Khotimah Suryani
Universitas Islam Darul 'Ulum Lamongan

Published : 10 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

MENELAAH TAFSIR SURAH AT-TAUBAH Khotimah Suryani
DAR EL-ILMI : Jurnal Studi Keagamaan, Pendidikan dan Humaniora Vol 4 No 2 (2017): Oktober
Publisher : Fakultas Agama Islam Universitas Islam Darul 'Ulum Lamongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak: Surah At-Taubah ("Pengampunan"‎) adalah surah yang ke-9 dalam al-Qur'an. Surah ini adalah termasuk surah Madaniyah tetapi ada sebagian ayat yang termasuk Makkiyah. Surah ini terdiri dari 129 ayat. Surah ini mempunyai beberapa nama, diantaranya ada yang menamai dengan At-Taubah yang berarti "Pengampunan" karena kata At-Taubah disebut berulang kali dalam surah ini, dan ada juga yang menamai dengan Bara'ah yang berarti berlepas diri, disebabkan sebagian besar pokok pembicaraan di dadalamnya adalah tentang pernyataan pemutusan perjanjian damai dengan kaum musyrikin. Surah ini tidak diawali dengan basmalah, berbeda dengan surah-surah yang lain yang semuanya diawali dengan basmalah, karena dalam surah ini adalah banyak mengandung pernyataan perang, dalam arti bahwa segenap kaum muslimin disuruh untuk memerangi kaum musyrikin, sedangkan basmalah adalah mengandung makna perdamaian dan cinta kasih Allah. Surah ini diturunkan sesudah Nabi Muhammad saw. kembali dari peperangan Tabuk yang terjadi pada tahun 9 H. Pembacaan surah ini disampaikan oleh Ali bin Abi Thalib pada musim haji tahun itu juga. Surah at-Taubah diturunkan pada masa-masa akhir dari pelaksanaan tugas kerasulan nabi Muhammad saw. Oleh karena itu kandungan surah at-Taubah ini lebih menekankan pada upaya bagaimana menata kehidupan umat Islam yang solid agar tidak mudah diganggu oleh pihak-pihak yang sewaktu-waktu dapat merusak kehidupan umat Islam.
Keesaan Allah Perspektif Al Qur'an Khotimah Suryani
DAR EL-ILMI : Jurnal Studi Keagamaan, Pendidikan dan Humaniora Vol 4 No 1 (2017): April
Publisher : Fakultas Agama Islam Universitas Islam Darul 'Ulum Lamongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (383.266 KB)

Abstract

AbstraksBanyak orang yang mengaku dirinya beragama Islam, namun pemahamannya tentang ke Esaan Alloh masih sangat kurang, bahkan sedikit sekali orang yang dapat menjawab dengan benar apabila ditanya tentang keEsaan Alloh. Di sisi lain seseorang mengaku menyembah Allah namun ia tidak mengenal Allah yang disembahnya, tidak mengetahui bagaimana sifat-sifat Allah, tidak mengetahui nama-nama Allah, tidak mengetahui apa hak-hak Allah yang wajib dipenuhinya. Yang akibatnya, tidak mentauhidkan Allah dengan benar, bahkan mensyirikkanNya dan keimanan terhadap Nya pun sangat kurang, sehingga kepasrahan terhadap Alloh swt pun mengambang. Maka sangat penting dan urgen bagi setiap muslim mempelajari tauhid yang benar, dan menyimak tentang ke Esaan Alloh langsung dari Kalam Alloh yang telah ditulis di dalam Al Quran khususnya dalam surat Al-‘An’am, karena didalam surat al-An’am ini mengandung bukti-bukti keesaan Alloh swt. Bahkan ilmu Tauhid inilah ilmu yang paling pertama dan utama yang harus diketahui terlebih dahulu oleh setiap muslim. Oleh karena itu, setiap muslim wajib mempelajari, mengetahui, dan memahami ilmu tersebut, karena merupakan ilmu tentang Allah Subhanahu wa Ta’ala, tentang nama-nama-Nya, sifat-sifat-Nya, dan hak-hak-Nya atas hamba-Nya.
