Tulisan ini berawal dari permasalahan Seperti apa kondisi dan problematika pendidikan masyarakat Islam Wetu Telu sebagai minoritas di Bayan, Lombok, Nusa Tenggara Barat; Dan pola pendidikan masyarakat Islam Wetu Telu sebagai minoritas dalam mewariskan sistem kepercayaan mereka di Bayan, Lombok, Nusa Tenggara Barat. Teori Fenomenologi Alfred Schutz yakni untuk memahami kesadaran itu dengan konsep intersubyektif. Interpretasi Simbolik Clifford Geertz berpandangan bahwa dapat melihat pemaknaan di balik simbol-simbol tradisi keberagamaan secara mendalam dan Indeginius Learning pandangan Ki Hajar Dewantoro dan HAR Tilaar, hakikat pendidikan adalah proses memanusiakan anak manusia yaitu menyadari manusia yang merdeka, maka dari itu bahwa pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di dalam lingkungan rumah tangga, sekolah dan masyarakat. Hasil penelitian ini terdapat beberapa temuan dilapangan berupa bentuk tradisi masyarakat wetu telu sebagai fennomena dan simbol dalam mengajarkan generasi dan pengenalan mansuia secara luas. Dan terdapat pembelajaran sepanjang hayat berupa lestarinya bduaya wetu telu sampai saat ini dan eksisnya sebagai wadah pembelajaran yakni pembelajaran dalam keluarga,masyarakat dan cultur-budaya. Namun kesemuanya itu tidak terlepas dari beberapa problem dalam pendidikan wetu telu, yakni sebagai masyarakat minoritas ruang gerak hanya terbatas dan kurangnya akses pendidikan dalam menjawab tantangan moderen/global
Copyrights © 2019