan bim­bingan dan konseling Islam untuk mengurangi ke­cemasan inter­nal ibu hamil dilakukan oleh diri sendiri, suami, dan keluarga sedangkan pendampingan eksternal bisa dilakukan oleh kader Posyandu, para bidan, dan tokoh masyarakat. Pe­ningkatan dan penurunan kecemasan didiagnosa mengguna­kan alat ukur teori Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A) dalam Hawari yang menghasilkan analisis bahwa terdapat 11 klien yang mendapat­kan layanan bimbingan dan konseling Islam meng­alami pe­nurunan kecemasan. Sebelum mendapatkan laya­n­an, ter­dapat 1 orang mengalami kecemasan kategori ringan dengan kriteria total penilaian dari rentang 14-20 dan kategori ke­cemasan sedang ada 10 orang dengan kriteria total penilaian dari rentang 21-27.
PERAN TERAPI KELUARGA EKSPERIENSIAL DALAM KONSELING ANAK UNTUK MENGELOLA EMOSI Mintarsih, Widayat
Sawwa: Jurnal Studi Gender Vol 8, No 2 (2013): April 2013
Publisher : Pusat Studi gender dan Anak (PSGA) Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (250.909 KB) | DOI: 10.21580/sa.v8i2.658

Abstract

Keberhasilan proses konseling anak sangat membutuhkan peran dari anggota keluarga. Keluarga merupakan tempat yang per­tama bagi anak untuk mendapatkan pendidikan bagaimana me­nge­lola emosi dengan baik.Tujuannya adalah agar anak dapat me­laksana­kan tugas perkembangan secara optimal sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh keluarga untuk mengatasi jika terjadi masalah pada anak ada­lah dengan melakukan konseling anak berbasis terapi keluarga eks­periensial dengan melibatkan seluruh anggota keluarga. Terapi keluarga eksperiensial menekankan pada proses per tumbuh­an alamiah dalam keluarga untuk meningkatkan rasa memiliki keluarga dan memberikan kebebasan sebagai individu dalam keluarga agar memiliki pengalaman dalam meng­ekspresikan emosi. Terapi eks­periensial bersifat eksistensial, humanistik, dan feno­meno­logis. Tujuan terapi ini adalah mem­bantu memperjelas ko­munikasi dalam keluarga, menghindarkan adanya keluhan-keluhan, sehingga ada usaha untuk menemukan solusi. Untuk itu seluruh anggota keluarga ikut aktif terlibat dalam proses konseling dan tetap mempertahankan harga diri yang positif. Konseling anak dengan terapi keluarga eksperiensial diharapkan mampu melahirkan efek fungsi terapis dan dinamika psikologis bagi anak dalam berperilaku yang positif, sesuai dengan peran dalam me­menuhi kebutuhan emosionalnya. Cara yang dilakukan anak untuk memenuhi kebutuhan emosionalnya berdasarkan cara pandang yang terbaik menurut yang mereka ketahui. Hal itu me­rupa­kan tantangan bagi orang tua dan anggota keluarga bagaimana menghadapi dan mengelola perkembangan emosional secara positif yang terjadi pada anak.
Counseling Services in Health Care for Covid-19 Patients Hidayanti, Ema; Mintarsih, Widayat; Ma’arif, Syamsul; Nurrochmah, Fiyan Tika
KONSELING RELIGI Vol 12, No 2 (2021): Desember 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/kr.v12i2.13075

Abstract

COVID-19 patients face physical and psychological problems. Physical complaints are usually fever, cough, fatigue, and shortness of breath, while psychological problems are anxiety, fear, and stress during isolation. Referring to the problem, the health care for patients with COVID-19 should not only for handling physical problems but also psycho-social-religious problems. One way to deal with the psychological problem is to provide counseling services conducted in referral hospitals for COVID-19 patients in   Adiyathma general hospital and Wongosonegoro general hospital of Semarang. The health care of COVID-19 patients in the hospital pays attention to the psychological problems through counseling services conducted by psychologists. This study was a qualitative study with a phenomenological approach to explore counseling services in health care for COVID-19 patients. The subjects of this study were COVID-19 patients who were Muslim and underwent isolation in hospitals. The results showed that counseling services provide based on doctors' recommendations or the patient's request due to psychological problems such as anxiety, fear, and adaptation disorders. Counseling practices were conducted using common methods such as relaxation, psychoeducation, client center, and CBT (cognitive behavior therapy), combined with religious methods (Islam) by inviting patients to get closer to Allah through prayer and dhikr. 
Bimbingan Islam dalam Menumbuhkan Kepercayaan Diri Penyintas HIV/AIDS Nur Ikha Wijayanto; Sholihan, Sholihan; Mintarsih, Widayat
Griya Widya: Journal of Sexual and Reproductive Health Vol. 2 No. 2 (2023): Griya Widya: Journal of Sexual and Reproductive Health
Publisher : Nur Science Institute and Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53088/griyawidya.v2i2.659