EFEKTIFITAS PENDEKATAN QUANTUM TEACHING DALAM MEMOTIFASI MINAT BELAJAR BAHASA ARAB Khotimah Suryani
DAR EL-ILMI : Jurnal Studi Keagamaan, Pendidikan dan Humaniora Vol 5 No 1 (2018): April
Publisher : Fakultas Agama Islam Universitas Islam Darul 'Ulum Lamongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (350.226 KB)

Abstract

Bagi orang Islam, belajar bahasa Arab adalah sangat dianjurkan. Bahasa arab adalah bahasa asing yang di dalamnya memiliki kultur berbeda dengan bahasa Indonesia. bahasa Arab juga ditakdirkan sebagai bahasa Al-Qur’an. Agar siswa termotivasi untuk mempelajari bahasa Arab maka siswa harus mempunyai minat untuk mempelajarinya. Minat dapat menjadi sebab sesuatu kegiatan dan sebagai hasil dari keikutsertaan dalam suatu kegiatan. Siswa yang berminat terhadap pelajaran bhs Arab akan mempelajari bhs Arab dengan sungguh-sungguh. Siswa akan mudah menghafal pelajaran yang menarik minatnya. Minat berhubungan erat dengan motivasi. Motivasi muncul karena adanya kebutuhan, begitu juga minat, sehingga tepatlah bila minat merupakan alat motivasi. Proses belajar akan berjalan lancar bila disertai minat. Oleh karena itu, guru perlu membangkitkan minat siswa agar pelajaran yang diberikan mudah siswa mengerti dengan metode yang tepat. Quantum Teaching merupakan proses pembelajaran dengan menyediakan latar belakang dan strategi untuk meningkatkan proses belajar mengajar menjadi menyenangkan. Pembelajaran Quantum Teaching mencakup petunjuk untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif merancang pengajaran, menyampaikan isi dan memudahkan proses belajar. Pembelajaran bahasa Arab dengan pendekatan Quantum Teaching merupakan suatu proses pembelajaran dengan menyediakan latar belakang dan strategi untuk meningkatkan proses belajar mengajar dan membuat proses pembelajaran tersebut menjadi lebih menyenangkan. Dengan cara ini siswa akan termotifasi minatnya dalam belajar bahasa Arab. Hal ini bisa membantu guru memperluas keterampilan siswa dalam berbahasa Arab sehingga guru akan memperoleh kepuasan yang lebih besar dari pekerjaannya.
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN HADIS TENTANG SEDEKAH TERHADAP KESADARAN PESERTA DIDIK DALAM BERSEDEKAH DI MI TARBIYATUL BANAT SIMO SUNGELEBAK KARANGGENENG LAMONGAN Khotimah Suryani
DAR EL-ILMI : Jurnal Studi Keagamaan, Pendidikan dan Humaniora Vol 7 No 1 (2020): April
Publisher : Fakultas Agama Islam Universitas Islam Darul 'Ulum Lamongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini dilatar belakangi karena masih banyak peserta didik yang kurang memiliki kesadaran dan kepedulian sosial. Hal ini mengakibatkan peserta didik kurang bisa memahami arti bersedekah. Dengan melihat fakta tersebut, usaha yang dilakukan guru untuk membentuk kesadaran dalam diri peserta didik dengan melakukan pembelajaran Hadis. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini: (1) Bagaimana implementasi pembelajaran hadis tentang sedekah terhadap kesadaran peserta didik dalam bersedekah di MI Tarbiyatul Banat Simo Sungelebak Karanggeneng Lamongan; (2) Bagaimana hikmah atau nilai positif (value added) yang dihasilkan dari proses pembelajaran hadis tentang sedekah di MI Tarbiyatul Banat Simo Sungelebak Karanggeneng Lamongan. Data-data penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi. Berkenaan dengan hal itu, penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif karena menggunakan data deskriptif berupa kata-kata tertulis, pernyataan lisan dari informan yang dijadikan narasumber serta perilaku yang dapat diamati. Kemudian dianalisis menggunakan analisis data Miles & Huberman. Dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi dapat disimpulkan bahwa; (1) implementasi pembelajaran hadis yang dilaksanakan di MI Tarbiyatul Banat Simo Sungelebak Karanggeneng Lamongan dengan subjek penelitian peserta didik kelas VI memiliki dampak yang positif. Maknanya, implementasi tersebut menunjukkan keberhasilan karena dapat berpengaruh positif kepada peserta didik. Oleh karena itu sangatlah penting penanaman kepedulian sosial sejak dini, sehingga peserta didik tidak hanya memikirkan dirinya sendiri tapi mampu memikirkan kepentingan orang lain. Dengan pembelajaran ini peserta didik dapat membiasakan sedekah dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat; (2) Hikmah atau nilai positif (value added) dari proses pembelajaran ini menghasilkan prilaku positif berupa infaq harian, mengucapkan salam, bertutur kata yang baik, melaksanakan tugas piket, membantu teman, menebar senyum, dan berperilaku sopan.
