Kabut Yuli Asih
Universitas Negeri Yogyakarta

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Rekonstruksi Sosial Budaya Fenomena Bunuh Diri Masyarakat Gunungkidul Kabut Yuli Asih; Hiryanto Hiryanto
Diklus: Jurnal Pendidikan Luar Sekolah Vol 4, No 1 (2020)
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (307.699 KB) | DOI: 10.21831/diklus.v4i1.27866

Abstract

Abstrak            Artikel jurnal ini berusaha mengulas historisitas dan pemecahkan masalah dalam bentuk rekonstrusi untuk mencapai reduksi pada fenomena bunuh diri sebagai fenomena langka dari pada biasanya yang marak terjadi di Kabupaten Gunungkidul. Metode yang digunakan ialah metode analisis deskriptif, yakni berusaha menggambarkan secara jelas dan  sistematis obyek kajian, teori kesejahteraan sosial, lalu menganalisis perbandingan bahasan riset. Ulasan didasarkan pada analisis data kepustakaan yang diperoleh melalui kajian kepustakaan (library research). Secara sederhana penawaran rekonstruksi kajian ini mengaitkan dimensi sosial (kepekaan masyarakat terhadap fenomena) dan budaya (reinterpretasi pulung gantung). Hal tersebut berdasarkan pengamatan penulis yang menganggap bahwa masyarakat di Kabupaten Gunungkidul belum mencapai titik kesejahteraan sosial sehingga memunculkan fenomena bunuh diri. Rekonstruksi mampu dianggap sebagai pokok pemikiran kesejahteraan sosial sebagai upaya preventif, dan kuratif (rehabilitasi) agar masyarakat mampu berperan sosial dengan baik dan benar. Abstract            This journal article attempts to review the historicity and problem solving in the form of reconstruction to achieve a reduction in the phenomenon of suicide as a rare phenomenon that is usually rife in Gunungkidul Regency. The method used is descriptive analysis method, which is trying to describe clearly and systematically the object of study, social welfare theory, then analyze the comparison of research topics. The review is based on the analysis of library data obtained through library research (library research). In simple terms the reconstruction offer of this study links the social dimensions (community sensitivity to phenomena) and culture (reinterpretation of pulungantung). This is based on the observation of the writer who considers that the community in Gunungkidul Regency has not reached the point of social welfare so that it raises the phenomenon of suicide. Reconstruction can be considered as the main thought of social welfare as a preventive and curative effort (rehabilitation) so that the community is able to play social roles properly and correctly. 
Pemetaan Kebutuhan Program Parenting Education dalam Persiapan Regenerasi Remaja di Desa Wisata Pentingsari Yogyakarta Fitta Ummaya Santi; Kabut Yuli Asih; Desi Astika Sari; Dewi Pristanti
Diklus: Jurnal Pendidikan Luar Sekolah Vol 4, No 2 (2020)
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/diklus.v4i2.32265

Abstract

AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) Permasalahan orang tua di kawasan Desa Wisata Pentingsari terhadap persiapan regenerasi desa wisata, (2) kebutuhan program parenting di Desa Wisata Pentingsari dalam upaya mempersiapkan regenerasi desa wisata, (3) faktor pendukung dan penghambat dalam rencana program Parenting education di desa wisata Pentingsari.  Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif-deskriptif dengan subjek penelitian: tokoh masyarakat, pengelola wisata dan orang tua yang memiliki anak remaja di Desa Wisata Pentingsari. Metode pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara/FGD, observasi, dan dokumentasi. Analisis data menggunakan teknik analisis kualitatif dengan triangulasi, diskusi terfokus dan perpanjangan pengamatan. Hasil penelitian menunjukkan Program parenting education dipandang penting untuk meningkatkan pengetahuan parenting bagi orang tua. Akan tetapi, pengetahuan dan keterlibatan orang tua dalam mempersiapkan regenerasi desa wisata masih kurang. Kebutuhan program parenting education dalam mempersiapkan regenerasi desa wisata diantaranya: peningkatan kesadaran orang tua, membangun komunikasi efektif orang tua dan anak, dan strategi dalam persiapan regenerasi desa wisata. Faktor pendukung adalah dukungan pengelola wisata dan keterlibatan forum orang tua di desa Pentingsari ditandai dengan adanya program kerja yang sama. Faktor penghambat adalah antusias yang masih rendah dari orang tua untuk terlibat dalam program. Mapping of Parenting Education Program Needs in Preparation for Regeneration in Pentingsari Tourism Village AbstractThis study aims to describe: (1) The problems of parents in the Tourism Village area of Pentingsari regarding the preparation for regeneration of a tourism village, (2) the need for a parenting program in Pentingsari Tourism Village in an effort to prepare for regeneration of a tourist village, (3) supporting and inhibiting factors in the program plan Parenting Education in the tourist village of Pentingsari. This type of research is a qualitative-descriptive study with research subjects: community leaders, tourism managers and parents who have teenagers in Pentingsari Tourism Village. The method of data collection was done by interviewing / FGD, observation, and documentation. Data analysis used qualitative analysis techniques with triangulation, focused discussion and extension of observations. The results showed that the parenting education program was deemed important to increase parenting knowledge for parents. However, the knowledge and involvement of parents in preparing tourism village regeneration is still lacking. The needs for parenting education programs in preparing for the regeneration of tourism villages include: increasing parental awareness, building effective communication between parents and children, and strategies in preparing for regeneration of tourist villages. The supporting factor is the support of the tourism manager and the involvement of the parents forum in Pentingsari village which is marked by the existence of a similar work program. The inhibiting factor is the low enthusiasm of parents to be involved in the program.