Welem L. Turupadang
Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Peternakan, Kelautan Dan Perikanan, Universitas Nusa Cendana

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

A Mizoroki-Heck Coupling attempt with Pd(OAc)2 as catalyst and amine as base in the absence of Ligand Welem L Turupadang
Jurnal Akuatik Vol 4 No 1 (2021): Maret
Publisher : Nusa Cendana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (393.113 KB)

Abstract

An attempt to stepwise synthesis Mizoroki-Heck Coupling (E)-1,2-diphenylethene has been done in an inert atmosphere from olefin (styrene) and bromobenzene. The experiment involved palladium acetate as the catalyst and triethylamine as a base along with DMF as solvent
Performa Sosial Ekonomi Budidaya Makroalga Pesisir Kabupaten Kupang: Review Keberlanjutan Usaha 20 Tahun Sejak Insepsi Welem Turupadang; Marcelien Dj Ratoe Oedjoe; Sunadji Sunadji
Jurnal Akuatik Vol 4 No 2 (2021): Oktober 2021
Publisher : Nusa Cendana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (401.483 KB) | DOI: 10.1007/aquatik.v4i2.5956

Abstract

Makroalga sudah menjadi salah satu ciri khas komoditas perikanan budidaya di pesisir Kabupaten Kupang sejak insepsinya awal tahun 2000-an. Adapun tujuan review ini untuk untuk memberikan gambaran sosial dan ekonomi tentang praktek sukses maupun kegagalan budidaya rumput pesisir Kabupaten Kupang. Penelitian ini dilakukan di empat kecamatan pesisir Kabupaten Kupang, yakni Kupang Barat, Semau, Semau Selatan, dan Sulamu. Sembilan desa dan 27 responden terpilih secara acak untuk pengumpulan data melalui aplikasi Android ODK (Kobo Collect©). Secara umum, setelah dua dekade berjalannya budidaya rumput laut di Kabupaten Kupang ternyata telah memberikan kontribusi pada kesejahteraan bagi masyarakat pesisir. Masyarakat paling banyak memilih metode tali tunggal panjang (monoline/longline). Pada awalnya masyarakat pesisir menjadikan aktivitas ini sebagai alternatif saja, sekarang telah menjadikannya sebagai sumber pendapatan utama keluarga. Kecamatan Semau dan Kupang Barat tercatat sebagai daerah dengan produkktivitas paling tinggi pesisir Kupang berbanding terbalik dengan tingkat pendidikan yang lebih rendah di kedua kecamatan tersebut. Aktivitas padat karya dicirikan dengan lebih dari setengah keterlibatan anggota keluarga dalam proses budidaya. Tenaga kerja tergolong masih dalam usia produktif yaitu rata-rata 49 tahun bagi wanita dan 50 tahun bagi pria. Namun yang masih menjadi kendala adalah pemakaian repetitif propagul vegetatif serta pemakaian spesies tunggal.
A Comparison of Morphological Features Between Freshly Collected and Silica Beads-Dehydrated Macroalgal Samples in The Central Great Barrier Reef, Australia Welem Turupadang
Jurnal Kelautan Vol 15, No 2: Agustus (2022)
Publisher : Department of Marine Sciences, Trunojoyo University of Madura, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21107/jk.v15i2.14374

Abstract

ABSTRACTAccurate and reliable identification of macroalgae has a crucial role in a range of research relating to the interaction and function of macroalgae in reef ecosystems. The dependency on identifying macroalgae on fresh samples places severe constraints on conducting this research leading to potential biases due to the selection of sites either close to shore or in the vicinity of fully equipped research stations. Therefore, this study aimed to determine if could reliably be used silica bead-dehydrated samples to identify genera characteristics that are only visible in sectioned material. Fresh macroalgal samples were collected at Nelly Bay, compared to Magnetic Island. Materials and sections were to previously collect macroalgal samples and sections dehydrated in silica beads while in the field and reconstituted in filtered seawater for identification. Each sample was identified using histological sections supported with visual tools (photograph, herbaria). In this study, macroalgal identified samples from all species to genus with characteristic features recognizable within both fresh and reconstituted samples. No artifacts were present in reconstituted macroalgal samples compared to freshly collected samples. Therefore, it is suggested that using silica beads as a preservation field method for collecting and identifying macroalgal samples is a suitable and accurate alternative method to the use of fresh samples, which eliminates the time and distance constraints associated with fresh samples.Keywords: Great Barrier Reef, Histological sectioning, Macroalgae identification, Silica-beads preservation, Reconstituted
Analisis Tenaga Kerja, Teknologi dan Peralatan, Benih dan Modal Terhadap Produksi Mutiara di Flores Timur Valentina Liwo Ola; Priyo Santoso; Welem L. Turupadang
JURNAL VOKASI ILMU-ILMU PERIKANAN (JVIP) Vol 3, No 2 (2022): April 2023
Publisher : Politeknik Pertanian Negeri Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35726/jvip.v3i2.6921