MEMAHAMI BAHASA AL-QUR’AN DALAM PERSPEKTIF AL-NASIKH WA AL-MANSUKH Khotimah Suryani
DAR EL-ILMI : Jurnal Studi Keagamaan, Pendidikan dan Humaniora Vol 7 No 2 (2020): Oktober
Publisher : Fakultas Agama Islam Universitas Islam Darul 'Ulum Lamongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dalam memahami Al-Qur’an, seorang mufassir tidak bisa lepas dari ilmu al-naskh yang keberadaan ilmu ini terbagi menjadi al-nasikh dan al-mansukh. Al-Qur’an yang diturunkan Allah melalui jibril secara bertahap menjadi petunjuk bahwa ketentuan hukum Allah itu diturunkan secara bertahap pula. Bila dalam masalah tertentu Allah menurunkan beberapa ayat yang turunnya tidak sekaligus bersamaan maka sesungguhnya hal itu menunjukkan ada hikmah di balik turunnya ayat itu, yaitu adanya gradasi ketentuan hukum yang tidak bisa disyari’atkan secara tiba-tiba dalam waktu sekaligus. Hal itu misalnya ketentuan haramnya khamr melalui beberapa fase. Khamr saat itu menjadi bagian penting dalam kehidupan manusia. Mereka menikmati khamr layaknya menikmati air minum. Oleh karena itu tidak mungkin Allah melarang konsumsi khamr secara tiba-tiba namun larangan ini akan berproses secara bertahap (gradual) menyesuaikan keadaan dan kesiapan umat di masa Nabi untuk bisa menerimanya. Dengan demikian, memahami Al-Qur’an tidak bisa dilepaskan dari kontek tahapan (gradasi) seperti ini, yang itu semua tercermin dalam al-nasikh wa al-mansukh. Dengan mencermati problematika dan urgensitas al-naskh di atas maka makalah ini akan merumuskan kajian mengenai: (1) bagaimana pengertian al-naskh; (2) bagaimana keberadaan al-naskh dalam Al-Qur’an; (3) apa saja macam-macam al-naskh dalam Al-Qur’an; serta (4) bagaimana cara memahami bahasa Al-Qur’an dengan perangkat al-naskh. Untuk mendapatkan jawaban dari beberapa masalah di atas, tulisan ini disajikan menggunakan metode deskriptif-analitik. Penyajian data dilakukan secara deskriptif lalu dilakukan analisis, kemudian diakhiri dengan penyimpulan. Hasil pembahasan dalam penelitian ini dapat disimpulkan beberapa hal berikut: (1) al-naskh ialah penghapusan ketentuan hukum syara’ tertentu yang dalilnya datang lebih dahulu kemudian dihapus dengan dalil syara’ yang datang kemudian dalam persoalan yang sama; (2) Posisi al-naskh dalam berbagai surah dalam Al-Qur’an itu beragam yaitu; [a] surah yang tidak mengandung ayat nasikh dan mansukh; [b] surah yang hanya mengandung ayat nasikh saja; [c] surah yang hanya mengandung ayat mansukh saja; dan [d] surah yang mengandung ayat nasikh dan mansukh sekaligus; (3) Macam-macam ayat al-naskh dalam Al-Qur’an; [a] ayat yang dinasakh hanya tilawahnya saja namun ketentuan hukumnya masih ada; [b] ayat yang dinasakh hanya ketentuan hukumnya saja tetapi tilawahnya masih ada; [c] ayat yang dinasakh dua-duanya, baik tilawahnya maupun ketentuan hukumnya; dan (4) Cara memahami bahasa Al-Qur’an dalam perspektif al-nasikh dan al-mansukh dapat dilakukan sebagai berikut; [a] pemahaman ayat Al-Qur’an dilakukan dengan cara memahami hadis