Muh. Sya’rani
IAI Hamzanwadi NW Pancor

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

HAJI DALAM LOKALITAS MASYARAKAT SASAK.doc Muh. Sya’rani
Tarbawi Vol 2 No 1 (2017): Jurnal Penelitian Tarbawi: Pendidikan Islam dan Isu-Isu Sosial
Publisher : Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Hamzanwadi NW Pancor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37216/tarbawi.v2i1.136

Abstract

Hasil penelitian haji dalam lokalitas masyarakat sasak terdapat dimensi dua dimensi pertama, akulturasi nilai agama dan budaya sasak dalam ritual ibadah haji terdapat tiga fase diantaranya: Fase Persiapan; Tradisi zikir dan doa bersama. Fase Pertengahan; Tradisi pada fase pertengahan ini yaitu tradisi-tradisi sewaktu pelaku haji berada di mekah untuk menjalankan ibadah hajinya; Fase paska haji. Tradisi-tradisi dalam fase ini, yaitu sepulang pelaku haji dari Mekah dan telah berpredikat sebagai haji. Dimana pada saat ini pihak keluarga menjemput dan Kedua, Dimensi Sosial Predikat Haji Dalam Masyarakat Sasak, Dalam masyarkat suku Sasak mereka memandang para pelaku haji atau yang sudah memiliki predikat sebagi haji yaitu sebagai orang yang kaya bila diukur dari kelompok masyarakat lokal Sasak
Dinamika Dan Problematika Pendidikan Agama Masyarakat Minoritas Islam Wetu Telu Di Lombok Nusa Tenggara Barat Muh. Sya’rani; Muh. Zakaria
Tarbawi Vol 4 No 2 (2019): Jurnal Penelitian Tarbawi: Pendidikan Islam dan Isu-Isu Sosial
Publisher : Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Hamzanwadi NW Pancor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37216/tarbawi.v4i2.234

Abstract

Tulisan ini berawal dari permasalahan Seperti apa kondisi dan problematika pendidikan masyarakat Islam Wetu Telu sebagai minoritas di Bayan, Lombok, Nusa Tenggara Barat; Dan pola pendidikan masyarakat Islam Wetu Telu sebagai minoritas dalam mewariskan sistem kepercayaan mereka di Bayan, Lombok, Nusa Tenggara Barat. Teori Fenomenologi Alfred Schutz yakni untuk memahami kesadaran itu dengan konsep intersubyektif. Interpretasi Simbolik Clifford Geertz berpandangan bahwa dapat melihat pemaknaan di balik simbol-simbol tradisi keberagamaan secara mendalam dan Indeginius Learning pandangan Ki Hajar Dewantoro dan HAR Tilaar, hakikat pendidikan adalah proses memanusiakan anak manusia yaitu menyadari manusia yang merdeka, maka dari itu bahwa pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di dalam lingkungan rumah tangga, sekolah dan masyarakat. Hasil penelitian ini terdapat beberapa temuan dilapangan berupa bentuk tradisi masyarakat wetu telu sebagai fennomena dan simbol dalam mengajarkan generasi dan pengenalan mansuia secara luas. Dan terdapat pembelajaran sepanjang hayat berupa lestarinya bduaya wetu telu sampai saat ini dan eksisnya sebagai wadah pembelajaran yakni pembelajaran dalam keluarga,masyarakat dan cultur-budaya. Namun kesemuanya itu tidak terlepas dari beberapa problem dalam pendidikan wetu telu, yakni sebagai masyarakat minoritas ruang gerak hanya terbatas dan kurangnya akses pendidikan dalam menjawab tantangan moderen/global