Abstract

Kerang mutiara (Pinctada maxima) merupakan salah satu jenis kerang yang banyak ditemukan di perairan Indonesia, salah satunya di Nusa Tenggara dan juga dibudidayakan. Salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang budidaya kerang mutiara adalah PT. Asamutiara Nusantara yang berada di Flores Timur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi hasil produksi mutiara di perusahaan tersebut. Adapun faktor-faktor yang digunakan adalah tenaga kerja, teknologi dan peralatan, benih, serta modal. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung di lokasi penelitian dan juga pengisian kuisioner oleh responden. Kuisioner yang diisi merupakan kuisioner skala likert dengan jumlah responden sebanyak 25 orang. Responden dalam penelitian ini diambil dari karyawan/karyawati dan juga pimpinan dari PT. Asamutiara Nusantara. Dari hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara tenaga kerja terhadap produksi mutiara, adanya pengaruh positif signifikan sebesar 62,6% antara teknologi dan peralatan yag digunakan terhadap produksi mutiara, tidak ada pengaruh yang signifikan antara benih terhadap produksi mutiara, adanya pengaruh positif signifikan sebesar 41,7% antara modal terhadap produksi mutiara. Hasil Uji F dan regresi  menunjukan adanya pengaruh yang positif signifikan sebesar 56% antara tenaga kerja, teknologi dan peralatan yang digunakan, benih, dan modal secara bersama-sama terhadap produksi mutiara.Kata kunci: Produksi Mutiara, Tenaga Kerja, Teknologi dan Peralatan, Benih, Modal
Analisis Rendemen Dan Jenis Karaginan Dari Rumput Kappaphycus alvarezii di Perairan Maluku Barat Daya, Provinsi Maluku Ferdi Pakniany; Nicodemus Dahoklory; Welem Turupadang
JURNAL VOKASI ILMU-ILMU PERIKANAN (JVIP) Vol 3, No 2 (2022): April 2023
Publisher : Politeknik Pertanian Negeri Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35726/jvip.v3i2.2149

Abstract

Indonesia sebagai negara kepulauan sangat diuntungkan karena berada di posisi daerah dengan iklim tropis, sehingga terdapat banyak keanekaragaman hayati yang melimpah.Rumput laut Kappaphycus alvarezii merupakan salah satu jenis rumput laut penghasil karaginan jenis kappa yang cukup tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui presentasi rendemen karaginan rumput laut sentra produksi Kabupaten Maluku Barat Daya, Provinsi Maluku dan mengetahui jenis karaginan rumput laut sentra produksi Kabupaten Maluku Baraat Daya, Provinsi Maluku. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode survey di beberapa lokasi perairan di Kabupaten Maluku Barat Daya dengan cara mengambil sampel rumput laut. Proses ekstraksi rumput laut dilakukan dengan memasak sampel rumput laut kering dalam larutan KOH 4% sebanyak 3 ml dan dicampurkan dengan larutan aquades sebanyak 25 ml selama kurang dari 30 menit sampai rumput laut larut dengan suhu 70-90°C. Hasil penelitian menunjukan rendemen karaginanpada perairan Luang Timur dengan nilai 16,6% diikuti perairan Luang Barat 13,88%, dan perairan Ustutun dengan rendemen 5,76%. Hasil penelitian juga menunjukan hasil identifikasi gugus fungsional tersebut juga dapat disimpulkan bahwa jenis karaginan yang dihasilkan adalah jenis kappa karaginan karena mengandung gugus D-galaktosa-4-sulfat dan 3,6 anhidro-D-galaktosa serta tidak mengandung gugus D-galaktosa-2-sulfat dan gugus 3,6 anhidrogalaktosa-2-sulfat.Kata kunci : Rumput laut, Kappaphycus alvarezii, Karaginan, Ekstraksi, Rendemen