ahad yang menjadi nasikh-nya; [b] pemahaman ayat-ayat makkiyyah tergantung ayat-ayat madaniyyah yang menjadi nasikh-nya; [c] pemahaman ayat Al-Qur’an dapat dilakukan secara berlapis; [d] Ayat Al-Qur’an dapat dipahami setelah mengerti makna hadis mutawatir yang menjadi nasikh-nya; [e] memahami ayat hanya didasarkan pada kurun waktu masa lalu hingga datangnya ayat lain yang menjadi nasikh-nya; dan [f) memahami perintah ayat sesuai tahapan sebab yang menjadi illat perintah tersebut.
MEMAHAMI BAHASA TAMSIL DALAM AL-QUR’AN Khotimah Suryani
DAR EL-ILMI : Jurnal Studi Keagamaan, Pendidikan dan Humaniora Vol 8 No 1 (2021): April
Publisher : Fakultas Agama Islam Universitas Islam Darul 'Ulum Lamongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Betapa banyak makna indah dalam kandungan Al-Qur’an diungkapkan dengan bahasa tamsil, maka bahasa tamsil dalam Al-Qur’an semakin menambah keindahan dan keelokan makna yang dimaksud. Hal itu dapat mendorong jiwa seseorang semakin bisa menerima kandungan Al-Qur’an dan akal tergerak dapat mencerna ungkapan ini. Bahasa tamsil menjadi salah satu gaya bahasa (uslub) Al-Qur’an ketika ia mengungkapkan makna serta menampilkan segi-segi kemu’jizatannya. Apalagi beberapa hadis Rasulullah telah mendorong umat Islam untuk mengkaji bahasa tamsil dalam Al-Qur’an. Atas dasar itu maka makalah ini akan merumuskan kajian mengenai: (1) bagaimana pengertian bahasa tamsil atau amtsal Al-Qur’an; (2) bagaimana macam-macamnya atau wujudnya dalam Al-Qur’an; (3) bagaimana manfaat bahasa tamsil dalam Al-Qur’an; (4) bagaimana sikap ulama dalam merespon bahasa tamsil dalam Al-Qur’an; serta (5) bagaimana cara memahami ayat Al-Qur’an yang ber-uslub bahasa tamsil. Untuk mendapatkan jawaban dari beberapa masalah di atas, tulisan ini disajikan menggunakan metode deskriptif-analitik. Penyajian data dilakukan secara deskriptif lalu dilakukan analisis, kemudian diakhiri dengan penyimpulan. Dari berbagai pemaparan mengenai persoalan ini dapat disarikan beberapa hal yang menjadi kesimpulan dari makalah ini, antara lain: (1) Bahasa tamsil atau kalam matsal adalah majaz murakkab yang relevansi (‘alaqah) ungkapannya bersifat penyerupaan (متشابهة). Dalam definisi lain dinyatakan bahwa amtsal Al-Qur’an adalah menghadirkan makna dalam suatu konsepsi yang indah, struktur kalimatnya pendek, maknanya lebih mengena pada jiwa seseorang, baik ungkapan tersebut berjenis tasybih atau non-tasybih; (2).Macam-macam bahasa tamsil dalam Al-Qur’an antara lain: (a) al-tasybih al-sharih; (b) al-tasybih al-dhimni; dan (c) tamsil non-tasybih atau non-isti’arah. Sedangkan Manna’ Khalil al-Qattan menggunakan istilah lain yaitu: (a) al-amtsal al-musharrihah; (b) al-amtsal al-kaminah; dan (c) al-amtsal al-mursalah. (3).Manfaat bahasa tamsil dalam Al-Qur’an, antara lain: (a) dapat mengungkapkan sesuatu yang bersifat imajinatif dengan sesuatu yang bersifat empiris; (b) menghadirkan makna yang indah dengan bahasa singkat; (c) memotivasi prilaku baik dan mencegah prilaku buruk; (d) memuji