Abstract

Purpose: The purpose of this study is how the implementation of Islamic guidance in fostering self-confidence of HIV / AIDS survivors at PKBI Semarang City. Method: This type of research is field research with a phenomenological approach. Data was obtained using observation method, interview method, documentation method. The data that has been collected is analyzed by the stages of data reduction, data display and data verification / conclusion drawing. Result: The results showed that the implementation of Islamic guidance in fostering self-confidence of HIV/AIDS survivors in PKBI Semarang City focuses in three steps, namely planning, implementation and evaluation. Planning is done by the supervisor by making preparations to help make it easier to carry out Islamic guidance. Implementation is done by providing Islamic guidance material related to monotheism, sharia or moral worship with spiritual material programs, psychological, social guidance, which emphasizes individual and group approaches through lecture, question and answer, discussion, experiment demonstration, habituation, out bond and motivational training based on efforts to increase self-resilience and self-confidence of HIV / AIDS survivors by promoting motivation to always get closer to Allah through repentance, patience, effort and tawakkal so that HIV / AIDS survivors feel close to Allah SWT and able to live their lives with confidence. Evaluation is always carried out to control how far the absorption ability of HIV / AIDS survivors and assess the behavior of HIV/ AIDS survivors after implementing Islamic guidance
Bimbingan Individu Untuk Mengembangkan Penyesuaian Diri Istri Kepada Suami Tunanetra Non Bawaan di ITMI Kota Semarang Nisa, Latifatun; Mintarsih, Widayat
Lentera: Indonesian Journal of Multidisciplinary Islamic Studies Vol 6 No 1 (2024): Lentera: Indonesian Journal of Multidisciplinary Islamic Studies
Publisher : Program Pascasarjana IAIN Langsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32505/lentera.v6i1.8416

Abstract

Negative stigma becomes problematic for wives who have husbands who are non-congenitally blind, thus affecting the developmental process of their adjustment. These obstacles cause a low sense of adjustment, less ready to accept the husband's condition, so it is necessary to provide individual guidance and motivation to them in an effort to improve their adjustment. This research aims to find out how individual guidance is implemented to increase the wife's adjustment to her non-congenital blind husband.The results of the research show that the stages of implementing individual guidance are, first, providing motivation to clients who are experiencing problems in life, creating inspiration for familiarity with clients. In the middle stage, the client has begun to know the solution to the problem, support from close friends and family. The final stage (follow-up) is carried out after the individual guidance activity is about to end, the supervisor carries out a follow-up plan and discusses success after carrying out individual guidance. The results of individual guidance achieved are: aspects of self-adjustment, firstly aspects of self-knowledge and self-insight, lack of awareness of interacting with disabilities to be able to interact with people with disabilities, lack of ability in having a relationship with husband to be able to accept and have a good relationship with husband, secondly aspects self-objectivity and self-acceptance, not being able to accept her husband's condition and not being able to be realistic in solving problems, becoming biased in accepting her husband's condition and thinking realistically in solving problems, the third aspect of self-development and self-control, lack of awareness of the importance of development in self-adjustment, becoming aware of the importance of adjustment yourself with your husband, always thinking about other people's negative views of the family, becoming not thinking about other people's negative views of the family, the four aspects of satisfaction, being less satisfied with their potential in improving their skills and understanding of their husband's needs, being able to increase their husband's potential skills and understanding.
Islamic spiritual guidance as a solution to the problem of spiritual well-being Nihayah, Ulin; Manggarani, Mustika; Mintarsih, Widayat; Kibtiyah, Maryatul
Journal of Advanced Guidance and Counseling Vol. 5 No. 1 (2024)
Publisher : Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Walisongo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/jagc.2024.5.1.18082