orang berprilaku baik dan mencaci prilaku buruk; dan (e) dapat menyampaikan pesan Al-Qur’an lebih mengena; (4).Terdapat sikap pro dan kontra di kalangan ulama terkait redaksi ayat Al-Qur’an dikategorikan sebagai bahasa tamsil. Bagi yang kontra berpendapat bahwa mengkategorikan ayat Al-Qur’an sebagai bahasa tamsil akan merendahkan derajat Al-Qur’an, namun bagi yang pro menyatakan bahwa bahasa tamsil dalam redaksi ayat Al-Qur’an menambah kemu’jizatan Al-Qur’an itu sendiri di bidang sastera dengan tanpa merendahkannya; dan (5).Memahami bahasa tamsil yang berjenis al-tasybih al-sharih dapat dilakukan dengan cara memilah unsur-unsur tasybih-nya, sedangkan tamsil yang ber-jenis al-tasybih al-dhimni dapat dipahami dengan cara menaksir unsur-unsurnya karena tasybih jenis ini tidak tampak di permukaan sebagaimana tasybih pada umumnya. Adapun bahasa tamsil yang berjenis non-tasybih, non-isti’arah atau al-amtsal al-mursalah dapat dilakukan dengan cara memahami kandungan ayat melalui nalar logika yang benar, lalu menyimpulkannya, yang hasil kesimpulan tersebut menjadi ibrah bagi kehidupan.
PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA KITAB KUNING MELALUI PEMBENTUKAN KEBIASAAN MEMBACA TEKS ARAB DI KELAS II WUSTHO PONDOK PESANTREN AL-HIDAYAH KANUGRAHAN MADURAN LAMONGAN Ida Latifatul Umroh; Khotimah Suryani; Habibah Dwi Puji Hastuti
Al-Fakkaar Vol 1 No 2 (2020): Agustus
Publisher : Program Studi Pendidikan Bahasa Arab Unisda Lamongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (815.646 KB)

Abstract

Dalam upaya peningkatan keterampilan berbahasa perlu adanya pembiasaan, baik keterampilan mendengar, berbicara, membaca, maupun menulis. Pembentukan kebiasaan membaca teks Arab diyakini dapat memberikan peningkatan keterampilan santri dalam membaca kitab kuning. Seperti halnya dalam lingkungan bahasa, seseorang yang menghafal banyak mufradat tetapi tidak pernah praktek langsung untuk berbicara bahasa Arab, tentunya akan kalah dengan yang hidup di lingkungan yang menggunakan bahasa Arab sebagai alat komunikasinya. Penelitian ini bertujuan mengetahui pembentukan kebiasaan membaca teks Arab di kelas II wustho Pondok Pesantren Al-Hidayah Kanugrahan Maduran Lamongan dan mengetahui peningkatan keterampilan membaca kitab kuning melalui pembentukan kebiasaan membaca teks Arab di kelas II wustho Pondok Pesantren Al-Hidayah Kanugrahan Maduran Lamongan. Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan pendekatan penelitian tindakatan kelas. Instrumen dalam penelitian ini adalah lembar observasi, pedoman wawancara, soal pre test dan post test, dan dokumentasi. Analisis data menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil pre test awal sebesar 46, nilai rata-rata post test siklus I 68,21 dan nilai rata-rata post test siklus II 77,26. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan keterampilan membaca kitab kuning melalui pembentukan kebiasaan membaca teks Arab di Kelas II Wustho pondok pesantren Al-Hidayah Kanugrahan Maduran Lamongan.
MEMAHAMI BAHASA TAMSIL DALAM AL-QUR’AN Khotimah Suryani
Dar el-Ilmi : jurnal studi keagamaan, pendidikan dan humaniora Vol 8 No 1 (2021): April
Publisher : Fakultas Agama Islam Universitas Islam Darul 'Ulum Lamongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52166/darelilmi.v8i1.2560

Abstract

Betapa banyak makna indah dalam kandungan Al-Qur’an diungkapkan dengan bahasa tamsil, maka bahasa tamsil dalam Al-Qur’an semakin menambah keindahan dan keelokan makna yang dimaksud. Hal itu dapat mendorong jiwa seseorang semakin bisa menerima kandungan Al-Qur’an dan akal tergerak dapat mencerna ungkapan ini. Bahasa tamsil menjadi salah satu gaya bahasa (uslub) Al-Qur’an ketika ia mengungkapkan makna serta menampilkan segi-segi kemu’jizatannya. Apalagi beberapa hadis Rasulullah telah mendorong umat Islam untuk mengkaji bahasa tamsil dalam Al-Qur’an. Atas dasar itu maka makalah ini akan merumuskan kajian mengenai: (1) bagaimana pengertian bahasa tamsil atau amtsal Al-Qur’an; (2) bagaimana macam-macamnya atau wujudnya dalam Al-Qur’an; (3) bagaimana manfaat bahasa tamsil dalam Al-Qur’an; (4) bagaimana sikap ulama dalam merespon bahasa tamsil dalam Al-Qur’an; serta (5) bagaimana cara memahami ayat Al-Qur’an yang ber-uslub bahasa tamsil. Untuk mendapatkan jawaban dari beberapa masalah di atas, tulisan ini disajikan menggunakan metode deskriptif-analitik. Penyajian data dilakukan secara deskriptif lalu dilakukan analisis, kemudian diakhiri dengan penyimpulan. Dari berbagai pemaparan mengenai persoalan ini dapat disarikan beberapa hal yang menjadi kesimpulan dari makalah ini, antara lain: (1) Bahasa tamsil atau kalam matsal adalah majaz murakkab yang relevansi (‘alaqah) ungkapannya bersifat penyerupaan (متشابهة). Dalam definisi lain dinyatakan bahwa amtsal Al-Qur’an adalah menghadirkan makna dalam suatu konsepsi yang indah, struktur kalimatnya pendek, maknanya lebih mengena pada jiwa seseorang, baik ungkapan tersebut berjenis tasybih atau non-tasybih; (2).Macam-macam bahasa tamsil dalam Al-Qur’an antara lain: (a) al-tasybih al-sharih; (b) al-tasybih al-dhimni; dan (c) tamsil non-tasybih atau non-isti’arah. Sedangkan Manna’ Khalil al-Qattan menggunakan istilah lain yaitu: (a) al-amtsal al-musharrihah; (b) al-amtsal al-kaminah; dan (c) al-amtsal al-mursalah. (3).Manfaat bahasa tamsil dalam Al-Qur’an, antara lain: (a) dapat mengungkapkan sesuatu yang bersifat imajinatif dengan sesuatu yang bersifat empiris; (b) menghadirkan makna yang indah dengan bahasa singkat; (c) memotivasi prilaku baik dan mencegah prilaku buruk; (d) memuji orang berprilaku baik dan mencaci prilaku buruk; dan (e) dapat menyampaikan pesan Al-Qur’an lebih mengena; (4).Terdapat sikap pro dan kontra di kalangan ulama terkait redaksi ayat Al-Qur’an dikategorikan sebagai bahasa tamsil. Bagi yang kontra berpendapat bahwa mengkategorikan ayat Al-Qur’an sebagai bahasa tamsil akan merendahkan derajat Al-Qur’an, namun bagi yang pro menyatakan bahwa bahasa tamsil dalam redaksi ayat Al-Qur’an menambah kemu’jizatan Al-Qur’an itu sendiri di bidang sastera dengan tanpa merendahkannya; dan (5).Memahami bahasa tamsil yang berjenis al-tasybih al-sharih dapat dilakukan dengan cara memilah unsur-unsur tasybih-nya, sedangkan tamsil yang ber-jenis al-tasybih al-dhimni dapat dipahami dengan cara menaksir unsur-unsurnya karena tasybih jenis ini tidak tampak di permukaan sebagaimana tasybih pada umumnya. Adapun bahasa tamsil yang berjenis non-tasybih, non-isti’arah atau al-amtsal al-mursalah dapat dilakukan dengan cara memahami kandungan ayat melalui nalar logika yang benar, lalu menyimpulkannya, yang hasil kesimpulan tersebut menjadi ibrah bagi kehidupan.