Abstract

Purpose - The purpose of this study was to examine the implementation of Islamic spiritual guidance as a solution to the spiritual well-being problems faced by diabetes mellitus patients at PKU Muhammadiyah Gubug Hospital. This research focuses on the impact of holistic care involving physical, psychological, psychosocial, and spiritual dimensions.Method - This study employed a qualitative descriptive approach with a phenomenological perspective. Data collection methods included observation, in-depth interviews, and documentation. Participants consisted of patients and their families, along with Islamic spiritual counsellors at PKU Muhammadiyah Gubug Hospital.Result - The results showed that Islamic spiritual guidance is delivered through verbal methods (counselling, advice, and motivation), written or visual methods (Islamic-themed writings and artwork displayed in hospital rooms), and audio methods (recitation of Qur'anic verses via speakers). The guidance materials included teachings on tawakal (reliance on God), tauhid (monotheism), and worship practices (prayer and purification methods adapted for patient conditions). The study found that these methods enhanced patients' personal and communal well-being, helped them find purpose in life, and fostered positive attitudes.Implication - This method suggests that integrating Islamic spiritual guidance in healthcare settings can significantly improve the spiritual well-being of patients, enhancing their overall recovery process and quality of life.Originality - This research is the first study to comprehensively explore the integration of Islamic spiritual guidance as a holistic approach to address the spiritual well-being of diabetes mellitus patients in a hospital setting, particularly at PKU Muhammadiyah Gubug Hospital.***Tujuan - Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi bimbingan rohani Islam sebagai solusi terhadap masalah kesejahteraan spiritual pada pasien diabetes melitus di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gubug. Fokus penelitian ini adalah dampak dari pelayanan holistik yang meliputi dimensi fisik, psikologis, psikososial, dan spiritual.Metode - Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan perspektif fenomenologi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Partisipan terdiri dari pasien dan keluarga pasien, serta petugas rohani di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gubug.Hasil - Hasil penelitian menunjukkan bahwa bimbingan rohani Islam dilakukan melalui metode lisan (konseling, nasihat, dan motivasi), metode tertulis atau visual (menempatkan tulisan dan karya seni Islami di kamar rumah sakit), dan metode audio (melantunkan ayat-ayat suci Al Qur'an melalui pengeras suara). Materi bimbingan meliputi ajaran tawakal (berserah diri kepada Allah), tauhid (keimanan kepada Allah), serta bimbingan ibadah (salat dan thaharah yang disesuaikan dengan kondisi pasien). Studi ini menemukan bahwa metode ini mampu meningkatkan kesejahteraan pribadi dan komunal pasien, membantu mereka menemukan tujuan hidup, dan mendorong sikap positif.Implikasi - Metode ini menunjukkan bahwa integrasi bimbingan spiritual Islam dalam perawatan kesehatan dapat secara signifikan meningkatkan kesejahteraan spiritual pasien, sehingga mempercepat proses pemulihan dan meningkatkan kualitas hidup mereka.Keaslian - Penelitian ini merupakan penelitian pertama yang secara komprehensif mengeksplorasi integrasi bimbingan rohani Islam sebagai pendekatan holistik dalam menangani kesejahteraan spiritual pasien diabetes melitus di rumah sakit, khususnya di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gubug.
Bimbingan Individu Untuk Mengembangkan Penyesuaian Diri Istri Kepada Suami Tunanetra Non Bawaan di ITMI Kota Semarang Nisa, Latifatun; Mintarsih, Widayat
Lentera: Indonesian Journal of Multidisciplinary Islamic Studies Vol 6 No 1 (2024): Lentera: Indonesian Journal of Multidisciplinary Islamic Studies
Publisher : Program Pascasarjana IAIN Langsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32505/lentera.v6i1.8416

Abstract

Negative stigma becomes problematic for wives who have husbands who are non-congenitally blind, thus affecting the developmental process of their adjustment. These obstacles cause a low sense of adjustment, less ready to accept the husband's condition, so it is necessary to provide individual guidance and motivation to them in an effort to improve their adjustment. This research aims to find out how individual guidance is implemented to increase the wife's adjustment to her non-congenital blind husband.The results of the research show that the stages of implementing individual guidance are, first, providing motivation to clients who are experiencing problems in life, creating inspiration for familiarity with clients. In the middle stage, the client has begun to know the solution to the problem, support from close friends and family. The final stage (follow-up) is carried out after the individual guidance activity is about to end, the supervisor carries out a follow-up plan and discusses success after carrying out individual guidance. The results of individual guidance achieved are: aspects of self-adjustment, firstly aspects of self-knowledge and self-insight, lack of awareness of interacting with disabilities to be able to interact with people with disabilities, lack of ability in having a relationship with husband to be able to accept and have a good relationship with husband, secondly aspects self-objectivity and self-acceptance, not being able to accept her husband's condition and not being able to be realistic in solving problems, becoming biased in accepting her husband's condition and thinking realistically in solving problems, the third aspect of self-development and self-control, lack of awareness of the importance of development in self-adjustment, becoming aware of the importance of adjustment yourself with your husband, always thinking about other people's negative views of the family, becoming not thinking about other people's negative views of the family, the four aspects of satisfaction, being less satisfied with their potential in improving their skills and understanding of their husband's needs, being able to increase their husband's potential skills and understanding.