MEMAHAMI PERBEDAAN HADITH NABI Khotimah Suryani
Dar el-Ilmi : jurnal studi keagamaan, pendidikan dan humaniora Vol 3 No 1 (2016): April
Publisher : Fakultas Agama Islam Universitas Islam Darul 'Ulum Lamongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Perbincangan tentang hadit-hadits kontradiktif selalu menarik bagi berbagai kalangan. Yang demikian tentu dengan berbagai metode dan cara yang digunakan dalam rangka menemukan jalan keluarnya. Menurut para ulama terdapat beberapa langkah dan cara dalam menyelesaikan perbedaan tersebut, walaupun ulama lain kadang kurang sepakat dengan pendapat yang lain. Walaupun demikian, setidaknya dapat dikategorikan ke dalam tiga cara, yaitu tarjih, nasikh mansukh, dan am’ khos. Kritereria yang diberikan tentu berbeda pula dalam melakukan maisng-masing ke tiga langkah tersebut, khususnya yang pertama karena dalam memberikan penilaian atas keabsahan sebuah hadits pun ulama berbeda pendapat. Demikian pula yang kedua, karena tidak semua ulama menerima konsep nasikh mansukh. Walaupun demikian, kontradiktif dalam hadits harus diselesaikan sehingga memberikan pilihan solusi bagi umat yang menggunakan atau mengamalkan hadits tertentu tersebut.
KEPALA SEKOLAH/MADRASAH SEBAGAI ADMINISTRATOR DALAM MANAJEMEN PENGAJARAN BAHASA ARAB DI TINGKAT MADRASAH Khotimah Suryani
Dar el-Ilmi : jurnal studi keagamaan, pendidikan dan humaniora Vol 10 No 1 (2023): April
Publisher : Fakultas Agama Islam Universitas Islam Darul 'Ulum Lamongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52166/darelilmi.v10i1.4267

Abstract

Penulisan artikel ini bertujuan untuk menjelaskan peran kepala sekolah/madrasah sebagai administrator dalam manajemen pengajaran bahasa arab di tingkat madrasah. Untuk mencapai tujuan pengajaran bahasa Arab yang telah direncanakan oleh suatu lembaga termasuk madrasah, tentunya dibutuhkan sebuah manajemen pengajaran bahasa Arab yang baik dan sesuai dengan makna dari manjemen itu sendiri yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan/pengarahan dan pengawasan/evaluasi sehingga tujuan pengajaran itu dapat tercapai seoptimal mungkin. Dalam artikel ini penulis menggunakan penelitian deskriptif yaitu dengan menyajikan gambaran lengkap dalam bentuk verbal atau numerical dan menyajikan informasi dasar mengenai suatu hubungan serta mengeksplorasi mengenai suatu fenomena dan kenyataan sosial. Berdasarkan pembahasan yang telah di tulis maka penulis memberikan garis besar bahwasannya Kepala sekolah dituntut memiliki strong leadership atau jiwa kepemimpinan yang kuat dalam dirinya, untuk mendorong semua guru agar mampu memberikan kinerja yang total dalam pembelajaran terhadap peserta didik terutama dalam pengajaran Bahasa arab di sekolah atau madrasah, sehingga akan tercapai tujuan Pendidikan dan pengajaran yang telah direncanakan.